Pages

Wednesday, May 16, 2012

Surat Tak Berjudul Untukmu

Hari kelima belas,

Untukmu yang tak perlu aku sebut nama,

Aku masih ingat hari itu. Malam itu. Di sebuah tempat makan lesehan di daerah Jakarta Selatan, hari Senin pukul sembilan malam. Pertemuan singkat yang pertama. Namun, kemudian akan menjadi awal dari sebuah kisah tentang kita. Untukku tidak ada hal yang sia-sia. Sebelumnya, ada semacam tanda atau firasat yang aku punya. Melihat nama kamu muncul secara tidak sengaja di timeline twitter-ku, seolah ada getaran halus yang berbisik, kita akan merajut cerita. Aku belum mengenalmu saat itu. Hanya saja, sepertinya hati saya sudah tahu. Bertemu dan mengenalmu adalah hal yang sangat pantas aku syukuri. Kamu, adalah anugerah. Sebuah jawaban atas doa-doaku sebelumnya. Tersadar, pada pertemuan pertama aku masih merasakan deja vu. Makanya waktu itu aku nanya, "Apa kita sebelumnya sudah pernah ketemu?" Lalu kemudian, kamu menjawab belum. Aku tidak akan menyebut nama, inisial, atau panggilanmu. Cukuplah aku, kamu dan Tuhan yang tahu.



Lima bulan bersama, memberi warna yang indah untukku. Lima bulan yang mungkin terasa seumur jagung. Lima bulan penuh tawa. Lima bulan tentang belajar menjadi seseorang yang lebih dewasa. Lima bulan yang tak genap pada akhirnya, ketika salah satu memilih memisah langkah dan berbalik meninggalkan. Terimakasih karena memilih seseorang lain itu dan tidak memberi penjelasan apa-apa kepadaku. Memilih bungkam dan diam ketika kesalahan seperti ditumpukan kepadaku, terimakasih. Ini membuat diriku belajar untuk tetap kuat berdiri, dan semakin mencintai diri sendiri. Agak sulit menuliskan kembali potongan-potongan kisah ini. Semacam ada rasa enggan, tetapi harus dituliskan. Maaf, mungkin akan menjadi tulisan paling berantakan. Kalau sekarang kita seperti dijauhkan dan belum diijinkan untuk saling beririsan, pada suatu saat, aku selalu percaya kita akan kembali dipertemukan. Tak bisa menebak akan seperti apa, biar nanti waktu yang mengantar kita kembali di sebuah persimpangan untuk sekadar menyapa atau bertemu muka. Banyak hal yang terkadang membuat hati bertanya-tanya. Lagi-lagi, aku hanya bisa diam.
Semua pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban. Untuk keduanya bertemu, yang dibutuhkan cuma waktu. -Supernova Partikel

Jatuh cinta denganmu bukan hal yang harus saya sesali. Bukan kebodohan yang harus ditangisi. Aku bahagia. Tetapi di satu sisi, aku bahkan tak pernah benar-benar tahu bagaimana keadaan dirimu di sana. Kamu seperti menutup diri dariku atau malah terasa berjarak antara kamu dan aku. Aku yang harusnya maklum. Karena dia, kan. Tidak apa-apa. Semoga bahagia ya dengan seseorang yang akhirnya kamu pilih. Maaf untuk kisah kita yang tak berjalan sesuai dengan harapan.

Lima bulan. Dalam kurun waktu tersebut, ada banyak sekali hal yang ingin aku sampaikan. Tentang kenangan-kenangan, cerita-cerita indah yang pernah ada dan akan selalu ada. Tentang momentum paling istimewa dari sebuah alur cerita berjudul kehidupan.

  1. Kamu hadir di saat aku mulai pesimis tentang cinta dan hubungan antara satu orang dengan lainnya. Kamu tahu, aku mencintaimu. Selalu.

  2. Terimakasih untuk malam-malam yang menyenangkan di taman itu. Di Sevel, di tempat makan lesehan, di sudut parkiran sebuah mall, atau di tempat manapun kita berdua pernah menghabiskan malam untuk berbagi cerita dan saling adu siapa yang paling gombal, aku atau kamu. Segelas kopi, teh Camomile, cemilan keripik, pizza yang dingin, burger, chesse muffin, dan mie instan cup adalah teman yang akrab dengan kita berdua. Terimakasih karena aku ada saat hari ulang tahunmu.

  3. Kamu adalah seseorang yang sedikit banyak mengubahku menjadi seseorang yang lebih baik. Mengajarkan aku untuk tetap kuat dan tidak mudah menyerah.

