Pages

Friday, July 27, 2012

Cleanse Out Your Negativity

Magical Ramadan, day 7
Kita tak dapat mengubah suatu keadaan, tapi kita bisa mengubah cara pandang dan respon kita terhadap keadaan. Pada akhirnya perubahan respon itulah yang mengubah keadaan kita. -MagicalProjects

Kesabaran saya sepertinya masih harus berada di level tertinggi untuk saat-saat ini. Ada waktu ketika saya ingin menyerah dan membiarkan semua tanpa harus berusaha apa-apa sekali lagi. Satu hal yang masih tetap sama, mendistrak habis isi kepala dengan hanya satu nama. Selang waktu empat bulan yang ternyata saya tidak begitu saja dengan mudah melepas pergi. Semua masih terasa sama. Entah karena pikiran setiap manusia yang dibuat terlalu rumit oleh diri mereka sendiri, atau lantaran kisah yang ada terlalu berbelit-belit hingga terasa enggan untuk diselesaikan. Sebenarnya, saya tidak tahu apakah ini memang tepat kalau saya jadikan situasi terberat, yang terkadang sampai menguras habis emosi dalam diri saya. Ataukah semacam fase yang memang harus saya lalui agar di depan saya menjadi seseorang yang lebih baik lagi? Semoga saja demikian.

Empat bulan saya belajar. Untuk tidak lagi menggantungkan harapan terlalu tinggi. Untuk belajar menghargai perasaan setiap orang, dan belajar mengerti arti sebuah keikhlasan. Menjadi sabar dan ikhlas itu sendiri jalannya tidak mudah. Isi di kepala selalu menyuarakan lain ketika hati sudah memilih kata "cukup."  Tak sedikit ketika hati sudah memilih opsi pergi, kepala mulai berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan yang saya pikir sebagai semacam pembenaran lalu mulai mengasihani diri saya sendiri. Kita memang takkan sepenuhnya bisa mendengar suara hati, kalau masih ada amarah, perdebatan, dan penyangkalan terhadap diri sendiri. Itu nasihat yang saya terima dari Kak Kiki, belum lama ini.

Denganmu, saya memang belajar dan bertumbuh menjadi seorang yang baik. Kini, setelah seratus duapuluhan hari kita memisah langkah dan saling menjauh, saya ingin tetap belajar menjadi lebih baik. Tentunya, doa-doa untukmu akan terus kudaraskan tanpa henti dari tempat saya berdiri saat ini. Hanya untuk meringankan langkahmu, dan juga langkah saya.

1. Segalanya memang sudah terjadi, untuk itu saya berterimakasih. Setidaknya sampai hari ini, Tuhan selalu menyayangi dan menjaga hati lewat orang-orang yang tadinya saya pikir berbalik meninggalkan. Ternyata mereka yang pertama kali ada ketika saat-saat terberat itu. Kamu tidak perlu kuatir di sana. Saya baik-baik saja.

2. Proses yang melelahkan, dan bahkan hampir membuat saya jatuh sakit. Terimakasih. Dengan berbagai macam kejadian dan tempaan yang saya alami setelah hari itu, saya bersyukur bahwa terkadang apa yang ditakutkan hanya sebatas pikiran-pikiran kita saja. Saya masih tetap berdoa, dan terimakasih karena kejadian ini sekali lagi saya dekat dengan Tuhan. Mungkin, lewat ini pula Tuhan sedang mengingatkan saya yang sempat lupa.

3. Saya masih mempunyai banyak kekurangan. Waktu-waktu sendiri ini selalu saya gunakan untuk melihat kembali ke dalam, tentang apa yang sudah ada dan yang belum ada. Apa yang belum saya punya dan apa yang sudah. Empat bulan dan masih berlanjut,  Tuhan sedang membentuk pribadi saya yang semoga menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Hidup terkadang memaksa kita untuk menjalani sebuah hal meski jalannya tak selalu kita ingini.

