Pages

Monday, May 28, 2012

Remember The Magic: It's Only The Beginning

the feeling that our hearts could just take wings

we could live out all our dreams

the journey there was never far away, but like a dream come true

that's still inside of you

the secret of tomorrow is to live your dreams today... | Remember The Magic

Hari keduapuluh delapan,

Hari terakhir di Magical May 2012. Ini adalah sebuah awal. Perjalanan baru untuk saya menjadi pribadi yang lebih baik tentunya dari hari-hari yang lalu. Diri saya selama duapuluh delapan hari kemarin, didetoksifikasi; mengeluarkan apa yang harus dikeluarkan, dan menyelesaikan apa yang harus diselesaikan. Saya mulai terbiasa untuk mengucap syukur dan berterimakasih terhadap segala sesuatu yang saya alami dan terjadi dalam hidup. Saya merasakan memang kalau hidup saya tidak pernah sama lagi. Akan tetap ada 28 hari lain dan seterusnya untuk mengucap syukur. Saya memutuskan untuk tidak pernah berhenti, tetapi akan membiasakan dan mulai mengkondisikan batin dan diri saya untuk selalu berterimakasih.

Empat minggu, dan rasanya hidup saya lebih ringan dari sebelumnya. Beberapa peristiwa dan kejadian yang darinya saya belajar banyak hal. Tentang pengalaman-pengalaman berharga dan luka hati saya di masa lalu. Semuanya sudah selesai. Tentang hubungan saya dengan seseorang yang pada akhirnya saya berani untuk melepaskan. Tentang beberapa keinginan saya yang akhirnya mewujud menjadi nyata. Mimpi-mimpi dan harapan yang juga saya percaya akan segera terlaksana.

Saya tidak hidup seperti hari kemarin. Sebuah proses yang mengantarkan saya pada pemahaman baru tentang hidup. Saya membiarkan hidup saya mengalir sesuai dengan alirannya. Saya menikmati dan tidak akan berusaha untuk melawan, memecah atau memutuskan alirannya. Sampai di sini, banyak sekali yang harus saya syukuri. Bahwa tak pernah ada hal yang sia-sia dalam hidup. Semua sudah sesuai dengan porsi yang disiapkan Tuhan untuk diri saya. Saya berusaha untuk sedikit sekali mengeluh terhadap sesuatu, katakanlah tidak sesuai dengan keinginan saya. Bahwa apapun yang terjadi, pasti selalu terdapat hal baik untuk diri saya sendiri.

Bulan Mei, terimakasih untuk semua yang sudah terjadi. Akhirnya saya bisa bertemu langsung dan *ehem* salaman dengan penulis favorit saya, Dee Lestari. Senang? Bukan main. Sebenarnya saya sudah menunggu kesempatan ini dari dua tahun yang lalu. Waktu itu, Anjinggombal mengadakan gathering di Thai and I, Pondok Indah dan saat itu saya berhalangan hadir. Sedih sih apalagi tahu mbak Dee ikut gabung di acara tersebut. Tapi karena itulah saya punya keinginan dan sepenuhnya percaya kalau suatu hari saya bisa bertemu langsung dengan Dee. Doa saya akhirnya terjawab kemarin hari Jumat, 25 Mei 2012 di Gramedia Grand Indonesia. Saya bertemu dengan Dee dan berhasil mendapatkan tandatangan untuk semua buku-bukunya. Senengnya masih ada sampai sekarang. :D



Hari ini, seseorang yang kemarin saya putuskan untuk menutup rapat-rapat segala kisah dan kenangan di antara kami, tiba-tiba muncul kembali. Perasaan saya campur aduk. Ternyata dia masih ingat bahwa ada seseorang bernama saya yang wajib tahu progress pribadinya. Ah, sepertinya sih ini saya saja yang terlalu ge-er. Bukan saya yang tidak siap, tetapi hanya tidak ingin. Dia memang sekadar memberi tahu kepada saya mengenai bisnis barunya di travel agent. Saya senang akhirnya dia berkembang lebih baik. Tetapi di satu sisi, saya merasakan ada sebelah diri saya yang jengah dan ingin buru-buru keluar dari percakapan. Namun, ternyata saya tidak bisa. Entahlah, apa yang salah dengan diri saya. Getaran itu masih ada. Seberapa jauh pun saya lari dan berusaha menghindar serta menutup rapat hati saya, rupanya tak menghilangkan sama sekali perasaan yang telah ada sebelumnya. Saya kembali sadar, saya masih menyimpan cinta yang sama untuk seseorang itu. Bengong, serta tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya tak pernah membenci, saya hanya mulai terbiasa untuk meniadakan kehadirannya dalam hidup saya. Namun, mungkin ada maksud Tuhan tentang obrolan singkat kami pagi ini. Semoga selalu hal-hal baik yang terjadi dalam hidup saya dan juga kehidupan pribadinya.

Tugas-tugas yang saya lalui selama Magical May 2012, selalu terasa mirip kebetulan yang bukan kebetulan. Ketika saya berpikir mengenai X di satu hari, ternyata tugasnya pun sama. Saya memang tak pernah percaya kebetulan. Semua sudah digariskan dari semula, termasuk pilihan-pilihan dan persimpangan yang nantinya akan ditemui. Magical May membuka banyak hal yang sebelumnya terkunci atau tak pernah kelihatan dalam pikiran dan hati. Saya banyak bertemu dengan orang-orang baru yang membantu saya untuk bangkit dan terus berlari. Saya tidak sendiri. Saya harus bersyukur atas anugerah ini. Lalu, kemarin hari Sabtu ketika sedang jalan di sebuah mall, saya mampir ke toko buku dan menemukan buku The Magic - Rhonda Byrne yang dipakai untuk Magical May ini. Senang sekali, karena saat saya membaca buku tersebut, semakin membuka pikiran saya tentang hal mengucap syukur. Saya merasa Tuhan sedang membentuk saya sepanjang 28 hari kemarin.

Akhirnya, tulisan ini memang sangat jauh dari sempurna. Banyak sekali yang tak sempat saya tuliskan. Namun, saya mengucap syukur atasnya. Terimakasih, Tuhan, untuk kesempatan berbenah diri. Saya tidak akan berhenti, karena akan lebih banyak lagi kebaikan-kebaikan dariMu yang akan datang dan sudah sepantasnya saya syukuri. Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih.

***

P.S: Untuk seseorang di Gandaria City hari Sabtu kemarin, saya tidak tahu apakah kamu pernah mengenal saya, tetapi saya sedikit punya tanda kalau kamu orang yang saya maksud. Ah, sudahlah, mungkin saya salah. Tetapi terimakasih ya sudah curi-curi pandang dan melihat saya terus-terusan kemarin. Saya masih ingat dengan jelas wajah kamu sampai saya menulis tulisan ini. Saya suka mata dan alis kamu. See you someday! Hahaha... :P #diarakramerame

***

Pesan yang di atas itu sebenarnya lebih ke harapan saya sih untuk ketemu sang stranger lagi. Hahahahahaha...

---------------------------

Magical May 2012. Remember the Magic -- A bunch of gratefulness of mine dedicated to Kak Connie and Kak Kiki. Thank you for your kindness and a very good heart of you both. There will always be blessings to you and family. *hug*

Saturday, May 19, 2012

To-do List : It Will Be Acomplished

Hari kedelapan belas,

Kebiasaan saya sebelum menulis biasanya adalah diam, menatap layar dan sedikit mengumpulkan -- bukan ide sebenarnya tapi bisa jadi -- apalah namanya, pokoknya saya harus terkoneksi dulu dengan apa yang ingin saya tulis. Seperti menyiapkan hati agar kalimat-kalimat yang ingin keluar dapat mengalir lancar. Seringnya saya malah kewalahan menampung berbagai macam hal yang tiba-tiba muncul dalam benak dan menyeruak ingin dituliskan. Walau kadang tersendat pada awalnya, kemudian saya menemukan sebuah kenyamanan dalam bercerita. Tangan saya seperti tidak berhenti menari di atas papan ketik komputer saya. Hari ini, hari ke delapan belas. Saya mengetik tulisan ini tidak tepat pada harinya tetapi mundur satu hari. Bukan karena saya malas, hanya saja kemarin saya ingin berpikir sejenak mengenai tugas hari itu. Tiga hal yang ingin saya selesaikan. Saya harus memilih. Tiga prioritas yang semoga dapat berjalan sesuai dengan harapan-harapan saya. Memang sih, sempat tidak terpikir oleh saya, namun kemudian satu persatu keinginan itu muncul dan saya pikir, itu yang harus atau katakanlah ingin segera saya selesaikan atau lakukan. Hari Jumat kemarin saya bilang adalah hari yang spesial buat saya. Bertemu dengan Kak Kiki, salah seorang penggagas #MagicalMay2012 yang sekarang ini saya lakukan tiap hari selama 28 hari. Puji Tuhan, semua berjalan lancar. Kami berdua saling sharing cukup lama. Hampir dua jam lebih. Selama itu, apa yang menjadi pertanyaan-pertanyaan tak terjawab dalam diri saya akhirnya satu persatu mulai terbuka dan saya melihatnya lebih jelas, potongan-potongan itu tak lagi kabur melainkan nyata. Saya tidak pernah percaya kebetulan. Ini memang sudah saatnya. This is the TIME. Waktu yang secara tidak sadar selalu saya nantikan. Saya tidak pernah berharap terlalu tinggi untuk hal ini, tetapi rupanya Tuhan memberikan anugerahnya kemarin. Beban saya rasanya tercerabut dari akarnya. Pikiran dan hati saya belum pernah lebih tenang dari waktu-waktu sejak kejadian dua bulan lalu. Bersyukur? Sangat sangat bersyukur. Nasihat, saran, dan apapun yang sudah diberikan Kak Kiki menjadi semacam titik cahaya yang muncul setelah saya merasa gelap. Iya, dua bulan terberat ketika semua hanya bisa meraba, tanpa bisa mendengar atau melihat. Saya buta. Ada saat ingin berteriak dan melepas, namun tak pernah tahu untuk siapa saya melakukannya. Sesak. Bahkan, untuk menangis saja saya sulit sekali. Seperti lupa caranya. Terimakasih dan saya bersyukur karena akhirnya bertemu dengan Kak Kiki. Saya yakin, ini termasuk salah satu berkat Tuhan yang disalurkan lewat perantaraannya. Teman-teman yang saya kenal lewat twitter pun, akhirnya bertambah satu. Tuhan dan semesta selalu punya cara yang ajaib menghadirkan sebuah hal. Saya merasa, sekali lagi diberkati. Tuhan itu sangat baik.

1. Studi saya. Termasuk cita-cita besar saya untuk menyelesaikan kuliah dan meraih gelar sarjana saya. Sebuah hal yang kelihatannya sudah lama, bisa jadi sudah karatan di dalam memori otak saya karena terlalu sibuk bekerja dan saat itu tidak pernah ada waktu untuk menyesuaikan dengan jadwal dan jam kerja. Di tengah perjalanan, Tuhan memberi saya pekerjaan baru yang secara tidak langsung mempunyai jam kerja fleksibel dan tidak bertabrakan dengan jam kuliah saya nanti. Saya memang termasuk orang yang begitu perhatian terhadap ilmu. Yah, bukan berarti setiap hari lalu tenggelam di tumpukan kertas dan buku-buku, sih. Seringnya dulu malah saya ini termasuk orang yang jarang sekali belajar. Cuma kalau pas dekat-dekat ulangan atau ujian saja. Aneh juga. Tahun ini, kesempatan saya ada. Semoga selalu diberi kelancaran oleh Tuhan dan selalu dicukupkan sehingga saya bisa menyelesaikan masa studi beberapa tahun ke depan dengan baik. Syukur-syukur, ada tawaran beasiswa yang bisa saya terima. Hahaha... sedikit berharap untuk yang satu ini, tidak apa-apa, kan, Tuhan? :D

2. Dengan seseorang di masa lalu. Saya anggap ini sudah selesai. Semalam. Saya sudah tahu bagaimana saya harus bersikap. Untuk kamu, terimakasih. Saya cuma bisa mendoakan yang terbaik untuk hidupmu. Saya sudah selesai. Perasaan saya ke kamu mungkin masih ada, tetapi biar akhirnya saya simpan saja. Tidak apa-apa. Saya tak melupakan kamu, hanya sekarang saya membebaskan dirimu untuk terbang tinggi, mengawan dan meraih apa yang semustinya kamu raih. Salam untuk Adek yang kemarin 2 Februari 2012 berulangtahun keempat, dan kadonya saya titip ke kamu. Sedikit pesan ke Adek, Om Edu selalu menyayangi dia. :)

3. Rumah Bapak dan Ibu di Magelang. Rumah saya. Lebih pasnya, rumah baru setelah rumah lama kami yang numpang di tanah Kakek dan Nenek. Semoga di beberapa waktu mendatang, Tuhan memberi sedikit rejeki untuk menyelesaikan sebagian kecil rumah saya yang belum rapi. Sekarang memang sudah rapi, tetapi Bapak ingin menambahkan satu lantai lagi ke atas untuk kamar tidur tamu dan sisanya taman, atau tempat menjemur pakaian. Saya percaya, Tuhan pasti menyediakan kebutuhan dananya. Saat ini belum terpikirkan, tapi kalau Tuhan menghendaki, selalu ada rejeki yang mengalir kepada kami.

