Pages

Friday, December 31, 2010

Sebuah Kesimpulan tentang Perjalanan

photo courtesy by google.com

Ini adalah posting terakhir. Maksud saya, ini adalah posting terakhir di tahun 2010. Banyak sekali cerita-cerita manis, suka, senang, sedih, duka, lara, kecewa telah dirasakan. Tidak. Saya tidak akan terlalu bertele-tele, apalagi sekadar menye-menye. Ibarat buku, hari ini saya telah sampai pada bagian kesimpulan. Namun saya tidak akan berhenti, melainkan terus menatap hari-hari baru yang masih harus saya lalui di depan.
Tahun ini, 2010, banyak sekali hal-hal dan sesuatu yang semakin membentuk pribadi saya hingga sampai detik ini saya masih bisa berbagi lewat tulisan ini. Teman-teman baru, sahabat baru dan seseorang yang sangat istimewa buat saya menjadikan hari-hari kemarin itu penuh warna.
Aneka cerita sedih, miris yang terkadang membuat saya menitikkan air mata, atau mungkin hanya sekadar mengelus dada tidak sampai membuat saya harus berhenti dan kemudian menyerah pada keadaan.
Sepenuhnya saya sadar, bahwa saya, manusia yang pasti jauh dari sempurna. Sikap dan perbuatan yang acapkali menorehkan sebuah luka atau sayatan pedih dalam hati orang lain. Dari sini saya terus belajar agar esok, hari baru, tahun yang baru benar-benar bisa memberikan pengalaman berharga bagi diri saya.
Kenangan tetaplah kenangan. Tak selamanya kita harus terkurung bahkan terkungkung oleh kenangan-kenangan yang beberapa diantaranya bahkan sampai harus memeram air mata.
Semua yang terjadi adalah untuk dipelajari. Setiap hal yang kita temui, pada saatnya akan memberikan andil yang besar untuk kita hingga nanti tetap tegak berdiri.

Hari kita masih jauh ke depan. Kita tidak bisa hanya hidup dengan berandai-andai, dan terus terperangkap dalam lubang yang sama. Tidakkan dapat menyatukan kenyataan dengan khayalan, apalagi mengembalikan garis waktu yang sejak dahulu tak pernah berhenti berputar. Dengan iman, semoga kita masih bisa merasakan dengan jernih bagaimana Sang Pencipta menyayangi lebih dari yang kita tahu.

Semoga kita selalu siap melangkah, menatap dunia dan mewarnai kehidupan.

Selamat tahun baru. Tuhan Memberkati kita semua... :)


-setiap kejadian, baik besar maupun kecil, adalah sebuah cara Tuhan untuk berbicara pada kita; dan esensi hidup adalah menerima pesan tersebut-


====================
Edutria, 2010. Ketika sampai akhir di sebuah perjalanan, dan bersiap untuk melangkah ke depan.

Wednesday, December 29, 2010

Cinta dalam Tanda Baca

photo courtesy: google.com

Kalau mencintai itu serupa tanda tanya, semoga itu kau yang jadi jawabannya.
Kalau mencintai itu serupa tanda seru, mungkin hanya kau yang selalu membuatku terharu.
Kalau mencintai itu serupa tanda petik, memang itu kau yang menjadikanku tak berkutik.
Kalau mencintai itu serupa tanda bagi, tak sedetik kau kuhapus dari dalam hati.
Kalau mencintai serupa tanda kurung, mampukan kita untuk tetap selalu terhubung.
Kalau mencintai itu adalah spasi, walau jeda aku tetap menanti.
Kalau mencintai itu tanda koma, bukan berhenti namun akan bertahan cukup lama.
Kalau mencintai itu adalah garis miring, yakinkan aku cinta ini tak akan pernah mengering.
Kalau mencintai itu tanda pagar, semoga menunggu mengajar aku tentang sebuah rasa sabar.
Kalau mencintai itu tanda hubung, kubiarkan kau berlari tanpa harus merasa terkungkung.
Kalau mencintai itu tanda panah, tak perlu bukti bahwa cinta memang selalu terarah.
Kalau mencintai itu tanda bintang, kau tahu bahwa rindu ini takkan hilang?
Kalau mencintai itu sama dengan, semoga bukan inginku semua tuk jadi angan.

...akhirnya...


====================
Edutria, 2010. Absurditas dalam 140 karakter.