  4. Terimakasih untuk liburan berdua di Magelang dan Candi Borobudur. Itu adalah kali pertama aku naik kereta api ekonomi untuk pulang ke Jawa. Stasiun Tanah Abang - Kutoarjo, Januari 2012. Sebuah momen yang tak akan pernah aku lupakan. Saat-saat paling panjang yang pernah kita habiskan bersama, berdua. Meskipun agak sedikit kacau karena transportasi pulang ke Jakarta yang di luar rencana. Akhirnya, kamu bisa makan Kupat Tahu Magelangan, kan di sore yang tiba-tiba hujan sebelum berangkat ke Jogjakarta. Langit di atas Candi Borobudur, tetaplah langit yang sama seperti tempatmu dan aku berdiri saat ini. Kita hanya terpisah jarak dan kesempatan, namun langit kita tetap satu. Masih ingat tentang foto kaki kita berdua di lantai atas pelataran Stupa?

  5. Kamu adalah orang pertama yang bisa membuatku bangkit dari kursi empuk dan meninggalkan studio sebuah bioskop lalu berjalan pulang karena sudah terlalu malam. Padahal, film belum lama dimulai. Terimakasih, dan akan selalu aku ingat pesanmu di telepon saat itu. Iya, aku harus lebih peduli dengan diriku sendiri.

  6. Terimakasih untuk segala macam perhatian, rasa sayang, dan cemburu yang pernah hadir dalam dirimu. Maaf untuk sikapku yang kadang membuatmu geleng-geleng kepala. Terimakasih untuk kejutan-kejutan kecil namun manis darimu. Aku masih ingat, ketika di satu malam kamu tiba-tiba membawakan aku 30 sachet kopi instan dan gelas putih bertutup merah untuk menyeduh kopinya. Terimakasih. Atau, yang terakhir, kamu memasukkan beberapa buah lemper ayam di saku jaket dan memaksa aku untuk ikut menghabiskan. -- Oh ya, sebenarnya aku menyiapkan sepasang cangkir untuk dipakai kita sebagai tempat teh atau kopi untuk menemani obrolan-obrolan hangat saat nanti aku pindah kost. Haha... barangkali, memang belum saatnya cangkir itu digunakan. Mungkin tak pernah. :D

  7. Terimakasih untuk malam-malam berdua di atas sepeda motor. Akhirnya, aku bisa selalu memelukmu dari belakang. Satu hal yang paling aku suka, sembari membaui jaket dan wangi parfum yang meruap dari tubuhmu.

  8. Terimakasih karena aku pernah ada ketika kamu sakit dan menjadi orang pertama yang mengurusmu saat itu. Menggosok tubuhmu dengan balsem, membuat tatto garis-garis dengan koin lima ratusan (kerokan), dan memberi sedikit pijatan agar tubuhmu kembali sehat seperti semula. Lalu memberimu sebuah pelukan. Hangat. Waktu itu, aku bangun pukul empat pagi dan menyiapkan air panas untuk kamu mandi. Menyiapkan teh manis dan sedikit cemilan untuk sarapan.

  9. Tentang malam itu, ketika semua memang harus diakhiri, terimakasih. Dari sanalah saya belajar tentang keikhlasan dan belajar untuk melepaskan. Melihatmu memilih dia.  Sesulit apapun, ternyata setiap orang punya kekuatan besar dalam dirinya ketika tak ada lagi hal yang bisa dilakukan kecuali menerima. Melawan tak akan pula mengurungkan niat dan membuatmu kembali padaku.

  10. Terimakasih karena Tuhan mengirimkan dirimu untuk jadi sebuah bagian dari kisah-kisah dan perjalanan hidupku. Bapak Ibu selalu senang denganmu. Merekalah yang kadang menanyakan bagaimana kabarmu, yang seringnya aku harus jawab, "Baik, Pak/Bu" karena aku tak selalu tahu dan bisa berkomunikasi denganmu seperti dulu.


Masih banyak hal yang bisa aku tulis, tetapi biarlah semua hanya Tuhan dan kita yang tahu. Terimakasih untuk semua hal manis yang pernah kita habiskan bersama dulu. Saat ini, memang aku ingin sekali bertemu, tetapi aku pikir, sudahlah, kita berjalan di arah masing-masing dahulu. Kalau nanti kita memang ditakdirkan bertemu, boleh aku memeluk dan menciummu sekali lagi? :D -- Tentang sebuah janji dariku, akan tiba untukmu nanti.

Rasa ini masih sama. Entah akan mengkristal atau membatu, ketahuilah bahwa sayangku selalu ada untukmu.

Terimakasih untuk saat-saat indah bersamamu...
Ho'oponopono: I'm sorry. Forgive me. I LOVE YOU. Thank you.. :')

-------------------------------

Magical May 2012, day 15. Healing a Broken Relationship.

No comments:

Post a Comment

Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...