Pages

Friday, December 30, 2011

Opera (Trans)Jakarta

 foto dipinjam dari sini

Saya sendiri juga tidak tahu kenapa pilihan judul akhirnya ke dua kata tersebut. Tapi menurut saya, tulisan ini memang lebih pas kalo diberi judul demikian. Ini pribadi saya sendiri, lho.
Pagi ini, seperti biasa saya berangkat ke kantor naik angkutan umum. Tidak terlalu padat seperti biasanya. Mungkin karena sudah mendekati akhir tahun dan banyak pekerja-pekerja kantoran di Jakarta yang sudah mengambil cuti akhir tahun mereka. Cuaca agak terik, tidak seperti kemarin yang mendung setelah diguyur hujan semalaman.
TransJakarta, masih sama seperti hari-hari biasa. Angkutan publik yang setia saya gunakan setiap pagi untuk berangkat beraktifitas. Di sini, setiap hari akan selalu ada cerita-cerita dan potongan-potongan kisah hidup yang bisa saya lihat, lalu kemudian saya pelajari. Termasuk tingkah laku para penumpang yang terkadang bisa membuat saya geleng-geleng kepala dan pernah seperti hilang kesabaran.
Rute yang saya tempuh adalah Blok M - Kota, kemudian berhenti di sebuah halte tak jauh dari Gajah Mada. Saya kemudian berbarengan dengan dua orang ibu. Salah satunya adalah ibu-ibu muda membawa dua orang anaknya yang masih kecil. Belakangan baru saya tahu, ibu tersebut juga mengendong seorang lagi anaknya yang masih bayi. 3 orang anak.
Saya sempat berpikir, kok selisih usia ketiga anak tersebut tidak begitu jauh. Bahkan mungkin terlalu berdekatan. Sempat muncul rasa tidak tega dan iba melihat ibu tersebut harus menjaga ketiga buah hatinya di bus yang semakin penuh. Saya duduk di pojok belakang, diam, sesekali mendengar percakapan ibu muda tersebut dengan seorang ibu penumpang yang duduk tepat di depannya.
Penumpang itu bertanya tentang tujuan si ibu dengan ketiga anaknya, apakah ia sendiri sampai bertanya tentang usia ketiga anak-anaknya. Rasanya, semakin saya mengikuti percakapan tersebut, saya lalu berpikir terkadang hidup seperti tidak adil terhadap seseorang. Anak pertamanya baru 4 tahun, lalu adiknya 1,5 tahun dan adik bayinya baru 2 bulan. Ketika ditanya apakah suaminya tidak ikut mengantar, Ibu muda itu menjawab, "suami saya ndak ada." Bukan karena meninggal atau cerai, ibu itu lalu menambahkan, "Suami ndak ada. Pergi ndak tahu kemana pas si kecil ini ada di perut. Katanya kerja, tapi sampai sekarang ndak pulang dan ndak pernah kasih kabar."
Saya yang mendengar saja, bisa kaget dan mikir kok ada laki-laki macam itu yang mau enaknya saja lalu pergi ketika harus bertanggungjawab menghidupi anak istrinya. Memang, kalo diperhatikan ibu muda tersebut sepertinya juga dalam keadaan ekonomi yang (maaf) mungkin kurang mampu. Dia bertahan hidup dan menghidupi ketiga anaknya yang notabene masih sangat kecil dengan membuka warung kecil-kecilan. Di Cikarang. Ya, kalian tidak salah dengar. Ibu itu dari Cikarang bersama tiga anaknya, ke Jakarta entah menemui siapa atau mungkin keluarganya. Akhirnya saya berkesimpulan, sesulit apapun hidup entah karena saya yang mengeluh atau merasa kurang ini itu ternyata masih banyak yang ada di bawah saya. Sesusahnya hidup, saya masih bersyukur punya pekerjaan, bisa menikmati libur di akhir pekan, lalu buat apa kalau saya harus mengeluh karena suatu hal kecil yang tidak sesuai dengan keinginan saya. Sedangkan ibu tersebut, setiap hari harus bekerja ekstra keras untuk ketiga buah hatinya sekaligus menjadi orang tua tunggal yang tentunya tidak mudah, karena bagaimanapun figur seorang ayah tetap diperlukan oleh anak-anaknya.