4. Untuk sikapmu yang sempat berubah seperti orang asing setelah hari itu. Terimakasih. Kecewa pasti ada dalam diri saya. Perlukah bersikap sampai sejauh itu, ketika dua orang yang tadinya bersama-sama berjalan di satu tujuan memutuskan untuk berpisah di sebuah persimpangan? Sedikit banyak saya tahu sebabnya, dan saya tidak dendam. Saya akan tetap bersikap biasa denganmu. Kita mungkin memang akan jarang sekali berkomunikasi, namun, tak akan ada yang bisa menduga masa depan. Semoga hal-hal baik selalu ada untuk kita berdua. Kelak, kalau memang Tuhan menghendaki kita dipertemukan lagi, saya berharap kita berdua menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ini.

5. Saya menyerahkan sepenuhnya pada tangan Tuhan. Saya percaya hanya dari padaNya-lah segala hal baik yang akan datang. Saya sempat berpikir harus begini dan begitu. Menggerutu dan terkesan memprotes pada keadaan. Saya cenderung mencari-cari kesalahan, bukannya bersyukur. Lantas, suatu hari saya tersadarkan bahwa apapun yang terjadi, ketika saya pasrah dan belajar untuk memaafkan diri sendiri, Tuhan akan mengganti dengan segala sesuatu yang lebih baik. Ya, memaafkan diri sendiri itu tidak mudah. Terimakasih karena sebuah fase ini, saya kembali dipertemukan dengan sahabat-sahabat lama saya.

6. Saya berubah. Tentu dan itu pasti. Saya yang sekarang, sudah pasti tidak seperti saya yang empat bulan lalu. Hidup itu dinamis dan bukan statis. Saya harus terus bergerak maju dan tidak ingin berhenti pada satu titik. Menyembuhkan luka termasuk salah satunya. Terimakasih karena setelahmu saya bisa belajar merawat luka. Meski tidak selalu mulus dan lurus, ada kalanya tertatih-tatih dan seperti ingin berhenti, namun kaki-kaki saya tak pernah surut harapan untuk tetap berjalan melihat ke depan.

7. Saya memang jadi banyak waktu untuk melakukan segala sesuatu yang saya ingin lakukan. Saya masih akan tetap nonton film sendiri, belanja baju sendiri di mall atau pergi ke toko buku sendiri. Haha.. dari dulu atau ketika masih ada dirimu saya memang sudah terbiasa melakukan sesuatu sendiri. Prinsip saya tidak ingin merepotkan banyak orang kalau sesuatu masih bisa saya kerjakan sendiri. Terimakasih untuk masa-masa jomblo yang kata beberapa orang tidak mengenakkan, eh sebentar, tidak mengenakkan? Buat saya punya banyak waktu dengan diri sendiri itu mengasyikkan. Pada satu sisi, kita akan lebih mengenal siapa diri kita sendiri. Nonton sendiri terdengar cupu? Ah, saya jadi curiga jangan-jangan yang bilang begini ini malah yang sebenarnya tidak bisa menikmati "me time"-nya.

8. Kini saya menjadi lebih berhati-hati dalam melangkah. Saya hanya belajar dari kesalahan. Saya tidak merasa saya harus takut karena pernah gagal. Dari sanalah saya banyak berkaca dan menjadikannya sebagai pengalaman untuk perjalanan saya selanjutnya. Langkah saya tidak berhenti sampai di sini, karena masih banyak hal-hal lain yang telah dipersiapkan untuk saya terima kemudian.

9. Saya belajar untuk mengubah amarah dan dendam menjadi ungkapan syukur. Beberapa kali, mood saya naik turun ketika mengingat kejadian ini. Saya marah. Ada semacam rasa iri dalam diri saya terhadap seseorang. Saya tidak tahu mengapa, namun bisa jadi akumulasi kekecewaan saya selama ini. Marah tidak menjadikan saya lebih baik. Hanya menarik lebih banyak hal-hal yang kurang mengenakkan selanjutnya. Saya memutuskan untuk lebih banyak diam dan mulai belajar mendengarkan. Sesulit apapun, saya harus bersyukur. Hidup akan terasa lebih ringan karenanya.