Sampai ketika saya menulis postingan ini, saya masih begitu tercengang dengan keajaiban yang diberikan Tuhan untuk saya kemarin. Melampaui apa yang pernah saya pikir sebelumnya. Saya bersyukur, karena satu persatu beban dan persoalan saya diangkat Tuhan lewat cara yang menurut saya sendiri luar biasa. It's a miracle. Mukijzat buat saya bukan selalu tentang hal-hal besar dan di luar akal manusia karena campur tangan Tuhan. Namun, dalam peristiwa yang kecil, seperti contohnya, masalah berkaitan dengan hubungan saya dan seseorang yang akhirnya menemukan jalan keluarnya, bagi saya itu adalah mukjizat. Sekecil apapun sesuatu hal yang kita terima dalam hidup, bersyukurlah. Tuhan akan menambahkan lebih banyak lagi di kemudian hari lebih dari yang pernah kita tahu. Terimakasih, Tuhan untuk ngobrol-ngobrol dengan Kak Kiki. Semoga selalu ada berkat Tuhan untuk dia dan keluarga. Terimakasih... Terimakasih...

-----------------------------

Magical May 2012, day 18. Magical to-Do List. 

Friday, May 18, 2012

Magical Cheque

Hari ketujuh belas,



Untuk Tuhan dan semesta,

Hari ini saya menuliskan sejumlah nominal uang di atas selembar cek. Mungkin jumlahnya sangat besar. Jumlah yang sampai saat ini belum pernah saya pegang secara fisik. Seratus juta rupiah. Saya tidak ingin terlihat maruk atau aji mumpung dengan cek yang ada di tangan saya ini. Memang, untuk saat ini jumlah tersebut telah saya hitung berulang kali, hingga cukup dan masih ada sisa untuk saya bagi. Saya tidak ingin jadi orang yang tamak atau serakah. Uang tersebut memang saya perlukan untuk memenuhi beberapa hal yang menjadi cita-cita saya selama ini.

Sejumlah Rp 48.030.000, empat puluh delapan juta tiga puluh ribu rupiah, akan saya gunakan untuk menyelesaikan kuliah saya. Jumlah itu telah saya kalkulasi berkali-kali hingga pas untuk biaya dasar selama studi. Untuk kebutuhan selama studi, puji Tuhan saya mempunyai penghasilan yang cukup untuk memenuhi kekurangannya. Saya memang tidak ingin berlebih. Itu sudah cukup. Biaya pendidikan di Indonesia semakin hari memang terasa semakin tinggi dan mencekik leher. Saya tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Kok, dalam benak saya, pemerintah seperti setengah-setengah dalam hal ini. Kadang saya juga merasa miris, bahwa setidak beruntungnya saya karena belum menyelesaikan kuliah, saya masih bisa bersyukur karena di luar sana banyak sekali teman-teman atau orang lain yang untuk menyelesaikan wajib belajar 9 tahun, (uhm, sekarang harusnya bisa tamat minimal SMA) mereka seperti bertaruh hidup dan mati. Berjuang keras memenuhi biaya SPP sekolah mereka. Setidaknya, saya masih beruntung. Sangat beruntung.

Lalu Rp 9.000.000, sembilan juta rupiah, mungkin lebih sedikit. Saya usahakan untuk tetap kurang dari sepuluh juta rupiah akan saya gunakan untuk membeli sebuah Macbook Air 11 inchi, sesuai dengan mimpi saya. Itu sudah lebih dari cukup. Bukan karena saya ingin sok-sokan dan sebatas gengsi mengikuti tren yang ada, namun saya pikir sebuah Macbook air yang tipis akan menunjang salah satu hobi saya untuk menulis dimana saja. Saya suka dengan kesederhanaannya. Program Mac yang simpel dan didukung dengan otak komputer yang mumpuni. Oh, tidak, saya bukan seorang fanboy. Saya pikir, komputer jinjing ini lebih pas untuk saya yang mobilitasnya lumayan tinggi.

Sisanya, Rp 42.970.000, empat puluh dua juta sembilan ratus tujuh puluh ribu rupiah, akan saya berikan untuk kedua orang tua dan sebagian untuk kakak saya. Saya memberi kebebasan penuh untuk mereka menggunakan uang tersebut. Maaf kalau jumlahnya dirasa kecil, tetapi saya yakin seberapapun jumlahnya selalu ada manfaat yang besar dari rejeki yang diterima.

Sekarang jumlahnya sudah pas seratus juta rupiah. Sampai di sini pun, saya masih merasa saya ini egois karena ada beberapa yang terlewat. Saya lupa dengan sekitar saya. Namun, saya tidak akan meminta lebih banyak lagi. Seratus juta sudah cukup. Saya percaya, meski tak disebutkan dalam daftar keinginan di atas, selalu ada kelebihan rejeki yang bisa saya bagi dengan orang lain. Mungkin tidak terlalu banyak, tetapi saya percaya niat baik dan tujuan saya bisa membantu mereka yang membutuhkan. Rejeki itu mengalir. Dalam kurang selalu ada "kelebihan" yang akhirnya mencukupkan. Ketika kita sepenuhnya percaya, Tuhan pasti menyediakan.

Terimakasih untuk rejeki yang tidak sedikit ini. Pada akhirnya, cita-cita saya satu persatu dapat tercapai dengan baik. Terimakasih untuk sejumlah uang dalam cek ini. Semoga tidak membuat saya melupakan kewajiban saya untuk terus bersyukur dan berbagi kebaikan dengan orang lain. Saya percaya, tak pernah ada hal yang mustahil karena campur tangan Tuhan. Terimakasih untuk anugerah yang luar biasa indah ini...

Saya yang mengucap syukur,

Edu

 

---------------------------
Magical May 2012 day 17. Magical Cheque. 

Thursday, May 17, 2012

Puncak Tertinggi

Hari keenam belas,

24 tahun, dan begitu banyak peristiwa luar biasa yang akhirnya mengantarkan saya menjadi seperti sekarang ini. Peristiwa yang tidak selalu naik, ada yang sempat membuat saya jatuh tersungkur. Hidup adalah sebuah kesempatan untuk mengalami, menempa diri dan membentuk hati. Hidup bukan tentang kompetisi, karena bagianku dan bagianmu telah ada sendiri-sendiri.

  1. Saya ada. Bergerak, bertumbuh kembang dan hidup. Tuhan mempercayakan saya untuk ada dan menjadi bagian dari sebuah tempat indah bernama Bumi. Saya bersyukur dikaruniai kedua orangtua yang sangat luar biasa dan bertanggungjawab terhadap kami anak-anaknya. Saya mencintai mereka sepenuh hati. Meskipun tak sedikit saya melawan nasihat mereka, beliau tetap sabar dalam mengasuh kami hingga dewasa ini. Terimakasih, Tuhan. Berkati kedua orang tua kami.

  2. Untuk kesempatan, pertemuan dan pengalaman-pengalaman berharga dengan orang-orang yang hadir dan pernah ada. Dari mereka, saya ditempa dan dibentuk menjadi seseorang. Memperoleh ilmu dan pengetahuan baru, wawasan yang lebih luas dan momen-momen tak terlupakan lainnya. Untuk teman-teman terbaik dan para sahabat saya. Untuk sebuah masa dimana saya akhirnya tahu, seperti apa rasanya pacaran itu. :D

  3. Saya diberi anugerah seperti ini. Mempunyai kecenderungan berbeda dengan orang lain, tidak membuat saya menjadi seseorang yang denial. Terimakasih untuk sebuah proses yang saya tahu tidak sebentar itu, tetapi mengubah cara berpikir saya untuk tetap bersyukur dan menerima dengan penuh keadaan diri saya pribadi. Tidak ada yang salah. Terlahir "berbeda" tidak menyurutkan niat saya untuk berusaha menjadi seseorang yang berguna bagi sekitar. Akan ada saatnya, orang-orang tak lagi memandang orientasi sebagai hal yang harus didiskriminasi. Kita mempunyai hak yang sama. Dan kita bisa hidup berdampingan tanpa perlu saling curiga.

  4. Untuk setiap perpisahan, dan  atau kehilangan. Saya selalu bersyukur dan bisa belajar dari pengalaman-pengalaman ini. Tanpa mereka yang pernah hadir, hidup saya tak akan pernah semenarik ini. Tangan saya akan selalu terbuka dan dengan senang hati menyambut mereka yang ingin kembali. Karena saya sadar, seberapapun kekuatan yang ada di dalam, saya tak bisa hidup sendiri.

  5. Kesempatan untuk belajar dan mendalami dunia kuliner, dalam hal ini Pastry. Suatu fase yang akhirnya bisa membuka mata kalau ternyata ada bakat terpendam yang saya punya di dunia boga. Membawa saya untuk meraih salah satu cita-cita menjadi seorang Pastry chef di kota Kudus dan Jakarta. Waktu itu, bahkan saya belum sepenuhnya lulus tetapi Tuhan sudah memberi pekerjaan yang saya impikan. -- Sekarang, saya memang nyasar tidak lagi mengikuti panggilan hati di dunia kuliner, tetapi saya bersyukur dengan pekerjaan yang dianugerahkan kepada saya di kantor ini. Bukankah dalam hidup kita harus siap dengan perubahan dan hal-hal baru? Saya percaya, ilmu yang telah saya peroleh tetap akan berguna nanti. Hahaha.. masih ada niat kok untuk membuka usaha di dunia kuliner. :D


5 bagian tubuh yang selalu saya syukuri :

  1. Kepala, seluruh sel-sel otak dengan segala kerumitan pikiran serta tak sedikit drama yang pernah ada. Terimakasih untuk anugerah kecerdasan dari Tuhan yang membantu saya memperoleh kesempatan-kesempatan berharga dalam hidup. Otak yang sehat dan berfungsi dengan baik, hingga saya dapat bekerja dan memperoleh nafkah. Terimakasih untuk kekuatan menghadapi tekanan-tekanan deadline dan lusinan bahkan ribuan angka-angka setiap hari di kantor. Kebiasaan saya yang kidal, saya tahu mungkin beban konsentrasi otak saya akan sedikit berbeda dengan orang kebanyakan. Terimakasih untuk ide-ide kreatif yang pernah dan akan selalu ada hingga membantu saya menyelesaikan sesuatu hal dengan baik.

  2. Saya punya tangan dan kaki yang sehat serta kuat. Puji Tuhan, sedikit sekali mengeluh tentang sakit atau rasa tidak nyaman di keduanya. Terimakasih untuk jari yang lengkap dan sehat. Saya bisa melakukan aktivitas tanpa kendala yang berarti.

  3. Terimakasih untuk paru-paru dan jantung yang sehat. Karena tanpa peranan dua organ vital tersebut, saya bukan apa-apa.