Kemudian, apakah kalian masih juga mengeluh dengan hidup yang menurut kalian tidak adil? Pertanyaan saya, tidak adil untuk siapa? Tidak adil hanya karena suatu hal kecil sedang kita masih bisa menikmati makan enak, tidur di kamar yang layak, jalan-jalan, gadget-gadget keluaran terbaru, produk fashion dari merek ternama atau sekedar minum teh dan kopi di gerai internasional. Lalu, bagaimana dengan saudara-saudara di sekitar kita yang untuk menyambung hidup mereka sehari saja, mereka harus berlelah-lelah membanting tulang dan hasil yang didapat tidak seberapa? Masihkan kita bisa berteriak hidup tidak adil (buat kita) lantaran ego pribadi yang tidak terpuaskan? Pelajaran penting saya peroleh pagi ini. Di TransJakarta, akan selalu ada sisi menarik tentang potongan kisah hidup manusia-manusia (di Jakarta) yang bisa diambil sisi baiknya. Hari ini, saya bersyukur dengan apa yang saya punya. Berusaha untuk tidak mengeluh terhadap apapun yang mungkin tidak berjalan sesuai dengan rencana atau harapan. Karena bagaimana pun, dengan bersyukur hidup akan terasa lebih baik ketika dijalani.


Selamat beraktifitas...


=============
Edutria, 2011. Penggalan-penggalan kisah hidup yang sayang untuk dilewatkan.

Monday, December 12, 2011

Apa Adanya Aja


Ketika kamu telah selesai melakukan sesuatu, apakah kamu akan mengatakan lebih dari yang sudah kamu lakukan?
Pertanyaan hari ketiga ini menggelitik benak saya. "Kita bisa ga sih jujur dengan diri sendiri?" Buat saya pribadi, saya justru lebih senang untuk mengungkapkan dan mengatakan apa adanya terhadap sesuatu yang telah selesai saya kerjakan. Saya tidak suka untuk menambah-nambahi tentang hal-hal yang baru saja saya kerjakan atau lakukan, semata-mata agar saya terlihat lebih dari yang lain.
Bagi sebagian orang, terlihat lebih dari yang lain mungkin adalah hal yang menurut mereka penting. Semacam rasa ingin diakui, karena gengsi atau mungkin ingin menyombongkan diri "ini lho gue". Saya tidak mau seperti itu, saya cukup bangga dengan apa yang telah saya kerjakan dengan kelebihan maupun kekurangannya.
Melebih-lebihkan perkataan atau segala sesuatu diluar apa yang telah kita kerjakan nantinya malah akan menyulitkan diri sendiri. Saya tidak tahu, apakah orang lain berpendapat hal yang sama dengan diri saya.
Bukan berarti selama ini selalu menjadi yang baik-baik saja. Tidak. Jujur, saya sendiri pernah melakukan hal itu. Alasannya hanya satu, lagi-lagi ingin terlihat dan tidak ingin dipandang sebelah mata. Saya tidak malu untuk mengakui hal ini karena memang demikian yang saya alami. Namun kemudian, saya sadar bahwa hal ini tidak baik; untuk diri saya tentunya.
Sekarang, saya lebih suka untuk mengatakan segala sesuatu sesuai dengan kenyataannya. Jika hasilnya tidak sesuai ya bersyukur masih bisa mencoba. Bahkan, saya berani menerima kebenaran yang terkadang terasa menyakitkan daripada sebuah kebohongan yang terasa manis di awal-awal. Banyak orang-orang di sekitar, termasuk teman-teman saya yang tidak terima dengan sebuah kejujuran yang saya ungkapkan. Saya tidak tahu kenapa. Atau mereka hanya ingin mendengar yang baik-baik saja dan menyembunyikan yang terasa pahit untuk mereka terima?

Toh, inilah diri saya. Sebisa mungkin tidak ingin menambah-nambahi dari hal yang seharusnya. Bukankah segala sesuatu yang berlebihan itu kurang baik?

Ah, maafkan kesoktahuan saya tentang hal ini. :)



================
Edutria, 2011. 