Tuesday, December 21, 2010

Bolehkan Aku Sekali Ini


Bolehkan aku sekali ini, menggenggam jemarimu, di tempat yang sama kita pernah sehati; di bawah guyuran hujan dan jalan panjang mendaki.
Bolehkan aku sekali ini, menggamit lengan-lengan kecilmu dan tak kubiarkan kau jatuh untuk kedua kali.
Bolehkan aku sekali ini, menyimpan aksara yang menyusun sempurna namamu, kelak kan kupajang indah dalam bingkai dasar hatiku.
Bolehkan aku sekali ini, tetap menyaru dalam wujud dan rupa yang lain, agar senantiasa aku bisa memandang tanpa perlu kau tahu.

Aku ingin kembali menyesap rindu dan menggigit kelu; saat tiba waktu, agar aku tahu bahwa kita sudah tidak lagi bersatu.


=================
Edutria, 2010. Imajiner di ruang 140 karakter.
Ps: ini mungkin bukan tentang aku, atau kamu. Ini tentang kita.

Wednesday, December 15, 2010

Pamit Pergi, Adik Kecil


Sebuah awal memang selalu indah. Ketika di tengah, mulai tersendat, jatuh tersungkur dan bahkan berhenti sama sekali; semoga kau siap saat itu.
Aku hanya akan melihat langkahmu dari sini. Tidak membantu, menegur pun tak.
Kupikir kau telah cukup kuat untuk melangkah sendiri.
Karena aku mulai terbiasa untuk meniadakan kehadiranmu dalam hidupku.
Kau bahagia, aku pun demikian.
Hei, kau sudah bersama orang yang tepat? Syukurlah. Semoga memang baik adanya.
Sebaiknya, tak usah lagi terlalu nyinyir padaku. Sayang sekali pita suaramu untuk mengucap.
Aku ingin kau tetap diam; tidak peduli itu jauh lebih baik.
Kecuali kalau memang waktumu masih tersisa barang semenit untuk memikirkanku.

...aku pamit, adik Kecil...


=============
Edutria, 2010. Absurditas dalam ruang 140 karakter.

Kala Kita Setahun yang Lalu

...Sebuah keputusan selalu membawa keputusan yang lain...
Desember ini, setahun yang lalu..
Sebuah operasi di kaki, obrolan dua manusia, dan rentang jarak.
Jakarta, Solo, dan Bandung. 3 kota yang tanpa sengaja mempertemukan sepasang manusia.
Kita belum saling mengenal saat itu. Kemudian, basa-basi mulai mengalir menemani perkenalan kita.
Berbicara tentang entah dan apapun, menjadi sebuah awal cerita ini. Di mulai dari bangsal rumah sakit.
Tak perlu waktu lama hingga akhirnya kita mulai akrab satu sama lain.
Menghabiskan sepanjang hari dengan serangkaian terapi, dan aku membantu menyemangatimu.
Kami memang punya banyak kesamaan. Setidaknya, kami sama-sama beruntung karena dipertemukan.
Kau mulai gusar ketika bosan menghinggapi hari-harimu yg penuh jadwal terapi. "Kapan aku sembuh, Dul?" katamu.
"Segera, kau akan sembuh. Jangan kau isi pikiranmu dengan ketakutan-ketakutanmu. Semua akan berjalan baik." hiburku.
"Dengan tongkat ini, Dul? Ah aku masih belum siap. Bahkan kini aku tak bisa lagi berlari."
Hei, kau ini anak yang kuat setahuku. Kalah dan malu hanya karena tongkat? Ini sementara, Win. Bukan selamanya. Kau mau cepat sembuh?
"Tapi, Dul.." Kau dengan cepat memotong kalimatku.
Kau ini. Masih ada aku yang siap membantu kapan kau mau. Masih juga malu? Tidak, tak seorang pun yang menjatuhkan mentalmu.
Sudah. Pakai tongkatmu. Kalau masih mampu berdiri tegak dengan semua yang terjadi. Aku rasa, itu bukanlah sebuah beban. Tuhan tidak pernah memberikan ujian lebih daripada kemampuan umatnya.
"Kau terlalu banyak ceramah, Dul. Kebiasaan burukmu yang sok tahu." Win ganti mengomel.
Haha, aku tidak ceramah. Kalau ceramah itu enak, dibayar. Lah aku? Ditimpukin sendal sama kamu, Win.
Sudah. Belajar jalan pakai tongkatmu. Satu bulan, tak lebih kau bisa lepas alat itu. Dan besok, kau boleh pulang, kan?
Tapi, aku malu, Dul.
Kalau malu, potong saja kakimu. Kita bertukar kaki. Kamu mau?

