Hari ketujuh belas,
Untuk Tuhan dan semesta,
Hari ini saya menuliskan sejumlah nominal uang di atas selembar cek. Mungkin jumlahnya sangat besar. Jumlah yang sampai saat ini belum pernah saya pegang secara fisik. Seratus juta rupiah. Saya tidak ingin terlihat maruk atau aji mumpung dengan cek yang ada di tangan saya ini. Memang, untuk saat ini jumlah tersebut telah saya hitung berulang kali, hingga cukup dan masih ada sisa untuk saya bagi. Saya tidak ingin jadi orang yang tamak atau serakah. Uang tersebut memang saya perlukan untuk memenuhi beberapa hal yang menjadi cita-cita saya selama ini.
Sejumlah Rp 48.030.000, empat puluh delapan juta tiga puluh ribu rupiah, akan saya gunakan untuk menyelesaikan kuliah saya. Jumlah itu telah saya kalkulasi berkali-kali hingga pas untuk biaya dasar selama studi. Untuk kebutuhan selama studi, puji Tuhan saya mempunyai penghasilan yang cukup untuk memenuhi kekurangannya. Saya memang tidak ingin berlebih. Itu sudah cukup. Biaya pendidikan di Indonesia semakin hari memang terasa semakin tinggi dan mencekik leher. Saya tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Kok, dalam benak saya, pemerintah seperti setengah-setengah dalam hal ini. Kadang saya juga merasa miris, bahwa setidak beruntungnya saya karena belum menyelesaikan kuliah, saya masih bisa bersyukur karena di luar sana banyak sekali teman-teman atau orang lain yang untuk menyelesaikan wajib belajar 9 tahun, (uhm, sekarang harusnya bisa tamat minimal SMA) mereka seperti bertaruh hidup dan mati. Berjuang keras memenuhi biaya SPP sekolah mereka. Setidaknya, saya masih beruntung. Sangat beruntung.
Lalu Rp 9.000.000, sembilan juta rupiah, mungkin lebih sedikit. Saya usahakan untuk tetap kurang dari sepuluh juta rupiah akan saya gunakan untuk membeli sebuah Macbook Air 11 inchi, sesuai dengan mimpi saya. Itu sudah lebih dari cukup. Bukan karena saya ingin sok-sokan dan sebatas gengsi mengikuti tren yang ada, namun saya pikir sebuah Macbook air yang tipis akan menunjang salah satu hobi saya untuk menulis dimana saja. Saya suka dengan kesederhanaannya. Program Mac yang simpel dan didukung dengan otak komputer yang mumpuni. Oh, tidak, saya bukan seorang fanboy. Saya pikir, komputer jinjing ini lebih pas untuk saya yang mobilitasnya lumayan tinggi.
Sisanya, Rp 42.970.000, empat puluh dua juta sembilan ratus tujuh puluh ribu rupiah, akan saya berikan untuk kedua orang tua dan sebagian untuk kakak saya. Saya memberi kebebasan penuh untuk mereka menggunakan uang tersebut. Maaf kalau jumlahnya dirasa kecil, tetapi saya yakin seberapapun jumlahnya selalu ada manfaat yang besar dari rejeki yang diterima.
Sekarang jumlahnya sudah pas seratus juta rupiah. Sampai di sini pun, saya masih merasa saya ini egois karena ada beberapa yang terlewat. Saya lupa dengan sekitar saya. Namun, saya tidak akan meminta lebih banyak lagi. Seratus juta sudah cukup. Saya percaya, meski tak disebutkan dalam daftar keinginan di atas, selalu ada kelebihan rejeki yang bisa saya bagi dengan orang lain. Mungkin tidak terlalu banyak, tetapi saya percaya niat baik dan tujuan saya bisa membantu mereka yang membutuhkan. Rejeki itu mengalir. Dalam kurang selalu ada "kelebihan" yang akhirnya mencukupkan. Ketika kita sepenuhnya percaya, Tuhan pasti menyediakan.
Terimakasih untuk rejeki yang tidak sedikit ini. Pada akhirnya, cita-cita saya satu persatu dapat tercapai dengan baik. Terimakasih untuk sejumlah uang dalam cek ini. Semoga tidak membuat saya melupakan kewajiban saya untuk terus bersyukur dan berbagi kebaikan dengan orang lain. Saya percaya, tak pernah ada hal yang mustahil karena campur tangan Tuhan. Terimakasih untuk anugerah yang luar biasa indah ini...
Saya yang mengucap syukur,
Edu
---------------------------
Magical May 2012 day 17. Magical Cheque.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kembang Api
Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...
-
Pocari Sweat Tahukah Anda, setelah beraktivitas banyak elektrolit dan ion tubuh yang keluar melalui keringat? Minum air pun tidaklah cuku...
-
Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...
-
Kenangan Terindah - Samsons Aku yang lemah tanpamu Aku yang rentan karena Cinta yang t'lah hilang Darimu yang mampu menyanjungku ...
No comments:
Post a Comment