Saturday, December 10, 2011

Never Stop Trying


Pilih mana, gagal atau tidak pernah mencoba (sama sekali)?
Buat saya, gagal tidak berarti akhir dari segalanya. Dalam hidup ada saat tak terduga atau bahkan tidak sesuai dengan rencana. Saya lebih senang untuk mencoba segala sesuatu yang menarik minat saya atau sesuatu yang benar-benar baru dan terasa asing untuk saya. Kalau toh hasilnya tidak sesuai, ya tidak apa-apa.
Gagal bukan juga berarti kalah. Saya selalu percaya, di setiap kegagalan selalu ada hal yang bisa saya pelajari untuk menjadi lebih baik. Bahkan mungkin kita akan mendapat sesuatu yang lebih dari saat ini.
Saya sering mengalami kegagalan. Namun, hal ini tidak membuat saya untuk terus berhenti, menyerah pada keadaan dan hanya berpangku tangan. Kalau kegagalan selalu membuat saya untuk berhenti berusaha, tentunya saya tidak akan pernah kemana-mana. Ketakutan akan gagal hanya akan membuat saya semakin terlihat bodoh, karena terkadang ketakutan terbesar kita adalah tentang apa yang belum terjadi. Lebih mudahnya, ketakutan dan pikiran yang negatif sering berperan besar terhadap kegagalan itu sendiri.
Berapa kali anda pernah gagal, ditolak, atau mungkin sesuatu yang diluar rencana Anda? Saya sering. Bahkan, saya pernah merasa bahwa segala sesuatu tidak ada lagi jalan keluar. Saya menyerah. Apa yang saya dapat? Hanya ketakutan-ketakutan yang terus menghantui saya.
Lalu, tiba pada suatu masa ketika saya mulai sadar dan bisa memilah-milah bahwa kegagalan tidak untuk dijadikan batu sandungan. Saya harus tetap maju, berjalan di rel yang benar dan memulai lagi dari awal. Mempelajari dan merefleksikan kegagalan adalah salah satu cara yang baik untuk dapat melangkah dengan lebih teratur dan terarah di kesempatan yang lain.
Kegagalan bukan juga hilangnya semua kesempatan. Memang, hilang satu saat ini tapi tidak berarti selamanya, kan? Beberapa kesempatan terkadang muncul satu kali. Namun, dalam hidup selalu terdapat kesempatan-kesempatan lain yang sering tanpa kita sadari lewat karena kita hanya fokus dengan kegagalan sebuah kesempatan.
Gagal bagi saya berarti ada sebuah kesempatan dan keberuntungan yang lain. Saya malah lebih malu ketika saya hanya berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa sambil memandang sebuah kesempatan yang lewat di depan mata.
Hidup terlalu singkat untuk dilewatkan dengan diam saja dan enggan berusaha. Tidak ada salahnya mencoba, bukankah di setiap manusia-manusia sukses selalu terdapat kegagalan-kegagalan yang mewarnai langkahnya.
Buat saya, kegagalan adalah sebuah proses yang membentuk saya seperti sekarang ini.

Berhenti mengeluh, dan berani keluar dari zona yang selama ini kamu anggap nyaman. Di luar sana, selalu terdapat kesempatan-kesempatan yang bahkan selama ini tidak pernah kamu bayangkan. Tinggal kamu mau mencoba atau tidak sama sekali. Semua ada di tanganmu.

Saya, selalu ingin mencoba hal-hal baru dan itu menambah satu pengalaman berharga dalam hidup.



==============
Edutria, 2011. Saya tidak pernah takut gagal.




Thursday, December 8, 2011

How Old Are You?