  4. Terimakasih untuk bibir, mulut, mata, hidung dan telinga. Saya bisa melihat, mendengar, berbicara, membaui dan semua berfungsi normal. Kelima indera saya bekerja dengan baik. Tanpa melalui mereka, keindahan dunia tak akan pernah saya lihat, rasa dan syukuri. Semoga hanya kalimat-kalimat baik yang selalu keluar dari mulut saya. Serta senyum dan sorot mata tulus dari bibir dan kedua mata saya.

  5. Hati. Mungkin di sini adalah semacam impul syaraf yang mengatur perasaan setiap orang. Terimakasih karena mempunyai hati dengan kekuatan luar biasa yang pernah saya tahu. Terimakasih untuk setiap rasa sakit, luka dan tak sedikit cinta yang pernah ada. Terimakasih karena saya bisa bersyukur hari ini.


Terimakasih, Tuhan....

Terimakasih...

Terimakasih.

--------------------------

Magical May 2102, day 16. Top of The World.

Wednesday, May 16, 2012

Surat Tak Berjudul Untukmu

Hari kelima belas,

Untukmu yang tak perlu aku sebut nama,

Aku masih ingat hari itu. Malam itu. Di sebuah tempat makan lesehan di daerah Jakarta Selatan, hari Senin pukul sembilan malam. Pertemuan singkat yang pertama. Namun, kemudian akan menjadi awal dari sebuah kisah tentang kita. Untukku tidak ada hal yang sia-sia. Sebelumnya, ada semacam tanda atau firasat yang aku punya. Melihat nama kamu muncul secara tidak sengaja di timeline twitter-ku, seolah ada getaran halus yang berbisik, kita akan merajut cerita. Aku belum mengenalmu saat itu. Hanya saja, sepertinya hati saya sudah tahu. Bertemu dan mengenalmu adalah hal yang sangat pantas aku syukuri. Kamu, adalah anugerah. Sebuah jawaban atas doa-doaku sebelumnya. Tersadar, pada pertemuan pertama aku masih merasakan deja vu. Makanya waktu itu aku nanya, "Apa kita sebelumnya sudah pernah ketemu?" Lalu kemudian, kamu menjawab belum. Aku tidak akan menyebut nama, inisial, atau panggilanmu. Cukuplah aku, kamu dan Tuhan yang tahu.



Lima bulan bersama, memberi warna yang indah untukku. Lima bulan yang mungkin terasa seumur jagung. Lima bulan penuh tawa. Lima bulan tentang belajar menjadi seseorang yang lebih dewasa. Lima bulan yang tak genap pada akhirnya, ketika salah satu memilih memisah langkah dan berbalik meninggalkan. Terimakasih karena memilih seseorang lain itu dan tidak memberi penjelasan apa-apa kepadaku. Memilih bungkam dan diam ketika kesalahan seperti ditumpukan kepadaku, terimakasih. Ini membuat diriku belajar untuk tetap kuat berdiri, dan semakin mencintai diri sendiri. Agak sulit menuliskan kembali potongan-potongan kisah ini. Semacam ada rasa enggan, tetapi harus dituliskan. Maaf, mungkin akan menjadi tulisan paling berantakan. Kalau sekarang kita seperti dijauhkan dan belum diijinkan untuk saling beririsan, pada suatu saat, aku selalu percaya kita akan kembali dipertemukan. Tak bisa menebak akan seperti apa, biar nanti waktu yang mengantar kita kembali di sebuah persimpangan untuk sekadar menyapa atau bertemu muka. Banyak hal yang terkadang membuat hati bertanya-tanya. Lagi-lagi, aku hanya bisa diam.
Semua pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban. Untuk keduanya bertemu, yang dibutuhkan cuma waktu. -Supernova Partikel

Jatuh cinta denganmu bukan hal yang harus saya sesali. Bukan kebodohan yang harus ditangisi. Aku bahagia. Tetapi di satu sisi, aku bahkan tak pernah benar-benar tahu bagaimana keadaan dirimu di sana. Kamu seperti menutup diri dariku atau malah terasa berjarak antara kamu dan aku. Aku yang harusnya maklum. Karena dia, kan. Tidak apa-apa. Semoga bahagia ya dengan seseorang yang akhirnya kamu pilih. Maaf untuk kisah kita yang tak berjalan sesuai dengan harapan.

Lima bulan. Dalam kurun waktu tersebut, ada banyak sekali hal yang ingin aku sampaikan. Tentang kenangan-kenangan, cerita-cerita indah yang pernah ada dan akan selalu ada. Tentang momentum paling istimewa dari sebuah alur cerita berjudul kehidupan.

  1. Kamu hadir di saat aku mulai pesimis tentang cinta dan hubungan antara satu orang dengan lainnya. Kamu tahu, aku mencintaimu. Selalu.

  2. Terimakasih untuk malam-malam yang menyenangkan di taman itu. Di Sevel, di tempat makan lesehan, di sudut parkiran sebuah mall, atau di tempat manapun kita berdua pernah menghabiskan malam untuk berbagi cerita dan saling adu siapa yang paling gombal, aku atau kamu. Segelas kopi, teh Camomile, cemilan keripik, pizza yang dingin, burger, chesse muffin, dan mie instan cup adalah teman yang akrab dengan kita berdua. Terimakasih karena aku ada saat hari ulang tahunmu.

  3. Kamu adalah seseorang yang sedikit banyak mengubahku menjadi seseorang yang lebih baik. Mengajarkan aku untuk tetap kuat dan tidak mudah menyerah.

  4. Terimakasih untuk liburan berdua di Magelang dan Candi Borobudur. Itu adalah kali pertama aku naik kereta api ekonomi untuk pulang ke Jawa. Stasiun Tanah Abang - Kutoarjo, Januari 2012. Sebuah momen yang tak akan pernah aku lupakan. Saat-saat paling panjang yang pernah kita habiskan bersama, berdua. Meskipun agak sedikit kacau karena transportasi pulang ke Jakarta yang di luar rencana. Akhirnya, kamu bisa makan Kupat Tahu Magelangan, kan di sore yang tiba-tiba hujan sebelum berangkat ke Jogjakarta. Langit di atas Candi Borobudur, tetaplah langit yang sama seperti tempatmu dan aku berdiri saat ini. Kita hanya terpisah jarak dan kesempatan, namun langit kita tetap satu. Masih ingat tentang foto kaki kita berdua di lantai atas pelataran Stupa?

  5. Kamu adalah orang pertama yang bisa membuatku bangkit dari kursi empuk dan meninggalkan studio sebuah bioskop lalu berjalan pulang karena sudah terlalu malam. Padahal, film belum lama dimulai. Terimakasih, dan akan selalu aku ingat pesanmu di telepon saat itu. Iya, aku harus lebih peduli dengan diriku sendiri.

  6. Terimakasih untuk segala macam perhatian, rasa sayang, dan cemburu yang pernah hadir dalam dirimu. Maaf untuk sikapku yang kadang membuatmu geleng-geleng kepala. Terimakasih untuk kejutan-kejutan kecil namun manis darimu. Aku masih ingat, ketika di satu malam kamu tiba-tiba membawakan aku 30 sachet kopi instan dan gelas putih bertutup merah untuk menyeduh kopinya. Terimakasih. Atau, yang terakhir, kamu memasukkan beberapa buah lemper ayam di saku jaket dan memaksa aku untuk ikut menghabiskan. -- Oh ya, sebenarnya aku menyiapkan sepasang cangkir untuk dipakai kita sebagai tempat teh atau kopi untuk menemani obrolan-obrolan hangat saat nanti aku pindah kost. Haha... barangkali, memang belum saatnya cangkir itu digunakan. Mungkin tak pernah. :D

  7. Terimakasih untuk malam-malam berdua di atas sepeda motor. Akhirnya, aku bisa selalu memelukmu dari belakang. Satu hal yang paling aku suka, sembari membaui jaket dan wangi parfum yang meruap dari tubuhmu.

  8. Terimakasih karena aku pernah ada ketika kamu sakit dan menjadi orang pertama yang mengurusmu saat itu. Menggosok tubuhmu dengan balsem, membuat tatto garis-garis dengan koin lima ratusan (kerokan), dan memberi sedikit pijatan agar tubuhmu kembali sehat seperti semula. Lalu memberimu sebuah pelukan. Hangat. Waktu itu, aku bangun pukul empat pagi dan menyiapkan air panas untuk kamu mandi. Menyiapkan teh manis dan sedikit cemilan untuk sarapan.

  9. Tentang malam itu, ketika semua memang harus diakhiri, terimakasih. Dari sanalah saya belajar tentang keikhlasan dan belajar untuk melepaskan. Melihatmu memilih dia.  Sesulit apapun, ternyata setiap orang punya kekuatan besar dalam dirinya ketika tak ada lagi hal yang bisa dilakukan kecuali menerima. Melawan tak akan pula mengurungkan niat dan membuatmu kembali padaku.

  10. Terimakasih karena Tuhan mengirimkan dirimu untuk jadi sebuah bagian dari kisah-kisah dan perjalanan hidupku. Bapak Ibu selalu senang denganmu. Merekalah yang kadang menanyakan bagaimana kabarmu, yang seringnya aku harus jawab, "Baik, Pak/Bu" karena aku tak selalu tahu dan bisa berkomunikasi denganmu seperti dulu.


Masih banyak hal yang bisa aku tulis, tetapi biarlah semua hanya Tuhan dan kita yang tahu. Terimakasih untuk semua hal manis yang pernah kita habiskan bersama dulu. Saat ini, memang aku ingin sekali bertemu, tetapi aku pikir, sudahlah, kita berjalan di arah masing-masing dahulu. Kalau nanti kita memang ditakdirkan bertemu, boleh aku memeluk dan menciummu sekali lagi? :D -- Tentang sebuah janji dariku, akan tiba untukmu nanti.

Rasa ini masih sama. Entah akan mengkristal atau membatu, ketahuilah bahwa sayangku selalu ada untukmu.

Terimakasih untuk saat-saat indah bersamamu...
Ho'oponopono: I'm sorry. Forgive me. I LOVE YOU. Thank you.. :')

-------------------------------

Magical May 2012, day 15. Healing a Broken Relationship.

Sunday, May 13, 2012

Untukku, Kelak di Kemudian Hari

Hari ketigabelas,

tentang diriku dan harapan-harapanku di waktu-waktu yang akan datang...

  1. Tak lama lagi, aku percaya seseorang itu akan datang. Tahun ini aku kembali mempunyai seseorang yang akan menempati ruang kosong di hati. Seseorang yang baik, mencintaiku dengan tulus dan sepenuh hatinya. Aku tahu, dia adalah seseorang yang telah dikirim Tuhan untuk menemani hari-hari sepiku belakangan ini. Seseorang tampan menurutku, dan dari dalam dirinya selalu ada sayang yang tak pernah surut untuk ia bagi bersama denganku. Seseorang yang akan berkata, "I just can't see you being crushed anymore. By your own hope." Matanya bulat bening, dan mungkin berkacamata. Seseorang yang selalu menyediakan bahunya untuk bersandar dan untukku meletakkan kepala. Orang yang baik hati, karena selalu mau aku peluk dari belakang. Ia selalu mendukung apa yang terbaik untukku meski di satu saat, kami tak selalu sependapat. Ia akan menjadi teman nontonku yang paling setia. Aku akan berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk dirinya.

  2. Aku memperoleh gelar sarjanaku. Sarjana Ekonomi -- summa cum laude, sesuai dengan keinginan Bapak dan Ibu. Latar belakang pendidikanku sendiri adalah pariwisata perhotelan. Tidak mengapa, karena aku ingin memberi sebuah hal yang terbaik yang bisa aku beri untuk kedua orang tuaku. Kemudian, aku berhasil memperoleh beasiswa Strata-2 Jurnalistik / Komunikasi sesuai dengan cita-citaku sebelumnya. Entah di Indonesia atau di luar negeri, orang tua dan kekasihku akan mendukung sepenuh hati.

