Pages

Tuesday, April 17, 2012

Partikel: Tentang Hidup dan Sebuah Perenungan


Paperback, viii + 500 pages
Published at April 13th 2012 by Bentang Pustaka
ISBN : 978-602-8811-74-3
Original tittle : Supernova 4: Partikel
Language : Bahasa Indonesia

Di pinggir Kota Bogor, dekat sebuah kampung bernama Batu Luhur, seorang anak bernama Zarah, dan adiknya, Hara, dibesarkan secara tidak konvensional oleh ayahnya, dosen sekaligus ahli mikologi bernama Firas. Cara Firas mendidik anak-anaknya mengundang pertentangan dari keluarganya sendiri.
Di balik itu semua, masih tersimpan berlapis misteri, di antaranya hubungan khusus Firas dan sebuah tempat angker yang ditakuti warga kampung. Tragedi demi tragedi yang menimpa keluarganya akhirnya membawa Zarah ke sebuah pelarian sekaligus pencarian panjang.
Di konservasi orang utanTanjung Puting, Zarah menemukan keluarga baru dan kedekatannya kembali dengan alam. Namun, bakat fotografinya membawa Zarah lebih jauh dari yang ia duga. Di London, tempat Zarah akhirnya bermarkas, ia menemukan segalanya. Cinta, persahabatan, pengkhianatan. Termasuk petunjuk penting yang membawa titik terang bagi pencariannya.
Sementara itu, di Kota Bandung, Elektra dan Bodhi akhirnya bertemu. Secara bersamaan, keduanya mulai mengingat siapa diri mereka sesungguhnya. (source: Goodreads)

----------------------------------------------
Ini adalah review buku yang pertama kali saya buat. Mungkin di sini saya tidak menyebut sebuah resensi, hanya sekadar berbagi pengalaman saya setelah melakukan 'perjalanan' dengan novel ini. Rasa penasaran saya menunggu sekian lama akhirnya terbayar ketika berhasil mendapatkan cetakan pertama dan mulai membuka halaman-halaman awalnya.
Novel ini racun. Atau bisa jadi semacam virus karena sekali membaca, saya merasa tidak ingin berhenti untuk membuka halaman selanjutnya. Kalimat-kalimat cerkas, tajam dan kadang menyengat tetapi tidak kehilangan rasa seorang Dee yang buat saya pribadi terasa membumi namun tetap mempunyai sebuah filosofi. Sampai ketika menulis catatan di blog, saya masih kebingungan untuk mencari padanan dan kalimat yang pas untuk menggambarkan perasaan saya selama dan sesudah membaca Partikel.
Saya menyebutnya sebuah perjalanan. Perjalanan yang kadang terasa cepat, lalu di tengah-tengah saya bisa berhenti untuk sekadar berpikir atau malah asyik terdiam lama karena hal-hal yang saya temukan dalam novel, bahkan menangis karena satu-dua adegan. Tentang manusia dan alam, agama dan Tuhan, sains, spiritual, dimensi-dimensi tak terlihat, alien dan UFO, cinta, pengkhianatan, persahabatan -- seorang Dee berhasil menuliskan topik-topik tersebut secara sederhana dan mudah dimengerti.
Saya juga merasakan sakit, putus asa lalu bisa tiba-tiba mata saya ikut berkaca-kaca ketika membaca salah satu bagian dari cerita yang disuguhkan. Rasanya ada sebuah bioskop mini yang hadir di dalam kepala saya, sehingga setiap alur, kejadian tervisualisasi sangat jelas di pikiran saya. Lalu, ketika dalam pengantarnya Dee Lestari mengatakan "hadirnya buku ini ke tangan Anda bukanlah sebuah kebetulan", saya sepenuhnya setuju. Partikel hadir untuk menyampaikan sesuatu. Sebuah hal yang terkadang atau bahkan kita lupa. Keselarasan hidup dengan alam, mengajarkan kita untuk tidak menjadi manusia yang sombong karena saya percaya kita ada di alam semesta bukan untuk sebuah kompetisi; menang dari yang lain. Posisi kita sama--dan Partikel menjabarkan ini dengan pas.
Magnet dari karya-karya Dee bisa jadi selain kepiawaiannya mengolah kata-kata, tetapi juga karena kedekatannya dengan sekitar, mampu melihat dan menangkap apa yang selama ini ada di hadapan dengan perspektif yang baru dan mencerahkan. Dee berani mengangkat topik yang tidak biasa dan terkadang tabu serta krusial di masyarakat.

Perjalanan membaca yang saya selesaikan dalam dua hari. Cukup lama memang, karena beberapa kali saya berhenti karena ingin berintrospeksi dengan diri sendiri. Banyak hal yang kemudian saya peroleh, semacam pemahaman dan pandangan yang baru terhadap hidup dan alam sekitar. Bagaimana kalimat dari Firas kepada Zarah, "Jangan sombong jadi manusia." selalu menempel di kepala dan menampar keras hati saya karena beberapa kali dalam perjalanan hidup saya, sombong terkadang mampir dan menjadi bagian diri saya. Tentang berdamai dengan masa lalu, dan mengenal diri secara lebih dalam. Terimakasih dari saya untuk seorang Dewi 'Dee' Lestari yang sudah membawa Partikel hadir ke hadapan kami para pembaca. 8 tahun menunggu itu tidak sia-sia. Terimakasih sudah menulis sebuah kisah yang bukan hanya sederhana dan indah, tetapi membawa pengaruh yang baik buat saya pribadi serta mungkin orang-orang lain yang telah membaca karya-karyanya.


Supernova memang sebuah virus. Tinggal siap atau tidak kita terinfeksi. :)




=====================
Edutria, 2012. sebuah perjalanan baru.











Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...