Ketika menghadapi pertanyaan seperti di atas, awalnya pun saya bingung dan berpikir cukup lama. Kemudian terlintas di benak, ah mungkin saya ingin usia yang masih muda dibanding dengan usia saya -- yang saya sendiri juga tidak tahu, kan?
Mungkin 17, 18, atau 20 tahun. Kalau bisa memilih maka saya lebih muda lagi. Semacam ingin menengok kembali ke belakang tentang apa dan bagaimana saya menjalani hidup selama ini. Tidak selalu baik, karena pasti setiap orang mempunyai kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Jika pada akhirnya pertanyaan seperti ini harus dijawab dengan angka yang valid, maka saya akan menjawab ketika saya masih anak-anak dan mungkin juga seperti ini, "saya bersyukur sudah menjalani hidup selama ini meski saya sendiri tidak tahu seberapa tua diri saya."
Anak-anak, selalu ada kerinduan untuk mengulang kembali waktu ke masa-masa itu. Waktu dimana saya tidak begitu pusing dengan apa yang terjadi di semesta ini. Waktu dimana saya bebas dan leluasa tanpa perlu merasa malu dan terkekang oleh semacam norma atau entahlah mungkin tatanan sosial yang dewasa ini tampak seperti benang yang kusut masai karena tak mengerti ujung pangkalnya. Saya, sebagai anak-anak hanya tahu bermain dan bebas bereksplorasi dengan sekitar. Anak-anak yang polos, yang begitu sederhana dalam memandang hidup.
Lalu semuanya berproses. Anak-anak berkembang menjadi remaja lalu dewasa. Pilihan-pilihan itu pasti ada.
Maka kemudian saya sampai pada kesimpulan, usia tidak begitu penting apakah saya sudah mulai tua atau baru membuka mata dan melihat dunia. Bagi saya, anugerah untuk bisa menikmati hidup dan memberi warna di dalamnya itu lebih bermakna.
Saya hanya berefleksi, di usia saya sekarang, apa yang telah saya berikan untuk hidup dan kehidupan di sekitar saya. Sebagai manusia, saya hanya ingin berguna untuk sekitar dan bersyukur untuk semua yang telah saya terima.

Lagi-lagi, pertanyaan itu kembali masuk dan berkelindan di otak saya, "jadi seberapa tua diri anda?". Hahaha... saya masih muda. Saya 24 tahun, sudah kenal cinta, pacaran, tetapi amat-sangat-belum siap untuk menikah. Sudah puas? :))




=======
Edutria, 2011. Refleksi akhir tahun.

Friday, November 25, 2011

Sekali Lagi...

It's written...
photo taken from @sinyongogos' instagram


....dan aku masih tetap mengingat pertemuan pertama kita dulu, di sebuah tempat makan lesehan di bilangan Jakarta Selatan. Seseorang yang kini mampu menambatkan hatiku pada sebuah rasa yang dahulu sempat membuatku hilang kepercayaan.
Denganmu, aku belajar menjadi pribadi lebih baik; dan ketika berada dekat dengan dirimu aku dapat menjadi diriku sendiri sepenuhnya tanpa perlu malu atau harus berpura-pura.
Kamu, senantiasa menjadi sebuah doa ucapan syukurku hingga detik ini. Kepada Tuhan, Sang Pencipta yang menjadikan ini semua indah pada waktunya.

Kamu, adalah jawaban dari ribuan penantian dan untaian kata-kata yang ku daraskan dalam sebuah hening doa pada setiap malam-malamku di waktu sebelumnya.

Terima kasih, karena mewarnai dan mengisi hari-hariku dengan senyum dan kasih sayangmu.

Aku jatuh cinta berkali-kali pada sosokmu dan semua hal yang kamu miliki...



=================
Edutria, 2011. bahwa semua memang ada waktunya. Sekali lagi, aku merasakan jatuh cinta.

Jatuh Cinta

Wednesday, August 10, 2011

Day 7: Catatan Waktu

Hari ketujuh. Saya sebenarnya sudah telat beberapa hari untuk menuliskan ini. Harusnya, saya sudah sampai hari kesepuluh. Nyatanya, saya malah terlalu galau dan bingung ingin menuliskan apa dan siapa.
Hari ini adalah tulisan tentang mantan atau seseorang yang pernah jadi bagian dalam hidup saya. Mau menulis yang bagaimana lagi, sedang saya sudah terlalu banyak menggores pena dan mengetik satu persatu tentang kenangan akan dirimu di sini.