  3. Karierku di perusahaan multinasional berkembang luar biasa. Berkat kerja keras dan dukungan dari orang tua, keluarga dan seseorang yang sangat aku cinta. Aku selalu punya iman, dalam hidup tak pernah ada hal yang mustahil karena Tuhan. Diangkatnya aku terus naik bukan turun, menjadi kepala dan bukan menjadi ekor. Potongan ayat kitab suci yang selalu ada dalam hati dan pikiranku. Tuhan memberkati kami dan keluarga secara luar biasa. Keinginanku untuk menjadi seorang backpacker di sela-sela kesibukan kantorku akhirnya berhasil terlaksana. Aku bercita-cita untuk mengunjugi tempat-tempat terbaik di Indonesia, tanah airku, setidaknya satu kali seumur hidupku. Pergi keluar negeri, akan menjadi destinasi perjalananku selanjutnya.

  4. Aku bisa mempunyai sebuah rumah sederhana yang sesuai dengan harapanku. Dengan kebun kecil di belakang rumah, tempat kami -- aku, keluarga, orang tua, dan orang yang aku cintai bisa bersama-sama dalam tawa dan canda. Menghabiskan sepotong sore dan menikmati pagi sambil minum teh atau kopi. Rumah yang dekat dengan alam, karena aku memang tak terlalu suka dengan begitu banyak keramaian dan hingar bingar.

  5. Kalau Tuhan mengijinkan, aku ingin sekali bisa mengajak Bapak dan Ibu untuk pergi bersama ke Lourdes, Perancis, dan menapaktilas perjalanan Yesus Kristus di Israel. Kemudian menghadiri sebuah misa Minggu sore di Vatican, Roma. Ingin rasanya, sekali seumur hidup bersama-sama dengan Bapak dan Ibu menghabiskan malam di suatu tempat yang menjadi dasar dan awal dari iman Katolik kami.

  6. Aku ingin mempunyai perpustakaan yang lengkap. Walau tak terlalu besar, koleksi yang tersedia mencakup buku-buku dari penulis-penulis terbaik. Perpustakaan akan dibuka untuk umum, tanpa terkecuali. Ada satu keinginan besar dalam diriku agar orang-orang di sekitarku yang tak begitu beruntung untuk mendapat akses ilmu dengan baik, dapat belajar di perpustakaan milikku. Tentunya akan ada ruang kelas kecil, ruang baca yang nyaman dengan lantai kayu dan sofa-sofa empuk. Penerangan akan jadi hal yang aku perhatikan. Internet tanpa kabel tersedia 24 jam penuh.

  7. Aku ingin menjadi seseorang yang berguna untuk sekitar. Apa yang telah aku raih, semoga tidak akan membuatku tinggi hati lalu tidak peduli terhadap sekitarku. Aku ingin lebih banyak membantu mereka yang kurang beruntung. Tak selalu dari segi materi, tetapi apa saja yang terbaik yang bisa aku dedikasikan untuk mereka. Aku selalu berharap, tak ada lagi diskriminasi dan pemaksaan kehendak dalam bentuk apapun suatu saat nanti. Aku ingin melihat Indonesia bertumbuh menjadi negara yang lebih baik. Toleran dan saling menghormati antar warga negaranya.

  8. Kalau pada akhirnya aku (ditakdirkan) menikah, aku akan menikah di Gereja tempat aku memperoleh semua Sakramen-sakramen; Baptis, Komuni Pertama, dan Krisma. Santo Ignatius Magelang. Aku ingin pemberkatan yang sederhana namun sakral. Siapapun nanti yang menjadi pasanganku, pakaian kami berdua berwarna putih. Altar gereja akan dihias dengan salah satu bunga kesukaanku, Lily putih. Paduan suara dan piano serta violin dan cello,  akan mengiringi prosesi ketika aku, kami berdua, mengucap janji setia di hadapan Tuhan. Ave Maria tetap jadi urutan teratas lagu yang harus ada saat itu.

  9. Orang tua kami bahagia, keluarga kami makin diberkati karena pada akhirnya aku memberikan seorang -- mungkin dua orang cucu tambahan, laki-laki dan perempuan yang lucu dan sehat. Dua orang anak yang baik dan berbakti kepada kami serta tak pernah membeda-bedakan satu dengan lainnya. Dua orang malaikat kecil yang senantiasa kami bimbing dalam iman Katolik. Walau demikian, kami tidak akan memaksakan semua yang kami mau. Kami memberikan mereka kebebasan dalam memilih, termasuk jujur terhadap diri mereka sendiri. Apapun itu, kami mendukung sepenuh hati.

  10. Sebelum akhirnya aku menutup mata dan kembali ke rumah Bapa, semoga aku menjadi seseorang yang jauh lebih baik dari hari ini. Tak ada dendam atau amarah, dan kesalahan-kesalahan yang pernah aku lakukan telah kumintakan maaf pada mereka-mereka yang sadar atau tak sadar pernah tersakiti. Aku ingin mempunyai sebuah kenangan paling baik terhadap orang-orang yang aku tinggalkan.


Semua terasa indah ketika harapan-harapan itu berjalan sesuai dengan harapanku. Tetapi semuanya aku serahkan kepada Tuhan yang memiliki hidupku. Kalau nantinya ada beberapa yang tidak sesuai dengan harapanku, aku selalu percaya bahwa itulah yang paling baik menurut Tuhan untuk ada dalam hidupku. Semoga Engkau selalu menjaga dan menopang hidupku, serta orang tua, keluarga dan orang-0rang tersayang yang ada di sekelilingku. Terimakasih...

Terimakasih, Tuhan...

Terimakasih...

 

------------------------

Magical May 2012 day 13. Future Wishes. -- Jakarta, 16 Mei 2012

 

Monday, May 7, 2012

Kompleksitas Hidup dan Sebuah Proses Belajar

Hari Ketujuh,
Angka tujuh selalu menarik hati saya. Saya menyukai angka tujuh. Tujuh yang dikali dua sama dengan empat belas adalah tanggal kelahiran saya. Secara pribadi memang saya memfavoritkan hari ini, disamping sebuah tugas yang rasa-rasanya memang ingin saya tulis. Saya sendiri pernah mengutarakan niat saya kepada seseorang untuk menulis lebih banyak lagi sosok yang akan saya tulis ini. Saya memang tak pernah percaya akan adanya kebetulan. Semua yang berada di alam semesta adalah bagian dari rencana-Nya. Entah free-will itu ada atau tidak, pada akhirnya saya melihatnya sebagai konsep dan kesadaran manusia untuk mengubah konteks dan cara pandang sebuah hal. Kita (katanya) diberi kebebasan untuk memilih. Kanan atau kiri, pilihan yang satu atau yang lain. Namun, pada ujungnya selalu menunggu sebuah konsekuensi. Tak pernah benar-benar bebas. Tetapi kesadaran kitalah yang harus kembali memandang hal itu sebagai anugerah atau menjadikannya masalah. Toh, dari awal kita sendiri yang telah memilih. Sebenarnya, ini semacam pendapat sok tahu dari saya sendiri sih untuk -- katakanlah, lebih mudah untuk diterima impul syaraf dari sel-sel otak saya. Pikiran saya.

Dalam hidup, akan selalu terdapat masalah-masalah yang menuntut kita untuk diselesaikan. Beberapa diantaranya, terkadang membuat kita bertanya-tanya apa dan mengapa. Misalnya, apa salah saya atau mengapa harus saya. Setiap orang punya masalahnya sendiri-sendiri. Apa yang menurut kita sepele, bagi orang lain mungkin seperti akhir dari hidupnya.

Masalah saya sekarang, bisa jadi terlihat amat sangat sepele buat orang lain. Namun untuk saya, ini adalah beban yang menuntut saya untuk segera membereskan. Mendistrak pikiran saya yang semula fokus, menjadi terpecah ke dalam beberapa hal hampir dua bulan ini. Saya tidak akan menceritakan secara gamblang di tulisan ini. Saya hanya akan membuat sebuah surat terbuka, karena sampai sekarang saya masih tidak tahu bagaimana caranya saya menyampaikan langsung.
Untuk Ajenehh, sengaja saya memakai nama lain. Banyak yang ingin saya tulis entah nanti berguna atau tidak, semoga pesan ini tersampaikan. Kita tak pernah saling mengenal. Namun rupanya, hidup memaksa kita menjalani awal yang boleh dibilang tidak menyenangkan. Harusnya, kita tetap jadi dua orang asing di dunianya masing-masing. Tetapi saya selalu percaya ada maksud Tuhan dengan semuanya. Masihkah menganggap saya sebagai satu-satunya sumber masalah? Kalau pun iya, tidak apa-apa. Sekarang ini, semua seperti benang kusut dan tak yakin akan terurai ujung pangkalnya. Begitu aneh, ketika seseorang yang bahkan tidak pernah saya kenal menganggap saya sebagai satu-satunya orang yang harus dipersalahkan.

Aje, saya tahu, sesuatu itu belum menemukan titik terang. Terlalu banyak prasangka-prasangka yang selewat hadir di sudut pikir. Saya tidak marah pun dendam dengan yang telah terjadi. Nyata-nyata yang saya tahu, kita adalah dua orang yang sedang dipermainkan oleh "keadaan dan situasi." Kamu pasti mengerti maksudnya. Pada akhirnya saya memilih diam dan pergi. Saya tidak ingin melawan. -- Mengapa kita tak coba untuk sedikit saja merendahkan hati dan meletakkan ego kita sendiri dan mulai berbicara hati ke hati?

Kalau kamu membaca tulisan ini, saya ingin menyampaikan, seseorang yang kini dekat dengan kamu telah bersama dengan saya sebelumnya, bisa jadi sebelum kamu ada. Saya tidak datang tiba-tiba. Namun pada akhirnya saya memilih melepaskan bukan karena saya tak ingin berjuang, tetapi hati mengisyaratkan cukup. Saya sadar dari awal, bahwa tak pernah ada kompetisi siapa unggul atas siapa. Kamu memang tidak akan pernah memperoleh apa yang jadi menjadi penasaranmu terhadap saya sekarang. Nanti. Hidup selalu punya caranya sendiri mengungkapkan sesuatu. Selama ini yang kau cari bisa begitu saja dihadirkan di depan mata tanpa kau siap atau berjaga dengan segala kemungkinannya. Titip mas, ya. Tanpa saya, berarti Tuhan memercayakan kamu untuk menjaganya lebih baik dari yang pernah saya berikan. Saya juga percaya kamu orang yang baik. Itu saja. Mengenai sikap-sikap kamu ke saya kemarin, saya tak pernah mempersalahkan. Saya memaafkan bukan lantaran kamu belum tahu, tetapi hati saya bilang memaafkan tanpa harus punya tendensi apa-apa. Tidak ada yang benar atau salah di sini, yang ada hanyalah semacam 'waktu belajar' untuk semua. Dengan tangan terbuka, saya selalu siap untuk sekadar ngobrol berdua dan menanggalkan segala 'atribut' yang melekat di  diri kita. Kamu tak pernah jadi musuh saya. Strangers are just family you have yet to come to know. -Mitch Albom Kamu percaya? Dari titik ini, saya tidak lagi memandang kamu sebagai orang yang sama seperti waktu-waktu lalu. Kamu seseorang yang baru. Hingga saatnya, Tuhan punya cara yang lebih baik untuk melaksanakan apa yang selama ini selalu jadi sebuah tanda untuk saya. Semoga.  -E-

Masalah yang ada buat saya menjadi semacam ruang kelas untuk belajar. Dari sanalah saya ditempa untuk bertumbuh dan berkembang menjadi seseorang lebih baik. Masalah yang seringkali datang dan mendistrak kemampuan berpikir saya untuk bergerak, biasanya turut andil yang tidak sedikit terhadap warna hidup yang saya jalani. Selama hampir dua bulan sejak "saat" itu, saya belajar untuk menjadi seseorang yang lebih sabar, ikhlas dan berani untuk mengubah hal yang selama ini menurut saya sebagai beban menjadi sebuah kejadian yang mustinya saya syukuri. Saya menjadi lebih berhati-hati ketika berhadapan dengan sesuatu yang negatif, dan tidak asal-asalan untuk bertindak / mengambil keputusan. Kalau sekarang saya belum menemukan orang yang tepat, pada waktunya nanti pasti akan ada seseorang itu. Mungkin sekarang, tugas saya bukan mencintai dan fokus hanya pada satu orang. Tetapi dengan orang-orang di sekitar saya, seperti teman-teman, keluarga, dan sahabat. Kehilangan tidak selalu tentang hidup yang tiba-tiba tercerabut dan berhenti. Saya bersyukur untuk waktu sekarang. Lebih banyak kesempatan untuk berkaca dengan diri sendiri dan menikmati waktu-waktu yang tadinya terlewat. Saya sudah merasa tenang dengan apa yang saya punya. Tak berlebih, tetapi cukup untuk saya pribadi. Terimakasih untuk hidup yang memberikan saya kesempatan belajar di salah satu ruang-ruang kelasnya. Saya sadar, masih banyak kelas-kelas lain yang nanti akan dipelajari. Semoga selalu ada kemampuan, kekuatan dan kesiapan diri pada saatnya. Terimakasih... Terimakasih... Terimakasih...