10. Untuk setiap harapan yang masih saya simpan dalam hati. Terimakasih. Kemanapun hidup nanti akan membawa saya, satu yang pasti bahwa itu memang terbaik. Dan terimakasih untuk percakapan pendek di suatu siang beberapa hari yang lalu. Saya hanya tidak menyangka saja bahwa kamu yang sudah saya relakan untuk pergi, mau berkomunikasi lagi. Terimakasih karena tidak lagi menjadi "orang asing" seperti waktu-waktu yang lalu. Terimakasih karena kita masih bisa mengobrol dengan kalimat-kalimat yang panjang dan lepas tanpa beban setelah sekian lama. Saya senang. Mungkin juga kamu, karena saya bisa merasakan. No matter how long it takes, I will find you...

Pada akhirnya, saya bersyukur pada Tuhan atas kehadiranmu. Atas senyummu yang pernah ada dan masih akan selalu ada. Untuk setiap momen-momen berharga yang kita lewati bersama. Doa saya selalu beserta denganmu. Terimakasih karena telah bersama mewarnai hidup.

=========

Jakarta, 27 Juli 2012. Saya yang bersyukur dan terus mendoakan untukmu.

Monday, July 23, 2012

Three Special Person

Magical Ramadan, day 3

Kemarin, untuk pertama kalinya setelah sekian lama saya absen untuk hal yang satu ini, tiba-tiba ada semacam dorongan dan keinginan yang kuat dari dalam diri saya untuk kembali pergi ke gereja. Saya merasa memang saya tidak akan sanggup untuk berjalan sendiri, dengan kekuatan yang saya miliki tanpa bergantung dan percaya pada tangan-tangan Tuhan. Lalu saya mengikuti Misa Minggu pagi. Entah, ini seperti sebuah kebetulan yang sengaja dipersiapkan Tuhan untuk saya, hari Minggu kemarin, gereja Katolik (khususnya Keuskupan Agung Jakarta) mengambil tema "Novena Ekaristi". Bukan pas hari pertama, karena sudah masuk hari keempat, tetapi saya bersyukur bahwa momen ini sepertinya Tuhan ingin mengingatkan saya bahwa selalu ada Dia yang tak pernah meninggalkan saya. Diri saya menjadi lebih baik ketika saya berdoa dan menyerahkan semua yang terjadi dalam hidup kepada-Nya. Saya percaya, bahwa Tuhan akan berperkara dan menyelesaikannya untuk saya. Ada semacam "tanda" yang hati saya rasakan selama Misa, bahwa tak lama lagi Tuhan akan menghadirkan sesuatu hal yang baik.

Tiga (atau bisa empat) orang yang secara khusus akan saya doakan, karena sedikit atau banyak telah berperan dalam membentuk saya seperti sekarang ini.

1. Mas Adi. Iya, nama kamu masih tetap akan ada dalam list doa-doa saya. Saya tidak tahu mengapa saya begitu bersyukur karena kehadiranmu. Namun, yang saya tahu kamulah seseorang yang membuat saya belajar tentang banyak hal. Memang tak selalu hal-hal yang manis, sedikit banyak peristiwa pahit pernah saya hadapi dan belajar karenamu. Tentang arti bersyukur, mencintai seseorang dengan tulus, kehilangan, dan bangkit dari keterpurukan. Saya menikmati semua proses melepaskan, merelakan, dan segala hal-hal baik yang mampu menjadikan saya kuat berdiri hingga saat ini. Saya menyayangi kamu. Terimakasih karena Tuhan sudah mengirim dirimu untuk membantu saya menemukan diri sendiri. Terimakasih... Terimakasih... Terimakasih...

2. Indra. Saya memang harus bersyukur dan berterimakasih karena kehadiranmu. Setelah beragam drama demi drama yang berkepanjangan dan tak sedikit adu argumen. Lelah? Pasti. Namun, terimakasih sudah menjadi bagian dari salah satu sahabat terdekat saya. Maaf untuk 2,5 tahun yang lalu kita hampir pasti seperti Tom and Jerry, terkadang bisa akur, tapi di satu waktu kembali berselisih untuk waktu yang lumayan lama. Maaf karena pernah mengecewakanmu. Tetapi yang saya tahu pada akhirnya kita memang digariskan untuk menjadi dua orang sahabat. *lebih tepat kalau dibilang "saling menghancurkan" ya, Nyet?* Terimakasih untuk waktu-waktunya kemarin ketika saya menghadapi saat-saat yang cukup berat. Terimakasih untuk kedua kuping yang saya tahu pasti sudah bosan dengerin curhatan dan kegalauan saya. Hahaha... tak sedikit juga aib atau sampahnya saya. Entahlah, kamu seperti mengenal saya lebih baik. Terimakasih... Terimakasih... Terimakasih...