kepada Kamu,
Semoga masih ingat betapa akurnya kita dulu.Apa kabarmu di sana? Sudah berselang lama sekali kita tidak saling berjumpa pun bertegur sapa. Kamu masih seperti dulu? Ah, saya pikir jeda waktu panjang yang sudah kita lewati bersama, pasti sedikit banyak sudah mengubah kita berdua. Rupanya hidup selalu memberi warna baru, saat kita berdua sepakat untuk saling memisah langkah dan berjalan ke arah serta persimpangan yang berbeda.
Menyadari kita pernah ada, bersama di suatu masa, membuat saya bisa tersenyum. Saya tidak lagi merasakan perih yang sama seperti tahun-tahun yang lalu. Apa artinya saya memang sudah benar-benar melupakan kamu? Belum tentu.
Terima kasih untuk saat-saat terindah yang pernah ada. Ketahuilah, bukan cinta yang membuat saya terhempas dan kandas. Saya hanya sedang belajar untuk melepas.
Ada saat dimana saya mulai satu langkah maju dan kamu tetap jauh di depan saya. Kita belum ditakdirkan untuk saling menyamakan langkah.
Tulisan saya, "aku mencintaimu" di awal buku yang kamu tutup terburu-buru tanpa sekalipun dibaca rasanya sudah cukup. Itu isi hati saya, dan tak ada yang perlu disesali.
Karena buat saya, esensi hidup adalah soal memilih dan mengalami.
Sekali lagi terima kasih, dan maaf untuk rasa sakit yang pernah saya lakukan. Saya sudah merasa lebih baik sekarang. Jangan khawatir. Waktu lebih dari satu tahun, rupanya bisa jadi obat manjur untuk luka itu. Meski saya tahu, faktor penentu utama adalah diri saya sendiri.
***
Aneh, saya tidak bisa meneruskan tulisan ini. Saya anggap sudah cukup. Tidak ada yang harus diingat-ingat lagi. Menatap ke depan itu lebih baik daripada hanya tinggal diam dan menikmati kenangan akan masa lalu; sekalipun itu indah. Masa lalu biarlah tetap ada di belakangmu. Sesekali bolehlah menengok sebentar. Iya, sebentar saja. Anggap sebagai pengingat dan pengalaman berharga untuk kini dan nanti.

==============
Edutria. 2011. Sebuah cerita dan ini sudah [lama] selesai.

Monday, August 8, 2011

Day 6b: Stranger in Metro 69

Untuk kamu,
seseorang yang sering aku temui di angkot dan metro 69.

Siapa pun namamu, dan bagaimana cara saya memanggilmu biarlah tak ada seorang pun yang tahu. Kita ini, seringkali bertemu dan beradu pandang dalam perjalanan pagi menuju tempat kerja masing-masing. Kita tidak saling mengenal. Namun aneh, kadang saya bisa tersenyum tanpa sebab ketika bertemu denganmu. Hahaha... Jangan geer ya. Saya tidak punya perasaan apa-apa kok. Sebatas senyum antar tetangga mungkin. Hey, saya tahu rumah kamu memang tidak jauh dari saya, walau bisa dibilang tidak terlalu dekat juga. Intinya kita sering bertemu di jalan.
Saya dan kamu, sepertinya malu untuk memulai kata pembuka "hai, halo, atau apapun lah" untuk mengawali pembicaraan. Kita hanya mampu untuk saling pandang dan kemudian diam. Pengen sih saya senyum, tapi takutnya nanti bisa diartikan lain. Saya malu.
Dear kamu, saya hanya ingin berteman. Itu saja. Rasanya aneh kalau kita yang tinggal tak terlalu jauh bisa saling tidak kenal satu sama lain. Ah, kita seperti manusia Jakarta lain yang terlalu sibuk untuk sekadar bersosialisasi. Serba salah memang. Disamping saya juga tidak enak untuk memulai perkenalan. Atau takut? *Sudah akui saja, Ed. Kamu malu.*
Eh, sebenarnya melihat kamu itu seperti melihat mantan pacar saya. *eaaa... alasan* Entahlah, jangan tanya apa sebabnya saya bisa ngomong begitu. Tapi ada beberapa ciri fisik yang betul-betul mengingatkan saya akan seseorang yang pernah ada buat saya di waktu yang lalu. Hahaha...