 

 

------------------------

Magical May 2012 - day 7 | Biggest Stone, Tallest Wall

Saturday, May 5, 2012

Rejeki yang Tak Pernah Berhenti Mengalir

Hari kelima,

Sudah mendekati satu minggu sejak saya mengikuti program ini. Semacam project pribadi dengan Tuhan, tentang bagaimana kita memandang hidup lalu kemudian bersyukur atas semua pencapaiannya. Terimakasih telah memberi saya begitu banyak kemampuan yang pada satu waktu sepertinya saya merasa tak mampu untuk menghadapi tantangan-tantangan di depan mata. Seringkali, saya sudah duluan menyerah dan tak percaya dengan kemampuan diri sendiri sebelum akhirnya sebuah kenekatan tiba-tiba muncul dalam benak saya untuk tetap bergerak maju. Hidup mengajarkan saya begitu banyak hal, salah satunya, seberat apapun langkah-langkah yang harus dituju, pada akhirnya tak selalu berat seperti kelihatannya. Setiap orang punya kemampuan luar biasa dalam dirinya untuk menaklukkan setiap tantangan. Seringnya ini tidak disadari. Maka, saya bersyukur untuk kemauan dan niat yang besar dalam diri saya untuk terus bergerak bukan hanya diam atau cukup puas dengan jalan di tempat. Pikiran-pikiran negatif memang tidak akan membawa kita kemana-mana. Seperti terkungkung dalam cangkang kerang yang sempit, menghimpit bahkan bisa jadi gelap. Esensi hidup itu berjalan. Menatap lurus ke depan, dan tak berhenti lantaran di tengah arus perjalanannya kita tak memperoleh apa yang kita harapkan. Tak semua harus sesuai dengan apa maunya kita. Hidup adalah tentang belajar menerima apa yang telah disuguhkan, bukan mengeluh seperti tak pernah ada tujuan. Semua yang ada dalam kita, tak pernah sia-sia. Hidup bisa jadi sebuah masterplan yang agung, tentang kita dan orang-orang di sekitar dari Tuhan pencipta Semesta Alam. Makanya, jangan pernah protes ketika hidup menawarkan 'apa perlunya' dan bukan 'apa maunya' kita. Bersyukurlah. Semua adalah hal-hal terbaik, hanya di saat yang bersamaan kita belum sepenuhnya sadar.

Bersyukur untuk hari keempat, ketika dapat berjalan dengan baik. Terus terang, saya agak kebingungan juga untuk menulis satu persatu, karena apa yang saya terima kemarin semuanya harus tetap disyukuri. Saya masih tetap bekerja dan mempunyai penghasilan, makanan dan minuman yang cukup untuk saya dan keluarga, bersyukur masih diberi kesehatan di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu belakangan ini. Kemarin, saya juga harus bersyukur walaupun pulang Patas yang saya tumpangi itu penuh dan terpaksa berdiri. Bersyukur masih punya dua kaki dan kondisi tubuh yang prima untuk berdiri di tengah kemacetan yang luar biasa jahanam menurut saya. Hahaha... 2 jam berdiri dan mungkin sudah ganti-ganti posisi beberapa kali. Puji Tuhan untuk kaki yang begitu sampai rumah pegal-pegal. Tetap disyukuri, kan? Toh saya ingat, ada orang-orang lain di luar sana yang harus bekerja sambil berdiri, mungkin sekitar 8 jam atau lebih. Contoh paling mudah adalah para Sales Promotion di mall-mall. Bisa dibayangkan, mereka tiap hari berdiri dan melayani para pembeli produk yang mereka tawarkan. Terkadang bisa dehidrasi, karena seringnya yang saya tahu, kurangnya asupan cairan. Berjuang memakai sepatu hak yang sudah ditetapkan tingginya oleh manajemen toko. Rasa-rasanya saya memang harus lebih banyak bersyukur karena ini tak setiap hari saya alami. Dulu, saya sendiri juga pernah mengalami kondisi kerja yang demikian ketika masih bekerja di dapur Pastry sebagai Chef. Lumayan berat, dan dituntut harus serba gesit di tengah tekanan yang boleh dibilang tidak ringan. Kondisi tubuh memang harus selalu prima. Makanya, saya benar-benar bersyukur karena pernah ada dan merasakan, sehingga tidak begitu saja memandang sebelah mata pada orang lain.

Kemarin, saya ngobrol-ngobrol, bercanda, dan ngegodain mas. Hal yang sering saya atau kami berdua lakukan. Sesuatu yang mungkin sekarang hampir-hampir jadi barang mewah karena kondisi kami akhir-akhir ini memang tak lagi seperti waktu-waktu lalu. Bersyukur untuk kedekatan kami berdua. Memang, untuk waktu-waktu sekarang, kami belum bertemu lagi secara fisik. Entah kapan, saya percaya akan ada saat untuk itu. Biarlah hari ini, kami menjalani fase masing-masing untuk sama-sama bertumbuh dan bertransformasi menjadi seseorang yang lebih baik. Kami tak pernah putus dalam berhubungan, kami sedang belajar untuk saling merindukan. Mungkin nanti, kita adalah dua orang yang paling berbahagia karena dipertemukan. Pengin nangis sih ketika ngetik ini. Ga tahu kenapa. Saya juga bingung untuk nulisnya gimana. Hahaha... Kalau ada yang tahu, mungkin akan terasa di tiap kata dan kalimatnya. Saya seperti meniupkan nafas dan menyuntikkan nyawa ketika berbicara mengenai sosoknya.

Kemarin malam, di rumah kakak masak Soto Ayam. Makanan yang saya suka dan selalu mengingatkan Bapak dan Ibu di Magelang. Iya, Bapak dan Ibu memang punya warung Soto Ayam. Kata langganan Bapak, teman-teman, mantan saya, dan Mas yang pernah mencoba soto Bapak enak dan lain dari soto-soto sejenis di dekatnya. Saya sendiri harus mengakui itu, bukan karena saya salah seorang putranya, tapi ya memang begitu. Pengin sih, nanti suatu saat saya bisa mengembangkan usaha Bapak dan Ibu memakai resep keluarga hasil eksperimen kedua orang tua saya. Bukan resep rahasia juga, toh ketika teman-teman nanya ke Ibu pun, pasti dengan senang hati akan diajari. Tapi, di beberapa point, ada satu kekhasan yang tidak dibagi ke orang lain. Hahahaha.... :D

Kemarin dapat oleh-oleh beberapa biji Apel dari teman baru pulang dari Malang. Kota yang sangat-sangat ingin saya kunjungi. Semoga kesampaian. Ya bukan berarti saya mau ngapelin mantan sih, begitu yang sering teman-teman saya bilang kalau udah bikin rencana mau trip ke Malang. Haha... tapi boleh jugalah kalau dia berkenan jadi tour guide selama di sana. :P

Saya lupa untuk bersyukur karena menemukan "Segitiga", batu saya. Tadinya bingung banget karena ternyata lumayan susah menemukan batu di Jakarta. Kaya mau terbang pinjam baling-baling bambu dan pergi ke rumah di Magelang yang pasti gampang banget nemuin batu. Sempat dapat satu, lumayan besar, tapi hati saya bilang tidak. Ga ada ikatan atau apalah namanya. Pokoknya ga sreg. Saya simpan dulu semalaman, lalu besoknya ketika saya berangkat ke kantor di dekat rumah, tiba-tiba mata saya tertuju padamu ke sebuah batu kecil. Saya ambil. Bentuknya segitiga, dan hati saya bilang "ini". Segitiga, punya arti yang dalam buat saya entah kenapa. Berhubungan dengan sebuah fase yang belum lama (atau mungkin sekarang masih) dijalani. Tiga, berarti nama saya: Tri. Bentuknya sekilas ketika dibalik memang mirip hati. Batu yang keras, sepertinya memang sedikit mirip dengan gambaran sifat saya yang kadang-kadang keras, dan ngeyel; tetapi kuat. Eh, saya tidak boleh sombong, ya? Maaf.

Mungkin sisanya, saya berterimakasih untuk satu hari kemarin yang mungkin terlewat atau tak sempat saya ingat dan syukuri.

Terimakasih...

Terimakasih...

Terimakasih...

==========

Berbicara mengenai rejeki yang telah saya terima, jujur, banyak sekali. Sangat banyak. Kalau 10 saja mungkin tak ada apa-apanya ketimbang yang pernah saya dan keluarga terima selama ini. Saya tidak akan menuliskan apa-apa di sini, tetapi mungkin sedikit berbagi dengan apa yang telah saya alami. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, keluarga saya memang bukan dari ekonomi yang kuat. Sederhana, dan dulu pernah tahu bagaimana rasanya kekurangan. Saya selalu bersyukur untuk satu hal itu. Bapak bukan datang dari golongan yang berpendidikan tinggi, kalau boleh saya bilang, Sekolah Dasar saja mungkin tidak lulus. Tetapi sepanjang yang saya tahu, Bapak adalah seseorang yang punya kemauan luarbiasa untuk berkembang dan maju. Beliau bahkan tidak pernah malu untuk belajar dengan orang-orang baru. Pernah merantau hingga Sumatera, dan akhirnya menetap di Magelang setelah bertemu dengan Ibu saya. Puji Tuhan, dari kecil saya diajarkan untuk tidak manja. Saya bahkan hampir tidak pernah minta dibelikan ini itu, meski teman-teman yang mempunyai mainan atau baju atau makanan yang saya tahu tidak mampu beli. Saya cukup puas dengan apa yang saya miliki. Seringnya, malah Bapak dan Ibu yang tiba-tiba mengajak saya ke sebuah toko mainan dan di sana mereka membelikan saya satu, meski tak seberapa. Kenangan yang saya ingat adalah ketika saya sekitar 3 atau 4 tahun, sepulang dari gereja, Bapak Ibu membawa saya ke toko dan membeli sebuah piano mainan kecil dari kayu. Warnanya merah dengan tuts kecil putih satu setengah oktaf, dengan tuts hitam (kres #) yang cuma dicat tanpa bisa ditekan. Saya senang luar biasa. Bisa jadi, itu mainan paling mahal yang pernah saya peroleh dari Bapak dan Ibu. Yah, ketika kecil, saya terobsesi ingin jadi organis/pianis gereja ketika saya sudah besar.