3. Orangtua saya, Bapak dan Ibu. Dua orang yang sangat berarti untuk saya. Membentuk, mendidik, dan memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan. Saya tahu, mereka berjuang yang terbaik karena saya pernah merasa kekurangan. Bapak yang mengajarkan saya untuk terus berusaha dan maju meraih apa yang saya cita-citakan. Bapak yang tidak pernah lelah untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarganya. Ketekunan dan kesabarannya membuat keluarga kami sampai pada keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. -- Ibu, buat saya tetap menjadi orang nomor satu dalam hati saya. Ibu yang selalu disiplin pada kedua anaknya. Ibu yang mengajarkan untuk tetap bersyukur, menerima dan tidak dendam meski sekitar kami pernah ada untuk memandang sebelah mata. Ibu yang dengannya saya merasa bangga karena boleh hadir ke dunia melalui perantaraan rahim sucinya. Saya tahu, kedua orangtua kami adalah malaikat-malaikat yang dikirim Tuhan untuk menemani kami bertumbuh kembang. Kedua orangtua yang selalu memastikan bahwa anak-anaknya selalu memperoleh yang terbaik, sebisa yang mampu mereka beri dan usahakan. Terimakasih, Tuhan... Terimakasih... Terimakasih...

 

===========

Jakarta, 23 Juli 2012. Saya yang dipenuhi rasa syukur.

Sunday, July 22, 2012

Remember The Time

Magical Ramadan, day 2

Saya masih mengenangmu. Menjadikanmu sebagai salah satu alasan saya untuk tersenyum. Mengingatmu dari sekian banyak peristiwa-peristiwa penting dan berharga dalam hidup. Ada semacam rasa hangat yang mengalir ketika kepala saya meresonansikan namamu dan hati menggeletarkan haru. Saya masih berdiri di sini. Di tempat yang mungkin hanya saya, kamu, dan Tuhan yang tahu. Hari ini kujadikan yang teristimewa untukmu.

Saya kembali ke tempat yang sama ketika kita menghabiskan malam, beberapa jam sebelum hari ulangtahunmu. Hanya ada saya dan kamu. Pertama kali, sejak berbulan-bulan yang lalu. Tempat ini masih sama. Tetap hangat seperti dulu. Ataukah hati kita berdua memang masih tertinggal di situ? Entahlah. Tetapi terimakasih. Saya masih tetap mengenangmu menjadi pengalaman terbaik.

Bersamamu, saya belajar menjadi seorang yang lebih baik. Namun, ketika hari ini kita sudah tak bersama lagi, saya akan selalu berusaha untuk belajar lebih baik lagi. Saya tidak meniadakan hadirmu, karena bagaimanapun kamu akan tetap selalu ada; di hati saya.

Terimakasih untuk sebuah kesempatan mengenalmu, hingga berjalan bersama-sama dengan dirimu. Tidak pernah ada waktu terbaik dari saat kau dan aku. Setidaknya sampai saat ini. Namun, terimakasih. Tempatmu akan selalu di sini, di hati, untuk setiap canda dan tawa, diskusi serius, hingga obrolan ngalor ngidul berjam-jam yang pernah ada. Terimakasih untuk sebuah pesan di telepon saat saya di bioskop November tahun lalu. Saya selalu ingat.

Percayalah, ini bukan akhir. Kita ada untuk sekali lagi berjumpa dan meneruskan cerita yang dulu belum sempat terlaksana. Hingga saat itu, kusemogakan semua hal-hal baik untuk dirimu sendiri, orang terdekatmu, dan juga saya. Salam untuk Adek, ya. :)

Terimakasih... Terimakasih... Terimakasih...

========

Jakarta, 22 Juli 2012 - setelah beberapa pencerahan yang terjadi pada Misa Minggu pagi. Terimakasih..

Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...