Ehem, baiklah. Tapi terima kasih lho sudah hadir atau sekadar numpang lewat di hari-hari saya. Dulu, kalau saya kangen dengan pacar saya *sekarang udah mantan* cukup terobati ketika ketemu kamu di jalan. Ya, bukan berarti saya terus flirting-in kamu gitu. Bukan. Tapi seperti melihat jiplakan wajah pacar saya di kamu. Begitu. Hahaha... Eh, tetapi kita memang belum ditakdirkan untuk saling kenal sih.
Ga apa-apa. Tetap seperti ini saja. Kenal sebatas muka. Itu sudah cukup.
Kelak, kalau memang sudah waktunya kita bakal tak sengaja kok ketemu di mall terus tubrukan gitu dan aku bantu kamu merapikan barang yang jatuh. *Heh! Stop Ed* Aduh, ini sepertinya terlalu sinetron dan kesannya gimana gitu. Emang masih jaman, tubrukan di mall terus kenalan gitu? Di tivi mungkin iya. Buat saya sih kok, iuuhhh banget ya. Hahahaha...
Pokoknya, kalo someday memang ada jatahnya buat kita ketemu di persimpangan, *Please jangan nanya persimpangan mana ya. Saya juga gak tahu. Lah ini juga kan pengandaian. Tahu kan maksud saya?* saya pengen deh cerita tentang hari ini dan hari-hari yang lalu dimana kita masih ada sebagai dua orang asing yang sebenarnya sama-sama malu untuk mengucapkan "hai, selamat pagi. Ketemu lagi kita".

Kita berdua memang sombong. Tetangga tapi tidak saling kenal. Lalu? Ah sudahlah, besok juga kenal sendiri... *eaa ditoyor Pak RT*

===========
Edutria, 2011. Untuk tetangga (yang unyu).

Day 6: A Stranger


stranger

Pronunciation:/ˈstreɪn(d)ʒə/

noun

a person whom one does not know or with whom one is not familiar:
don't talk to strangers
she remained a stranger to him
a person who does not know, or is not known in , a particular place or community:
I'm a stranger in these part
she must have been a stranger to the village
(stranger to) a person entirely unaccustomed to (a feeling, experience, or situation):
he is no stranger to controversy
a person who is not a member or official of the House of Commons.

Origin:
late Middle English: shortening of Old French estrangier, from Latin extraneus
(source: OALD)

****

Dear Stranger,
I barely know about you, and vice versa. Can't we keep stay as strangers to each other? At least, till the time we meet. Someday... in His time.

Ups, are you my soulmate? #eaa :))


===========
Edutria, 2011. Entahlah ini tulisan atau cuman kopipes dari kamus. :))

Day 5: Dreams

Saya boleh jadi punya banyak mimpi. Banyak sekali. Terkadang, ada beberapa yang bahkan saya sampai geleng-geleng kepala karena tidak yakin dulu bisa menulis mimpi yang seperti itu. Kalau dibilang cita-cita memang mirip sih ya. Oke, pada dasarnya saya tidak takut untuk bermimpi. Namun, saya juga bukan yang termasuk sebagian orang yang terlalu senang bermimpi tetapi tidak ingin segera bangun untuk merealisasikan mimpi-mimpinya.
Kalau ditanya apa mimpi saya, tentu tidak akan saya jawab dengan mimpi yang baru saja saya alami tadi malam. Bukan. Itu berbeda. Saya ingin menjadi seseorang yang lebih baik lagi dan berguna untuk sekitar saya, yang paling penting adalah untuk keluarga dan orang tua saya.
Mimpi buat saya memang agak berbeda dari cita-cita. Bermimpi itu menyenangkan, selain gratis kita bisa berandai-andai untuk menjadi siapa saja. Hahaha... Tapi, kalau kita hanya bermimpi dan tidak berbuat apa-apa untuk segera meraih mimpi itu, rasanya kok kita hanya seperti tong kosong yang nyaring ketika dipukul dengan kayu atau batu. Kita tidak ingin yang demikian bukan?
Cita-cita, semua orang pasti memilikinya. Salah satunya saya. Dari dulu, saya berubah-ubah ketika ditanya soal ini. Pernah ingin menjadi musisi (?) entahlah ini kesambet apa dulu. Oh mungkin karena saya sempat ikut kursus piano dan electone selama beberapa tahun. Lalu, saya ingin menjadi seorang chef Pastry, kemudian lantas saya mengambil studi di bidang tersebut. Hari ini lain lagi. Hahahaha... Tetapi apapun itu, saat ini saya ingin melanjutkan studi dan meraih gelar sarjana saya. Itu dulu. Sesuai permintaan dari orang tua juga sih. Oh ya, sebenarnya masih pengin bekerja di dunia tulis menulis dan jurnalistik yang akhirnya kok sesuai dengan passion saya.