Saya bersyukur karena bisa bersekolah di sekolah yang masuk kategori terbaik di kota saya. Tanpa campur tangan Tuhan, rasanya saya hampir tak percaya. Dari TK sampai SMA, Bapak dan Ibu memasukkan saya ke sekolah swasta Katolik di Magelang. Waktu lulus SD, tadinya saya ingin melanjutkan ke sekolah negeri, apalagi saya cukup yakin dengan angka NEM saya saat itu. Bapak bilang "Tidak. Kamu masuk ke Tarakanita saja yang bagus dan disiplin. Dekat dari rumah juga." -- Saya memang sempat dilema, bukan protes, karena saya tahu itu sekolah yang cukup mahal untuk saya pribadi. Bapak meyakinkan saya, bahwa nanti pasti sudah disediakan rejekinya. Daripada kamu sekolah jauh-jauh, kan ongkos transport bisa dialokasikan ke yang lain, entah buku-buku dan SPP kamu. Saya bersyukur atas itu. Di sekolah yang kemudian mengajarkan saya untuk tidak pernah membeda-bedakan, kesadaran dan disiplin yang tinggi sedikit banyak membentuk diri saya sekarang ini. Saya pun selama tiga tahun, berhasil memperoleh beasiswa. Terimakasih...

Saya bersyukur dengan bantuan finansial untuk saya sekolah dan Bapak Ibu dari kakak yang sudah bekerja di Jakarta. Puji Tuhan, sedikit banyak membantu kehidupan kami di Magelang saat itu. Terimakasih.

Bapak akhirnya bisa membeli tanah dan rumah yang lebih layak untuk kami. Sebuah pencapaian yang menurutnya paling besar dari seorang Bapak dan Ibu. Berjuang bertahun-tahun di tengah kondisi ekonomi kami yang tidak begitu kuat, Bapak bisa menyisihkan sedikit penghasilannya untuk membeli impiannya. Sebuah rumah milik sendiri. Tadinya, kami tinggal di tanah peninggalan nenek-kakek saya. Rumah kami kecil, hanya tiga petak. Itu pun juga jerih payah Bapak yang membangun sendiri berbekal hasil beliau merantau. Kami sudah biasa dipinggirkan saat itu, lantaran ekonomi kami yang dianggap kurang. Saya sendiri sampai sekarang masih suka terharu, ketika akhirnya Bapak dengan tabungannya yang tak seberapa ditambah hasil menjual jatah tanah dari orangtuanya di desa untuk membeli tanah dan membangun impiannya. Rumah yang lebih layak untuk tempat tinggal istri dan anak-anaknya. Satu hal yang selalu saya ingat adalah, "Biar kamu nggak malu kalau ada teman-teman yang main. Dan nanti, Bapak ga perlu bingung untuk nampung cucu-cucu dan mantu Bapak." Terimakasih untuk anugerah yang luar biasa ini.

Saya bersyukur, karena satu cita-cita masa kecil saya tercapai. Saya dibiayai Kakak untuk ikut kursus musik Electone di Yamaha. Waktu itu, sepulang saya latihan drama Natal di gereja, kakak yang baru pulang dari Jakarta, menjemput saya. Katanya, yuk kamu daftar kursus musik. Saya gak bisa berkata-kata. Saya senang. Bagian dari masa kecil yang akhirnya tak cuma jadi angan tetapi merangkak keluar dari kotak dan mewujud jadi kenyataan. Saya belajar Electone selama 4 tahun, yang akhirnya saya memilih berhenti untuk fokus ke sekolah disamping tidak ingin merepotkan lagi mengenai biaya yang saya tahu tidak murah itu. Lagipula, waktu 4 tahun sudah cukup untuk saya menguasai dasar-dasarnya. Membaca partitur, menyinkronkan jari jemari di atas papan tuts dan lain-lain. Selebihnya, improvisasi dan tetek bengeknya bisa otodidak saya pelajari. Terimakasih untuk sebuah kesempatan mencapai cita-cita...

Pada dasarnya, sesusah apapun kondisi ekonomi kami, Tuhan tak pernah berhenti untuk memberkati. Selalu ada saja bantuan-bantuan yang kadang tak pernah kami pikirkan sebelumnya. Ketika bingung membayar tagihan sekolah atau listrik, misalnya, tiba-tiba seolah ada rejeki yang diberikan dari atas. Semua dapat diselesaikan dengan baik. Ini yang terus terjadi sampai sekarang. Entah keberuntungan atau apa namanya, yang pasti setiap manusia punya rejekinya sendiri-sendiri. Sekarang yang harus disyukuri adalah bagaimana kondisi ekonomi keluarga yang semakin baik. Tadinya bingung untuk membagi-bagi penghasilan yang tidak seberapa untuk makan, bayar ini itu, kini kami bisa membantu sedikit-sedikit saudara atau sekitar yang sedang memerlukan. Saya bersyukur dan berterimakasih dengan anugerah yang Tuhan beri. Rejeki kami tak pernah berhenti mengalir. Tuhan baik? Iya, sangat baik dan terlampau baik untuk kita yang sering lupa mengucap terimakasih. Ketika memandang ke bawah, saya bersyukur pernah ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Akan ada saatnya untuk mereka diangkat ke atas. Setiap manusia punya kesempatan dan hak yang sama di mata Tuhan. Terimakasih tak terhingga untuk Tuhan yang Maha Pemurah....

Jakarta, 5 Mei 2012 -- dan saya masih ingin menangis haru karenanya... Maaf, terlalu banyak kata luar biasa di sini, karena HIDUP TERLALU LUAR BIASA UNTUK DIANGGAP BIASA-BIASA SAJA.

 

 

--------------------------

Magical May 2012 - day 5 | Wealth

Friday, May 4, 2012

Sehat Itu Berkat

Hari Keempat,

Saya menjalani Magical May tak terasa sudah empat hari. Selama itu, saya kembali terbiasa untuk mengucap syukur dan berterimakasih atas apa yang telah Tuhan beri. Beban saya seperti berkurang dan langkah saya semakin ringan. Semacam memberi sugesti dalam diri agar saya tetap fokus hanya memasukkan hal-hal baik lalu menyaring segala bentuk --katakanlah, hal negatif untuk ada dalam hati saya. Belum sempurna, tetapi saya mulai bisa mengatur hal apa saja yang harusnya tetap dipertahankan dalam batin saya. Tugas kemarin memang saya akui lumayan berat. Berhubungan dengan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin saya ingat-ingat lagi karena beban dan goresan luka yang cukup dalam. Namun, akhirnya saya merasa lega akhirnya saya berhasil menuliskan, meskipun itu hanya bagian luar saja. Saya bersyukur untuk satu hari kemarin...

1. Kemarin malam, saya naik Patas AC yang kosong. Biasanya, saya sudah heboh sendiri berlari untuk mengejar bus padahal busnya sendiri sedang ngetem. Aneh, punya kebiasaan jelek seperti ini. Walaupun di waktu tertentu bagus juga kita bisa sedikit gesit. Tetapi semalam, saya berjalan cukup santai dan tenang. Terlalu terburu-buru dengan sesuatu, terkadang bisa membawamu kepada pilihan yang salah dan ketidakpuasan. Ada dua Patas, tapi saya tahu trik kondekturnya. Biar dia bilang kosong, jangan lantas percaya. Akal-akalan. Biasanya malah sudah penuh. Memang kosong, tapi di tengah (gang). Maka saya memilih untuk menunggu sebentar dan datang bus kedua yang benar-benar kosong. Ya tidak semua sih begitu, tapi mengingat saya punya track record sendiri dengan bus Patas ini, makanya saya tahu bus mana yang kosong, mana yang tidak.

2. Terimakasih untuk seorang, dua orang atau entah berapa lagi yang sepertinya memantau tweet-tweet saya. Terimakasih, artinya kalian masih peduli dan mempunyai waktu untuk (membaca tweet) saya. Saya membebaskan siapa saja untuk mengintip dan mengetahui apa yang saya tulis. Saya tidak berpikiran negatif, tapi pada dasarnya, (mungkin) saya masih punya arti untuk kalian. Terimakasih.

3. Blog saya ini dibaca oleh seseorang, yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Terimakasih untuk waktunya membaca tulisan saya. Pesan saya tersampaikan? Mungkin. Di sini saya tidak bermaksud untuk memberitahu kamu, saya hanya mengeluarkan apa yang harusnya dikeluarkan. Maaf juga, ya, untuk memakai nama dan foto. Sekarang saya edit dengan panggilan saya ke kamu sesuai permintaan. Iya, untuk privasi juga barangkali. Sebetulnya kaget juga, sih, tiba-tiba kamu kasih kabar baru baca tulisan saya. :D

4. Diberi uang buat ongkos sama Kakak. Hahaha... Terimakasih.

5. Saya bingung mau nulis apa lagi. Mungkin saya rekap jadi satu point ya. Ada lima: saya sehat, saya dan keluarga masih bisa makan dan minum cukup, pekerjaan saya kemarin tidak ada masalah yang berarti, dapat sate Padang dari kakak, dan tidur saya akhir-akhir ini selalu nyenyak dan ketika bangun badan saya segar. Terimakasih..

=======

Hari kelima, kali ini tentang kesehatan. Saya bersyukur kepada Tuhan, bahwa sejak kecil saya belum pernah sakit yang sampai pada level serius. Beberapa masalah kesehatan, kadang memang hinggap di tubuh saya. Tetapi tak menjadi hambatan untuk saya pribadi. Apalagi, semalam, kakak memberi kabar kalau Bude saya masuk rumah sakit di Jogja karena batu ginjal. Otomatis saya langsung bersyukur, bahwa keluarga kami dalam kondisi yang sehat. Sehat itu mahal harganya, begitu yang selalu Bapak bilang ke saya. Beliau bersama Ibu, adalah dua orang yang selalu memantau kondisi saya. Bapak, yang selalu tahu kalau badan saya mulai drop dan biasanya mengingatkan untuk banyak makan atau minum obat. Cuma, kadang-kadang saya yang terlalu ngeyel juga sih.

Dari kecil, saya memang agak bermasalah dengan gigi saya. Entah kenapa, dari mulai sakit ringan sampai gusi bengkak, kayanya sudah pernah saya alami. Paling parah bengkaknya itu waktu kelas 3 SMP. Muka saya seperti habis ditonjok orang. Bengkak, selama 3 hari. Hahaha... padahal, saat itu harus menjalani upacara Sakramen Krisma saya di gereja. Awalnya, saya merasa tidak siap aja dengan kondisi begitu. Namun, ada semacam dorongan yang besar dari dalam diri bahwa saya percaya setelah itu pasti sembuh. Semacam ngetest aja mungkin, pikir saya. Bodo amat deh, ngapain harus malu, toh saya harus tetap menerima Krisma daripada saya harus menunggu dua tahun lagi. Oh tidak. Malu nggak malu, saya berhasil melewati tahapan itu. Percaya gak? setelah pulang dari gereja bengkak saya mulai kempis dan tidak terasa sakit sama sekali. Puji Tuhan. Semacam mukjizat aja sih rasanya. Lalu, akhirnya diadakan "operasi" besar-besaran daerah mulut saya di dokter gigi. Hahaha, ada yang dicabut dan dibersihkan. Puji Tuhan, sampai sekarang, belum pernah lagi bermasalah dengan gigi dan gusi. Semoga tidak lagi. -- Sakit itu semacam sinyal bahwa mulai ada yang tidak seimbang dan sinkron dalam tubuh.

Terimakasih...

Terimakasih...

Terimakasih...

 

---------------------------

Magical May 2012 - day 4 | Health

Thursday, May 3, 2012

Untuk Orang-Orang Luar Biasa dalam Hidup

Hari ketiga,

Saya mengetik tulisan ini ketika jam istirahat kantor. Dari pagi, kerjaan lumayan menumpuk ditambah deadline yang seperti mengejar-ngejar untuk diselesaikan. Sekarang, saya menyempatkan diri untuk sekadar merunut ulang hari kemarin. Apa yang telah saya terima, kejadian seperti apa yang kemarin dihadapi. Sebenarnya sih, ketika saya masih bisa menulis untuk hari ketiga pun, saya harus bersyukur. Tuhan memberi jatah satu hari lagi untuk saya bersyukur dan berbuat baik.

