Pages

Thursday, May 3, 2012

Untuk Orang-Orang Luar Biasa dalam Hidup

Hari ketiga,

Saya mengetik tulisan ini ketika jam istirahat kantor. Dari pagi, kerjaan lumayan menumpuk ditambah deadline yang seperti mengejar-ngejar untuk diselesaikan. Sekarang, saya menyempatkan diri untuk sekadar merunut ulang hari kemarin. Apa yang telah saya terima, kejadian seperti apa yang kemarin dihadapi. Sebenarnya sih, ketika saya masih bisa menulis untuk hari ketiga pun, saya harus bersyukur. Tuhan memberi jatah satu hari lagi untuk saya bersyukur dan berbuat baik.

10. My toughest relationship : ada dua. Agak berat rasanya saya menuliskan di sini. Saya tidak ingin bercerita apa dan bagaimana, tetapi saya hanya ingin sedikit berbagi. Intinya adalah cinta yang tak selesai dan belajar melepaskan. Dua hal, yang jika terjadi secara bersamaan ditambah dengan beberapa sengatan-sengatan kecil rasanya akan membuatmu meringis atau menangis. Cinta saya memang tidak kandas, namun ia hanya sedang belajar untuk melepas.
"Mencintai itu, kadang mengumpulkan segala tabiat menyebalkan dari seseorang yang engkau cintai, memakinya, merasa tak sanggup lagi menjadi yang terbaik untuk dirinya, dan berpikir tak ada lagi jalan kembali, tapi tetap saja engkau tak sanggup benar-benar meninggalkannya." -Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan | Tasaro GK.

Jangan tanya bagaimana saya setelahnya. Seperti dikerat-kerat dengan pisau jadi potongan-potongan kecil. Iya, hati saya. Luka tetap luka, tak selamanya hati dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Ia perlu kekuatan. Diri kita. Bukan lantas terus terpuruk dan menangisi atau mengasihani apa yang terjadi, saya harus tetap kuat berdiri. Percayalah, Tuhan membuat hati kita dari sesuatu yang benar-benar kuat dan luar biasa. Saat ini memang terluka, cukup dalam, tetapi ketika semua pulih, ia sanggup menampung cinta seperti sedia kala. Malah bisa jadi lebih besar. Lalu, melepaskan itu semacam membebaskan diri dari keterikatan. Merelakan apa yang memang harus direlakan, dan tak menahan apa yang harusnya melangkah pergi. Kita hanya sedang belajar untuk melapangkan hati dan bersiap menerima sesuatu yang jauh lebih baik.
"Suatu saat mencintai adalah memutar hari tanpa seseorang yang engkau cintai. Sebab, dengan atau tanpa seseorang yang kamu kasihi, hidup tetap harus dijalani." -Galaksi Kinanthi | Tasaro GK.

Pada akhirnya saya sadar, sebenarnya semua ga perlu terlalu banyak drama. Cinta itu sederhana, cuma kita terkadang membuatnya seperti rumus hitungan matematika.

9. Kemarin saya datang ke kantor bisa lebih cepat. Walaupun harus capek-capek berdiri di bus, tapi perjalanan lebih cepat dari hari biasanya.

8. Banyak yang ngomong, sore hari hujan. Tapi di daerah kantor saya tidak. Hanya mendung biasa. Puji Tuhan, sampai saya pulang ke rumah memang tidak turun hujan. Atau sebelumnya gerimis, saya juga tidak tahu.

7. Saya masih diberi rejeki dan makan minum yang cukup.

6. Diberi kekuatan yang luar biasa untuk menghadapi tekanan dan deadline yang mulai berbaris antre di depan meja.

5. Badan saya sehat. Itu penting. Apalagi saya tinggal di Jakarta yang mobilitasnya cukup tinggi. Menghadapi macet, waktu-waktu yang harus dihabiskan di jalan, berangkat pagi pulang malam. Rasanya untuk seseorang yang mungkin baru pertama kali tinggal di sini pasti akan mengalami kekagetan dalam tubuhnya. Saya bersyukur, selalu bisa beradaptasi dengan baik dimanapun saya tinggal.

4. Twitter. Saya mungkin harus berterimakasih karena bertemu dan kenal dengan beberapa orang yang luar biasa dari sini. Ketemu pacar juga sih. Hahaha... Saya belajar banyak dengan orang-orang yang saya ikuti. Mereka seperti jadi inspirasi untuk diri saya.

3. Seorang Ahmad. Untuk kamu yang saya sebut di sini, terimakasih. Terimakasih untuk semuanya yang tidak bisa saya tuliskan. Saya selalu percaya ada maksud Tuhan yang baik dengan mempertemukan kamu dengan saya. Kita hanya belum tahu.  Entah itu apa, pokoknya saya percaya saatnya pasti ada. *manggil tarot reader* *halah* :))

2. Saya punya keponakan-keponakan yang lucu, Dito dan Dita. Oh, tentu saya harus bersyukur dengan kehadiran mereka. Walaupun kadang memang ngeselin, tetapi saya selalu merindukan mereka.