Ah, lagi-lagi saya tetap mandek ketika disuruh menuliskan mimpi dan cita-cita saya. Agak susah ya saya menjabarkan satu persatu dari rangkaian mimpi itu. Aduh, atau kita saling bercerita dan mengobrol saja kapan-kapan? Hahaha... Sudah ya, lain kali saya edit lagi postingan ini. :))

====================
Edutria, 2011. A day dreamer. Hahaha...


Day 4: My Sister and I

dear my Sist,
First, I thank God for His grace who gave me a sweet and kind sister like you. Yes, I just have one. Only you. I know that we have a difference of age, 11 years older than me, then you are always guided and taught me to do better.
There are so many memories we've had together. Hard, happy, sad or disappointed. 
Do you remember, when I was a kid in a morning that you will go to school and I even took your money and tore into small pieces. Hahaha ... I think I do not know if it is money that could have to buy something. I was a bit naughty, yet mushy. 
I also often ask "jatah-preman" for snacks from your savings. Hahaha ... but you never angry.
In 1995, you have to leave Magelang and continued your studies to Jakarta. There is a sense of loss for me. Although I myself know, that we'll definitely meet again. I delivered you to the bus station, and my eyes filled with tears. 
Since it is I rarely see each other again. At least once or twice a year. Heard you coming home to Magelang was already thrilled my heart. Much less then I also went to Jakarta for vacation. That was not the first time I came to Jakarta. But I think I'm so glad. 
I still remember, when I was whining to go to night market. I know, you mad because of rainy days and muddy roads to get there definitely. But we're keep going. 
There is a kind of guilt from me, although I know you gave me a hug after you apologized for being angry. 
*** 
2005, after 10 years. I, too, moved to Jakarta. I then hired in a cakeshop, as a chef in accordance with my background Pastry graduate dept. 
Between sad and happy to be close to my sister, besides leaving the father and mom in Magelang. However, do not make me discouraged because later I can meet with them when the long holiday, Christmas or Eid.

In this city, I realized that you always teach, give advice and input to me. Yes, I was wasteful. So do not be surprised if you often scolded me to start saving. 

Now, you're pregnant. That means I will soon have two nephews. Dito and his baby sister. Hope you always healthy and facilitated by the Lord. 
I can only pray the best for your family. May your fam always a healthy, harmonious and blessed. 

I am proud to have a sister like you. Thanks for all the advice ... Do not fierce to Dito. He's smart and funny, yet a bit naughty sometimes.

I love you, Doedoe:)


=============
Edutria, 2011.

Gokana Beef Teppan

Kemarin saya sempat berjalan-jalan di sebuah mall di bilangan Jakarta Selatan. Niat awal sebetulnya hanya ingin sekadar cuci mata sambil menunggu kemacetan berkurang di luar. Maklum, kalau sudah masuk rush-hour, antrian panjang kendaraan di jalan sungguh juara. Selain menguji kesabaran, pastinya panas dan capek kalau niat  mau baris rapi di jalan.
Karena lapar, saya memutuskan untuk mencari tempat makan yang belum pernah saya coba sebelumnya. Kenapa? Soalnya saya termasuk orang yang suka makan, terlebih dengan jenis makanan baru. Mungkin karena background saya di F&B, maka saya sering nyobain tempat makan yang menurut saya unik atau menarik. Ga harus mahal juga sih, banyak kok tempat makan murah tapi kualitas dan rasa juara.
Pilihan saya kali ini di Gokana Teppan. Ga tau juga sebenarnya bisa milih tempat makan ini. Memang belum pernah masuk sebelumnya. Jadi sedikit penasaran saja.
Teppan (teppanyaki) sendiri adalah seni memasak Jepang yang menggunakan wajan besi untuk memasak makanan. Berasal dari kata teppan yang berarti plat besi, dan yaki yang berarti panggang, kukus atau ditumis. Teppanyaki modern biasanya menggunakan panggangan di permukaan datar yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu. Biasanya dimasak langsung di depan tamu. (source: teppan)
Gokana sendiri tidak hanya menyediakan menu teppan. Ada miso, ramen, bento, tempura, yakimeshi, dan lain-lain.
Beef Teppan set
Saya memilih Beef Teppan dengan mixed vegetables, salad, dan bento serta Iced lemon tea. Porsinya lumayan besar, dan yang paling penting murah serta sebanding dengan harganya. Dari segi rasa menurut saya enak dan pas. Semacam ada ciri khas tersendiri, karena tadinya saya pikir rasanya pasti mirip-miriplah dengan Japanese fast food resto yang terkenal itu. Nice. Bentonya sendiri juga punya rasa khas yang pas di lidah. Mungkin sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Namun, bukan berarti tidak ada yang kurang. Menurut saya, nasi yang kemarin saya makan itu terlalu kering dan tidak pulen sehingga agak sulit ketika harus makan dengan sumpit. Tipikal nasi di Japanese dan Chinese food adalah pulen dan solid ketika dimakan menggunakan sumpit. Kemudian, lemon tea kurang terasa lemonnya dan sedikit kurang manis. Overall, saya sendiri cukup puas dengan menu yang saya pesan. Selain, pelayanannya yang ramah, cekatan dan tidak menunggu lama termasuk dengan welcome snack sembari menunggu pesanan siap, harga sekitar Rp 30.000 untuk satu paket teppan termasuk kategori murah. Lain waktu, saya akan mencoba menu lainnya, terutama miso soup dan ramen.
Gokana sepanjang pengamatan saya, sudah membuka cabang di beberapa mall di Jakarta dan Bandung. Hal ini bisa menjadi semacam alternatif tempat makan enak dan murah. It is worth to try. :)