10. My toughest relationship : ada dua. Agak berat rasanya saya menuliskan di sini. Saya tidak ingin bercerita apa dan bagaimana, tetapi saya hanya ingin sedikit berbagi. Intinya adalah cinta yang tak selesai dan belajar melepaskan. Dua hal, yang jika terjadi secara bersamaan ditambah dengan beberapa sengatan-sengatan kecil rasanya akan membuatmu meringis atau menangis. Cinta saya memang tidak kandas, namun ia hanya sedang belajar untuk melepas.
"Mencintai itu, kadang mengumpulkan segala tabiat menyebalkan dari seseorang yang engkau cintai, memakinya, merasa tak sanggup lagi menjadi yang terbaik untuk dirinya, dan berpikir tak ada lagi jalan kembali, tapi tetap saja engkau tak sanggup benar-benar meninggalkannya." -Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan | Tasaro GK.

Jangan tanya bagaimana saya setelahnya. Seperti dikerat-kerat dengan pisau jadi potongan-potongan kecil. Iya, hati saya. Luka tetap luka, tak selamanya hati dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Ia perlu kekuatan. Diri kita. Bukan lantas terus terpuruk dan menangisi atau mengasihani apa yang terjadi, saya harus tetap kuat berdiri. Percayalah, Tuhan membuat hati kita dari sesuatu yang benar-benar kuat dan luar biasa. Saat ini memang terluka, cukup dalam, tetapi ketika semua pulih, ia sanggup menampung cinta seperti sedia kala. Malah bisa jadi lebih besar. Lalu, melepaskan itu semacam membebaskan diri dari keterikatan. Merelakan apa yang memang harus direlakan, dan tak menahan apa yang harusnya melangkah pergi. Kita hanya sedang belajar untuk melapangkan hati dan bersiap menerima sesuatu yang jauh lebih baik.
"Suatu saat mencintai adalah memutar hari tanpa seseorang yang engkau cintai. Sebab, dengan atau tanpa seseorang yang kamu kasihi, hidup tetap harus dijalani." -Galaksi Kinanthi | Tasaro GK.

Pada akhirnya saya sadar, sebenarnya semua ga perlu terlalu banyak drama. Cinta itu sederhana, cuma kita terkadang membuatnya seperti rumus hitungan matematika.

9. Kemarin saya datang ke kantor bisa lebih cepat. Walaupun harus capek-capek berdiri di bus, tapi perjalanan lebih cepat dari hari biasanya.

8. Banyak yang ngomong, sore hari hujan. Tapi di daerah kantor saya tidak. Hanya mendung biasa. Puji Tuhan, sampai saya pulang ke rumah memang tidak turun hujan. Atau sebelumnya gerimis, saya juga tidak tahu.

7. Saya masih diberi rejeki dan makan minum yang cukup.

6. Diberi kekuatan yang luar biasa untuk menghadapi tekanan dan deadline yang mulai berbaris antre di depan meja.

5. Badan saya sehat. Itu penting. Apalagi saya tinggal di Jakarta yang mobilitasnya cukup tinggi. Menghadapi macet, waktu-waktu yang harus dihabiskan di jalan, berangkat pagi pulang malam. Rasanya untuk seseorang yang mungkin baru pertama kali tinggal di sini pasti akan mengalami kekagetan dalam tubuhnya. Saya bersyukur, selalu bisa beradaptasi dengan baik dimanapun saya tinggal.

4. Twitter. Saya mungkin harus berterimakasih karena bertemu dan kenal dengan beberapa orang yang luar biasa dari sini. Ketemu pacar juga sih. Hahaha... Saya belajar banyak dengan orang-orang yang saya ikuti. Mereka seperti jadi inspirasi untuk diri saya.

3. Seorang Ahmad. Untuk kamu yang saya sebut di sini, terimakasih. Terimakasih untuk semuanya yang tidak bisa saya tuliskan. Saya selalu percaya ada maksud Tuhan yang baik dengan mempertemukan kamu dengan saya. Kita hanya belum tahu.  Entah itu apa, pokoknya saya percaya saatnya pasti ada. *manggil tarot reader* *halah* :))

2. Saya punya keponakan-keponakan yang lucu, Dito dan Dita. Oh, tentu saya harus bersyukur dengan kehadiran mereka. Walaupun kadang memang ngeselin, tetapi saya selalu merindukan mereka.

1. "Selamat pagi. Semangat ya!" dari Mas. Hahahaha... bisa jadi ini semacam moodbooster yang paling ampuh untuk mendongkrak lengkung senyum ada di wajah saya. Sapaan sederhana dan tulus selalu bisa menyentuh hati saya. Terimakasih, ya.. :)

Banyak hal yang ingin saya tulis, tapi pada akhirnya saya membungkus mereka jadi satu dalam ungkapan syukur yang paling besar dari saya. Terimakasih Tuhan, selalu ada hal-hal baru yang Kau beri setiap hari.

Terimakasih...

Terimakasih...

Terimakasih...

=============

Memilih beberapa orang yang punya pengaruh besar di hidup saya itu lumayan sulit. Apalagi ini cuma bisa memilih tiga. Hmm... deg-degan juga sih dari kemarin, mau menulis siapa dan apa saja. Pada dasarnya, kedua orangtua, Bapak dan Ibu, adalah dua orang yang meski tak saya tulis di sini akan selalu jadi panutan dan guru buat saya. Karena mereka lah saya ada, berkat jerih payah mereka pulalah saya bisa seperti sekarang.


 3. Sahabat saya, Sisca. Panggilan akrabnya Buncis. Kalau ada seseorang yang bisa kenal saya luar dalam, boleh dibilang Buncis ini orangnya. Seorang sarjana Psikologi, dan teman sekelas waktu SMA. Open minded. Terbuka terhadap apapun dan mau menerima saya yang begini. Menjadi orang pertama yang tahu, ketika saya harus berjuang dengan apa yang ada dalam diri saya. Teman curhat paling oke dan mau diajak jalan kaki keliling mall dari lantai bawah sampai lantai atas. 5 hal terbaik : Pendengar yang baik, penyimpan rahasia yang bisa dipercaya, ramah, open minded, dan tidak pernah milih-milih. Terimakasih.

2. Mas. Seseorang yang baik hati dan ekstra sabar ketika menghadapi saya. Sedikit banyak mengubah saya yang tadinya kurang sabaran dan gampang emosi, bisa mengontrol lebih baik. Selalu ingat dengan kata-katanya, "Kalau mau peduli dan sayang sama orang lain, peduli dulu sama diri sendiri." -- iya, waktu itu ditelepon malam-malam dan disuruh untuk pulang, ketika saya ngeyel nonton film di eX Studio padahal hari Senin saya harus kerja. Filmnya baru jalan belum 30 menit. Hahaha... sempat nggerundel juga, tapi akhirnya saya nurut juga untuk pulang. Tiketnya masih saya simpan, Mas, biar selalu ingat. Sering sakit punggung. Entahlah, faktor umur barangkali, seperti yang selalu saya bilang kalau dia sudah mengeluh capek. Pernah jadi obyek papan lukis saya menggambar garis-garis memakai koin lima ratus rupiah ketika sakit (baca: kerokan). Mungkin kalau ditulis satu persatu, tidak akan muat dan bisa jadi terlalu panjang atau malah seperti novel? Halah... 5 hal terbaik: dewasa dan selalu bisa ngemong saya seperti adiknya sendiri, sederhana, pikirannya sudah jauh ke depan sedang saya terkadang cuma bisa mikir untuk hari ini saja, terbuka dan mau belajar, pendengar yang baik untuk saya yang masuk dalam kategori super bawel menurutnya. Pesan dari Bapak dan Ibu, saya berdua harus rukun. Hahahaha...

1. Kakak saya, Lucia Dwi. Seseorang yang secara langsung berarti besar dalam hidup setelah Bapak dan Ibu. Usia kami memang terpaut lumayan jauh, 12 tahun. Jadi bisa dibilang dia yang menggantikan posisi orangtua di Jakarta. Kakak yang selalu peduli dengan adiknya, meski memang cukup bawel buat saya, tetapi saya selalu menyayangi dan hormat dengan dirinya. Kakak yang dulu, sambil kuliah dan bekerja, tetap bisa membantu biaya sekolah saya dan sedikit membantu bapak dan ibu. Kami memang bukan dari keluarga yang mempunyai ekonomi cukup kuat. Kami berdua pernah merasakan bagaimana dipandang sebelah mata dan selalu dibanding-bandingkan. Namun, hal itu yang membuat kami sekarang terbiasa dan kuat untuk menghadapi tantangan yang terberat sekalipun. Terimakasih untuk kaset-kaset Westlife yang dulu saya minta untuk dibelikan setiap grup musik itu merilis album. Iya, saya tinggal di Magelang dan waktu itu tahun 2000, agak susah untuk mencari kaset original penyanyi idola pertama saya. Makanya, saya minta tolong kakak yang waktu itu sudah pindah ke Jakarta. Terimakasih untuk semua yang sudah diberi dan diusahakan untuk saya ataupun Bapak dan Ibu. 5 hal terbaik: pendengar yang baik, berjuang untuk keluarga, open minded -- dan kakak sudah tahu keadaan saya, tulus, dan tidak tegaan.

Terimakasih... terimakasih... terimakasih... Terimakasih, Tuhan, karena mereka boleh ada dalam perjalanan hidup saya. Semoga selalu ada berkat dan kebaikan untuk orang-orang yang saya sayangi dan dekat dengannya. Terimakasih...

 

----------------------------

Magical May 2012 - day 3 | Relationship

Wednesday, May 2, 2012

Cerita Hari Pertama Bulan Kelima

Hari kedua,

Bulan Mei, tahun 2012. Hari pertama dilalui dengan baik. Banyak hal-hal yang terjadi sepanjang hari, dan tak lupa tentunya semua harus disyukuri. Kemarin cerah. Udara pun rasanya bersahabat. Kalau sedikit gerah, itu sudah biasa untuk saya yang tinggal di Jakarta. Menengok kembali ke hari pertama bulan kelima, tentu ada beberapa yang mustinya saya dengan senang hati mengucapkan terimakasih kepada Tuhan dan semesta.

10. Pengalaman yang kurang mengenakkan; pengkhianatan -- Masih segar di ingatan saya hari itu, ketika sebuah rahasia akhirnya terungkap. Sakit, kecewa, dan ingin marah. Rasa sesak yang ada di dada, tak mampu diredam manakala saya juga tak sanggup mengeluarkan airmata. Seperti palu godam yang menghantam dadamu, seperti itu mungkin yang saya rasakan di sebuah malam ketika telepon dan terror itu mulai datang. Tak perlu lagi menyebut apa, siapa atau mengapa. Namun, yang pasti itu merupakan pengalaman paling berharga dalam hidup saya bahwa seseorang yang saya pikir tidak akan menyakiti saya, akhirnya justru menjadi orang yang membuat kawah luka paling dalam. Akhirnya saya bisa menangis. Bukan menyesal, tetapi bersyukur karena semua seperti dibukakan oleh Tuhan pada waktunya. Saya sudah sembuh. Luka itu bahkan sudah mengering. Tak begitu lama, ketika sahabat-sahabat memberi dukungan dan motivasi hingga akhirnya saya bisa bangkit serta tegar berdiri. Saya tidak benci, juga tidak merasa dendam. Saya menjadi ekstra sabar dan tak lagi mudah terpancing untuk marah ketika beberapa hal negatif yang kemudian saya terima. Cukup berterimakasih kepada Tuhan untuk setiap kejadian dan perkara dalam hidup saya.

9. Magical May 2012, @Dear_Connie dan @kikisuriki -- Ketika membaca timeline twitter saya dan menemukan seorang Connie mentwitkan idenya untuk membuat sebuah project tentang 28 hari mengucap syukur *ini pengertian pribadi saya*, saya langsung tertarik. Sepertinya selama ini, saya kurang sekali mensyukuri segala hal yang telah saya terima dalam hidup. Terimakasih saya untuk mereka berdua yang akhirnya, percaya atau tidak, mood saya atau katakanlah suasana hati saya langsung berubah jadi lebih excited setelahnya. Hei, padahal kemarin baru mulai. Tetapi, saya merasa justru di langkah awal, semua terasa menyenangkan. Bukankah kita harus bersyukur atas hidup?