1. "Selamat pagi. Semangat ya!" dari Mas. Hahahaha... bisa jadi ini semacam moodbooster yang paling ampuh untuk mendongkrak lengkung senyum ada di wajah saya. Sapaan sederhana dan tulus selalu bisa menyentuh hati saya. Terimakasih, ya.. :)

Banyak hal yang ingin saya tulis, tapi pada akhirnya saya membungkus mereka jadi satu dalam ungkapan syukur yang paling besar dari saya. Terimakasih Tuhan, selalu ada hal-hal baru yang Kau beri setiap hari.

Terimakasih...

Terimakasih...

Terimakasih...

=============

Memilih beberapa orang yang punya pengaruh besar di hidup saya itu lumayan sulit. Apalagi ini cuma bisa memilih tiga. Hmm... deg-degan juga sih dari kemarin, mau menulis siapa dan apa saja. Pada dasarnya, kedua orangtua, Bapak dan Ibu, adalah dua orang yang meski tak saya tulis di sini akan selalu jadi panutan dan guru buat saya. Karena mereka lah saya ada, berkat jerih payah mereka pulalah saya bisa seperti sekarang.


 3. Sahabat saya, Sisca. Panggilan akrabnya Buncis. Kalau ada seseorang yang bisa kenal saya luar dalam, boleh dibilang Buncis ini orangnya. Seorang sarjana Psikologi, dan teman sekelas waktu SMA. Open minded. Terbuka terhadap apapun dan mau menerima saya yang begini. Menjadi orang pertama yang tahu, ketika saya harus berjuang dengan apa yang ada dalam diri saya. Teman curhat paling oke dan mau diajak jalan kaki keliling mall dari lantai bawah sampai lantai atas. 5 hal terbaik : Pendengar yang baik, penyimpan rahasia yang bisa dipercaya, ramah, open minded, dan tidak pernah milih-milih. Terimakasih.

2. Mas. Seseorang yang baik hati dan ekstra sabar ketika menghadapi saya. Sedikit banyak mengubah saya yang tadinya kurang sabaran dan gampang emosi, bisa mengontrol lebih baik. Selalu ingat dengan kata-katanya, "Kalau mau peduli dan sayang sama orang lain, peduli dulu sama diri sendiri." -- iya, waktu itu ditelepon malam-malam dan disuruh untuk pulang, ketika saya ngeyel nonton film di eX Studio padahal hari Senin saya harus kerja. Filmnya baru jalan belum 30 menit. Hahaha... sempat nggerundel juga, tapi akhirnya saya nurut juga untuk pulang. Tiketnya masih saya simpan, Mas, biar selalu ingat. Sering sakit punggung. Entahlah, faktor umur barangkali, seperti yang selalu saya bilang kalau dia sudah mengeluh capek. Pernah jadi obyek papan lukis saya menggambar garis-garis memakai koin lima ratus rupiah ketika sakit (baca: kerokan). Mungkin kalau ditulis satu persatu, tidak akan muat dan bisa jadi terlalu panjang atau malah seperti novel? Halah... 5 hal terbaik: dewasa dan selalu bisa ngemong saya seperti adiknya sendiri, sederhana, pikirannya sudah jauh ke depan sedang saya terkadang cuma bisa mikir untuk hari ini saja, terbuka dan mau belajar, pendengar yang baik untuk saya yang masuk dalam kategori super bawel menurutnya. Pesan dari Bapak dan Ibu, saya berdua harus rukun. Hahahaha...

1. Kakak saya, Lucia Dwi. Seseorang yang secara langsung berarti besar dalam hidup setelah Bapak dan Ibu. Usia kami memang terpaut lumayan jauh, 12 tahun. Jadi bisa dibilang dia yang menggantikan posisi orangtua di Jakarta. Kakak yang selalu peduli dengan adiknya, meski memang cukup bawel buat saya, tetapi saya selalu menyayangi dan hormat dengan dirinya. Kakak yang dulu, sambil kuliah dan bekerja, tetap bisa membantu biaya sekolah saya dan sedikit membantu bapak dan ibu. Kami memang bukan dari keluarga yang mempunyai ekonomi cukup kuat. Kami berdua pernah merasakan bagaimana dipandang sebelah mata dan selalu dibanding-bandingkan. Namun, hal itu yang membuat kami sekarang terbiasa dan kuat untuk menghadapi tantangan yang terberat sekalipun. Terimakasih untuk kaset-kaset Westlife yang dulu saya minta untuk dibelikan setiap grup musik itu merilis album. Iya, saya tinggal di Magelang dan waktu itu tahun 2000, agak susah untuk mencari kaset original penyanyi idola pertama saya. Makanya, saya minta tolong kakak yang waktu itu sudah pindah ke Jakarta. Terimakasih untuk semua yang sudah diberi dan diusahakan untuk saya ataupun Bapak dan Ibu. 5 hal terbaik: pendengar yang baik, berjuang untuk keluarga, open minded -- dan kakak sudah tahu keadaan saya, tulus, dan tidak tegaan.

Terimakasih... terimakasih... terimakasih... Terimakasih, Tuhan, karena mereka boleh ada dalam perjalanan hidup saya. Semoga selalu ada berkat dan kebaikan untuk orang-orang yang saya sayangi dan dekat dengannya. Terimakasih...

 

----------------------------

Magical May 2012 - day 3 | Relationship

No comments:

Post a Comment

Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...