Pages

Friday, April 7, 2017

Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara klakson sayup bersahutan di kejauhan. Jakarta sore hari.

Dia hanya terdiam. Matanya nanar, mengawang jauh ke jalanan. Sementara di sebelah, sahabatnya, panjang lebar menjelaskan sesuatu.

"Kadang-kadang kita cuma diminta untuk sabar. Tunggu. Sama kaya kembang api, kita perlu langit malam biar ledakannya terlihat sempurna dan indah. Percuma juga siang-siang nggak akan kelihatan. Tapi keindahan itu nggak mungkin terjadi tanpa seseorang memantik api ke sumbunya."

Hening. Dia menoleh ke arah sahabatnya.

"Lo, kaya kembang api. Tinggal tunggu sumbu dinyalakan dan meledaklah dengan segala warna-warni. Semua yang ada di sini selalu pas waktunya."

Ponselnya bergetar. Layar lebar ponsel dengan wallpaper foto yang selalu jadi favoritnya menampilkan notifikasi pesan masuk.

"Fotonya bagus. Dia penyanyi ya kok pegang mic? Seseorang yang beruntung," sahabatnya mulai menggoda.

"Gue cuma rindu."

"Dia juga. Sincerely love him. The vibes will bring a sincere love back to you."

Wednesday, March 29, 2017

Kafe, Kopi, dan Cerita-Cerita di Kepala

Sudut kafe dengan satu dua orang pengunjung, segelas es kopi, dan pikiran-pikiran riuh rendah. Pojokan favorit di tempat ia biasa menghabiskan barang satu atau dua jam tenggelam dalam lamunan yang berkelindan di kepalanya. Di meja ada buku catatan harian bersampul kulit warna merah hadiah dari sahabatnya. Sebuah kalimat digrafir rapi, satu-satunya pemanis pada buku tersebut. "Hati memang mudah dan selalu berubah."

Matanya tak lepas dari ponsel pintar di depannya. Beberapa kali dirinya melongok penunjuk waktu digital yang tertampang di layar, resah, menunggu sesuatu. Sebentar lagi pertunjukan dimulai. Air mukanya sedikit tegang.

Dia lalu membuka-buka buku harian merah di meja yang sedari tadi dibiarkan tak tersentuh dan mulai menulis,
Selama ini barangkali aku terlalu abai dan takut membuka percakapan dengannya. Butuh setahun lebih sampai pada suatu hari Semesta seperti memaksaku untuk menyapa terlebih dulu.

Atau, dulu aku terlalu sibuk mengejar dan mengedarkan pandang ke segala arah hingga lupa ada yang terlewat di depan mata. Kesempatan; dan kamu.

Bisa jadi aku harus naik turun, susah senang, dan belajar dari banyak pengalaman lalu kemudian dipertemukan kembali denganmu.

Setahun; dan kamu tetap sama seperti saat ku melihatmu dulu.

Aku tidak takut lagi. Kini sudah ada kamu.

Dia berhenti. Duduknya menegak dan matanya berbinar. Jelas terlihat mukanya kini memerah. Senyum yang ia cari kini berdiri di depannya.

"Hai, maaf aku terlambat."

Thursday, January 26, 2017

Tinggal

Mobil boks dengan tulisan "sekejap berkesan" melintas di depan saya. Di dalam halte TransJakarta yang lumayan penuh tulisan itu jelas terlihat. Wah, ada apa nih? Saya biasa mengamati kendaraan yang melintas dan sering ngarep dapat wisdom apa hari ini. Angkot wisdom, saya menyebut.

Ah, bisa jadi ini tentang seseorang itu. Saya mencoba untuk menghubung-hubungkan. Yah, tapi jangan sekejap juga ya? Begitu pikir saya.

Lalu saya ingat obrolan dengan teman, "ojo kesusu." Jangan terburu-buru. Nikmati momennya dan tidak perlu selalu dianalisa. Kebiasaan buruk saya. I analyzed almost everything. 😁

Percakapan demi percakapan yang akhirnya membuat saya yakin untuk terbuka dengannya membuat saya jadi lebih lega. Setidaknya, kami saling mengenal lebih baik dari sebelumnya. Saya tidak pernah bosan ketika ngobrol berdua. Topik mengalir tiada henti, lompat dari A ke Z. Proses panjang hingga saya berani bertegur sapa.

Saya mungkin terlalu lama asyik sendiri. Bukan, ini bukan lirik lagu Koentoadji kok. 😁 Saya yang terbiasa menutup diri, lalu tanpa sadar ada satu bagian dalam diri saya tersentuh untuk dibuka lagi.

Allah itu Maha pembolak-balik hati, begitu teman saya beberapa tahun lalu mengatakan hal ini. Saya ingat betul, tengah malam di bulan April, di mana ada keputusan penting yang harus dibuat dan berbagai drama mewarnai. Alhamdulilah, Puji Tuhan karena saya juga yakin ada rencanaNya hingga saya bertemu kamu.

Tinggal di sini. Kamu boleh masuk dan duduk manis di dalam. Bisa jadi apa saja; teman, sahabat, atau apapun. Selamat datang.

Bersamamu itu berkah Tuhan, tidak pun itu juga berkah Tuhan. Yang manapun terjadi demi kebaikan saya dan kamu.

Terimakasih untuk awal tahun yang menyenangkan ini setelah banyak turbulensi di sana-sini. Kamu.

Jakarta, akhir Januari 2017. Awal dari cerita.

Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...