8. Merasa lebih baik satu hari kemarin; suasana hati, mood, dan senyum yang terus ada -- Entah kenapa, seharian kemarin saya merasa sangat sangat baik terutama keadaan hati saya. Bukan berarti sebelumnya saya murung atau terlihat kusut, tetapi semacam ada dorongan untuk tersenyum sepanjang hari. Awal yang bagus menurut saya.

7. Trainee baru di kantor -- Kali ini saya bersyukur setelah ada dua orang rekan kerja baru di kantor. Artinya, beban kerja saya, beberapa tanggungjawab bisa dialihkan kepada mereka. Tidak, mereka bukan asisten saya, tetapi kantor memang sedang kekurangan tenaga beberapa bulan kemarin. Bersyukur? Jelas. Karena ketika manager harus tugas keluar *bisa beberapa kali dalam beberapa bulan*, otomatis saya harus menggantikan beliau dan agak terlalu repot dengan semua tanggungjawab yang harus saya kerjakan. Makanya, dua orang anak baru ini, sedikit banyak mengurangi beban saya.

6. Pulang kantor tidak terhadang oleh aksi demo hari buruh -- Kemarin, 1 Mei, International Labour day, agaknya sempat membuat saya kelimpungan juga untuk mencari-cari rute alternatif sepulang kerja seandainya beberapa ruas jalan yang biasa saya lewati ditutup. Saya biasa menggunakan bus TransJakarta. Namun, sore kemarin, antrean penumpang memang cukup panjang dan interval kedatangan bus yang lama. Saya memilih untuk naik angkot dan langsung ke terminal Senen kemudian berganti Patas AC. Jalanan boleh dibilang ramai lancar. Tidak macet seperti biasanya. Berkah tentunya bagi orang-orang yang tinggal dan bekerja di Jakarta untuk hal semacam ini. Sampai rumah lebih cepat satu jam dari biasanya. Tadinya saya sempat mikir, wah ini bakalan macet parah. Ternyata tidak. Life's good.

5. Istirahat cukup dan nyenyak -- Beberapa hari ini tidur saya nyenyak sekali. Ketika bangun pagi pun saya merasa badan saya segar dan tidak merasa malas seperti biasanya. Sesuatu yang mestinya harus disyukuri, kan? Hahaha...

4. Badan mulai fit -- Hari Minggu kemarin saya merasa seperti akan terkena flu. Bersin-bersin dan rasa yang tidak nyaman di tenggorokan. Saya memang jarang minum obat, bahkan ketika sakit pun saya tidak atau ngeyel untuk menjauhkan diri dari sesuatu yang bernama obat. Ga tahu kenapa, biasanya saya hanya minum suplemen, memperbanyak minum air putih dan buah. Itu saja. Soalnya, paling sering memang terkena pilek. Tapi malah lebih cepat sembuh.

3. Rejeki -- Rejeki itu bermacam-macam. Tiap hari pasti akan selalu ada rejeki yang kita terima. Saya bisa makan dan minum cukup. Masih diberi pekerjaan yang baik dan hal-hal tak terduga lainnya.

2. Sesuatu untuk Mas -- Kemarin, saya bisa memberi sesuatu untuk Mas. Walau tak banyak dan mungkin terlihat sepele jika saya tulis di sini, tetapi saya bersyukur masih bisa berbagi dengan seseorang yang berarti buat diri saya. Rasanya itu lebih dari senang. Membahagiakan orang terkadang seperti membuka pintu-pintu kebaikan untuk diri sendiri.

1. Obrolan Gtalk yang hangat dengan Mas -- Rasanya luar biasa. Bercerita tentang apa saja dengan orang yang kau cintai. Memberi semangat, sedikit saran dan topik-topik lain yang seakan-akan pasti ada saja untuk diperbincangkan. Hangat dan memberi semacam sensasi getar-getar halus dalam hatimu. If it meant to be together, love will find a way. Cinta akan menemukan jalannya sendiri, sesulit apapun halangan yang musti ditempuh. Terimakasih, Tuhan, karena menguatkan kami berdua dengan semua yang telah terjadi.

Hidup itu penuh kejutan. Tak selamanya lurus dan mulus. Sedikit pahit akan membuatmu bersyukur saat hidup memberimu banyak hal-hal manis. Hidup itu sebuah perjalanan untuk mengalami. Membentukmu menjadi pribadi yang seperti sekarang ini. Saya menunggu kejutan-kejutan berikutnya...

Terimakasih...

Terimakasih...

Terimakasih...

 

 

--------------------------

Magical May 2012 - day 2 | Inception

Tuesday, May 1, 2012

Hidup adalah Tentang Belajar Bersyukur

Dalam hidup, saya punya banyak sekali hal-hal yang harus disyukuri. Hal baik, dan yang terburuk sekalipun, untuk saya selalu ada sesuatu yang bisa saya pelajari kemudian. Mencoba mengingat-ingat, dan memang terlalu banyak. Apa yang saya tulis di sini hanya mewakili sebagian kecil dari sebagian besar anugerah, hal-hal baik dan apapun yang pernah saya terima dalam hidup. Saya percaya, Tuhan itu baik.

Tuhan,

Saya bersyukur dan berterimakasih untuk :

10. Untuk setiap masalah-masalah yang pernah ada -- Saya percaya setiap orang selalu belajar. Berkaca dengan masalah atau hal-hal yang mungkin tidak sesuai dengan harapannya. Terlepas dari semua rasa kecewa, sakit, marah, sedih dan perasaan negatif lainnya. Saya bersyukur. Semuanya membentuk saya seperti sekarang ini. Menjadi pribadi yang lebih baik dan tetap kuat berdiri.

9. Rejeki dan Pekerjaan -- Tuhan itu baik. Sangat baik. Sampai hari ini, tak pernah sedikit pun saya merasa kekurangan. Meski tak banyak, tetapi rejeki itu selalu ada. Cukup, dan malah bisa saya bagi dengan keluarga atau teman yang membutuhkan. Rejeki menurut pemikiran saya itu mengalir. Mengalir, tak melulu untuk kita tampung sendiri. Niscaya, Tuhan selalu memberi lebih banyak lagi. - Pekerjaan saya, sudah 4 tahun sejak saya diterima di perusahaan ini. Banyak perubahan dan dinamika yang sangat pantas disyukuri. Puji Tuhan, untuk posisi yang kini dipercayakan kepada saya dan atas dukungan dari semua rekan kerja saya.

8. Jogjakarta dan Magelang -- Dua kota yang sangat akrab dengan masa kecil saya. Di Magelang, saya dilahirkan 24 tahun yang lalu. Dua kota yang mempunyai kenangannya tersendiri untuk saya dan keluarga; serta kenangan dengan seseorang yang sampai sekarang selalu ada dalam hati saya. Seseorang baik hati, dan sangat berarti untuk saya. Dua kota yang menurut saya identik dengan cinta.

7. Kesehatan -- Terimakasih, Tuhan selama saya ada di sini, saya selalu diberikan kesehatan dan kekuatan fisik yang baik. Walaupun tetap saja sakit, tetapi rasanya saya harus bersyukur belum pernah namanya sakit yang aneh-aneh. Saya tidak minta, hanya bersyukur. Batuk, pilek, masalah perut itu biasanya yang sering hinggap di tubuh saya. Namun, tidak membuat saya drop.

6. Sahabat, dan teman-teman terbaik -- Sepertinya saya ingin menitikkan airmata ketika mengingat saya mempunyai sahabat dan teman-teman luar biasa dalam kehidupan pribadi saya. Orang-orang yang mau menerima apa adanya dan bukan ada apanya. Tidak mempersalahkan saya yang "begini" atau menjustifikasi sepihak menurut penilaian mereka sendiri. Saya bertumbuh, belajar berjalan, tertawa dan menangis bersama mereka. Terimakasih, Tuhan untuk manusia-manusia luar biasa yang saya punya.

5. Keluarga, Kakak, Keponakan -- Walaupun terkadang kami tidak akur, ya biasalah namanya kakak adik, saya bersyukur dengan kakak perempuan saya. Seseorang yang mau menerima dan mengerti apa yang ada dalam diri saya. Kadang memang bawel sih, ini itu dan lain sebagainya. Namun, saya sadar itu nanti untuk kebaikan saya sendiri. Terimakasih ya sudah direpotin dengan adiknya yang masih numpang di salah satu kamar di rumah. Hahaha... Saya tahu, dari dulu memang saya tidak boleh pindah kost, kan? Tetapi nanti, saya ijin pindah, ya? Supaya lebih dekat dengan kampus dan kantor, ketika sudah mulai studi lagi.

4. Anugerah untuk jadi diri saya yang "begini" -- Terlepas dari apapun dan bagaimana sekitar pernah menjustifikasi seorang Edu kecil, saya bersyukur dengan anugerah dalam diri saya. Kalian, beberapa mungkin tidak tahu maksudnya "begini", barangkali beberapa mengerti. Buat orang lain mungkin dianggap aib, atau kekurangan. Namun, bagi diri saya, semua adalah kelebihan dan berkat yang harus disyukuri. Saya sudah mengalami berbagai proses dan tempaan yang kadangkala datang dari seseorang atau sesuatu terdekat dengan diri kita. Menangis, marah dan kecewa pernah ada. Bunuh diri, hampir pernah terjadi. Namun, lagi-lagi, tangan Tuhan tidak pernah tak cukup panjang untuk menyentuh saya. 10 tahun mencoba mengenali diri sendiri, dan selama itu saya malah bangga dengan apa yang ada dalam diri saya. Tak perlu malu untuk menjadi berbeda, dan tak perlu juga bersuara keras untuk menyangkal dan melawan. Terima saja. Bukan pula, semua orang harus tahu. Terpenting dari semuanya adalah diri saya menerima apa adanya.

3. Mas -- Seseorang yang berarti sangat besar untuk perjalanan hidup saya. Seseorang dengan senyum luar biasa dan kedewasaannya, selalu mengingatkan saya untuk jadi seseorang yang tidak mudah putus asa serta menyerah terhadap badai dalam hidup. Saya berubah. Begitu kata teman-teman saya. Tidak lagi pemarah dan emosian, seperti bukan diri saya yang dulu. Dinamika kami berdualah yang menjadikan semuanya seperti diri saya sekarang. Seseorang yang akan tetap menempati ruang di hati saya. Terimakasih, ya, untuk saat-saat bersama kita. Saya mencintaimu.

2. Bapak dan Ibu -- Dua manusia luarbiasa yang selalu menjadi panutan dalam hidup. Betapa, Tuhan memberi saya dua orang berhati malaikat yang begitu peduli dengan keluarga dan anak-anaknya. Terimakasih, Pak, Bu, untuk semua yang sudah diberikan termasuk untuk studi saya dan kakak.  Saya tahu, bahkan sampai nanti pun saya tetap tidak bisa membalas jerih payah Bapak dan Ibu selama ini. Semoga orang tua saya selalu sehat dan diberikan rejeki yang cukup. Kami memang tidak tinggal satu kota. Ada semacam rindu setiap saya menuliskan tentang Bapak dan Ibu.

1. Untuk Tuhan, pemilik hidup -- Terimakasih atas hidup yang begitu luar biasa. Tak pernah cukup kata untuk membungkus semua rasa syukur yang ada dalam diri saya. Maaf, Tuhan, sudah lama saya tidak pergi ke gereja. Namun, saya selalu percaya kalau rencana-Mu pasti terbaik untuk diri saya. Saya menunggu hal-hal ajaib yang nanti akan saya temui di perjalanan ini.

Hidup akan terasa semakin berat ketika kita hanya menghabiskan begitu banyak waktu dengan mengeluh dan tak menyisihkan waktu untuk diam sejenak, merenung, dan bersyukur dengan setiap kejadian yang dialami. Mengingat Tuhan tak selalu ketika jatuh, namun di saat kita sedang berkelebihan, sebuah ungkapan syukur akan terasa jauh lebih berguna.

Terimakasih...

Terimakasih...

Terimakasih...

----------------------------

Magical May 2012 - day 1 | Gratitude List

Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...