Bagi kami, obrolan dan perdebatan sengit di sebuah kamar rumah sakit itu semakin membuat kami paham satu dengan yang lain, menumbuhkan getar dan geletar yang terasa aneh dalam benak kami berdua. Kalian mungkin akan tahu, perasaan seperti apa yang ada pada kami berdua.

Yah, kau ini periang dengan kadar humor yang cukup bagus. Walaupun di satu waktu, emosi tinggi jadi ciri khasmu.
Memang, tak selamanya aku bisa menjagamu seperti ketika aku menemani hari-harimu dengan obrolan ringan di sebuah bangsal rumah sakit di kota Solo itu.
Kita harus melanjutkan kembali hidup yang kemarin mungkin sempat tertahan oleh sebuah tombol 'PAUSE'. Tidak juga kebetulan, karena itu telah digariskan Tuhan.
...dan kita berjalan menuju kota masing-masing walau kita pun sama-sama tahu ini bukan perpisahan.

Ternyata, Jakarta - Bandung itu kemudian terasa tak berjarak sama sekali ketika kita kembali dari Solo. Bangsal rumah sakit itu.
Walau kadang masih terbersit rindu, kita mulai terbiasa dengan perubahan yang terjadi.
Aku yakin, bahwa rindu adalah perasaan seolah ditarik sesuatu yang terkadang sampai memeram air mata.
***
Sebuah pertemuan (kembali) di hari minggu
Tak terasa hari itu, Minggu ketika keretaku bergerak melambat setelah 3,5jam perjalanan dari Jakarta dan kini sampai di Bandung.
Bukan perjalanan membosankan. Aku menikmatinya. Sengaja kupilih kereta dengan jadwal paling pagi agar aku masih bisa merasakan sisa-sisa keindahan dari terbitnya fajar dan segarnya udara lewat gerbong-gerbong kereta yang hari itu tampak tak begitu ramai; walau juga tak bisa dikatakan sepi.
Mungkin tingkahku kemudian di Stasiun Bandung membuatmu menahan tawa.
Iya, tenang saja. Aku selalu ingat bagaimana aku bisa salah berjalan keluar dari stasiun lewat pintu yang tidak seharusnya. Kau di ujung sana sedang aku berdiri mematung di sebuah pintu keluar yang lain.

Kau ingat? Itu seminggu sebelum natal tiba. Seperti hari ini. Walaupun lebih beberapa hari kali ini.
Akhirnya, kita sama-sama membuat sebuah janji. Semacam resolusi. Demikian orang lain biasa menyebutkan.

Dua buah surat, 26 Desember 2009. Suratku, suratmu, surat kita yang melebur jadi satu. Terima kasih boleh mengenal dirimu.

...aku sayang kamu...

***
Selalu ada hal-hal manis untuk dikenang dari sebuah cerita. FIN.

==================
Edutria, 2010. hampir setahun Hidup Itu Indah -a personal blog.
Win, seseorang dibalik Hidup Itu Indah, blog yang sedang kalian baca ini; membantu saya menggali inspirasi. Dia intisari dari apa, bagaimana, dan semua yang telah saya tulis.
Ada nama lain yg menjadi inspirasi tulisan saya sampai saat ini. Kecil, sosok sederhana yang membius saya untuk menulis segala hal tentang hidup.
Entah mana yang berpengaruh kuat terhadap tulisan saya, tapi Win menjadikan seutuhnya diri saya tanpa terjebak kumparan aneka peristiwa dengan luka masa lalu.
Surat Antar Dua Orang Sahabat adalah kesimpulan yang mengagumkan dari berbagai macam obrolan di bangsal rumah sakit. Akhirnya. Postingan pertama, sejak blog ini resmi saya publikasikan untuk umum.

Sekian. Selamat beraktifitas kembali.
Ps: kau yang disana, suatu saat kau akan mengerti :)

Wednesday, December 8, 2010

Aku Mencintaimu

Aku mencintaimu. Dua kata yang sulit diberi makna.
Aku mencintaimu. Dua kata yang terpisah jeda dan jarak oleh serentetan peristiwa.
Aku mencintaimu. Dua kata terucap berulang kali sampai aku sendiri diam tak mengerti.
Aku mencintaimu. Karena sungguh aku memang mencintaimu.


...dan itu sudah cukup...


=========
Edutria, 2010.

Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...