Beef Teppan with Sauté Mixed Vegetables
Bentos with Coleslaw Salad as side dish

==================
Edutria, 2011. Icip-icip lagi...

Thursday, August 4, 2011

Pottermore

Yay! Finally I've got early access to pottermore on day 3 Magical Quill challenge during 31 July to 6 August. We have to solve a clue who will be revealed everyday in their site to find a magical quill and complete the registration detail.
my name on a list :))



Day 3: Parents dan Son


Ketika saya melihat video di atas, saya menitikkan air mata dan mulai menangis. Saya teringat kedua orang tua saya yang sekarang berada di kampung halaman, berdua. Sedang kami, kedua anaknya pergi merantau dan bekerja di kota lain.
Ada semacam geletar rindu yang menghebat ketika saya memutar ulang video tersebut. Rasanya, baru kemarin, saya adalah anak kecil yang selalu digendong oleh bapak dan ibu saya. Kini, saya sudah besar dan meninggalkan rumah untuk meneruskan dan meraih cita-cita saya.
Waktu berjalan cepat rupanya. Namun, belum cukuplah saya membalas cinta dan kebaikan kepada orang tua saya. Tidak akan pernah cukup.
Saya sendiri kadang terlalu sibuk dengan pekerjaan dan karir, hingga akhirnya lupa untuk sekadar menyapa mereka. Semenit dua menit, itu sangat berarti untuk Bapak dan Ibu.
Mereka hanya ingin diri kita, anaknya, menjadi seseorang yang lebih baik. Mereka mendidik dan merawat tanpa kenal lelah. Tetapi, saya malah seringkali mengecewakan mereka.
Berbohong, melawan semua argumen mereka dengan kesoktahuan saya. Bahkan tak jarang, nada bicara saya mulai meninggi ketika saya mempunyai pendapat yang tidak sesuai.
Saya salah. Harusnya saya diam dan mendengarkan. Setiap orang tua pasti tahu yang terbaik untuk anaknya.

Rindu ini semakin kuat. Siang ini, selembar surat dari Ibu saya datang ke kantor bersama dengan dokumen yang memang saya minta untuk dikirimkan. Baru kali ini lagi, tulisan Ibu kembali saya lihat. Semacam ada ikatan batin ketika membaca satu persatu kalimat sederhananya. Saya kembali menangis. Betapa berharganya sebuah sapaan apa kabar, dan sedikit pesan bahwa Bapak dan Ibu sehat-sehat saja.
Tulisan Ibu tidak berubah, tetap rapi dan tegas. Ingin saya memeluk mereka saat ini juga untuk sekadar membisikkan terima kasih saya kepada mereka.

Saya masih bingung dan bahkan tak cukup kata untuk mewakili perasaan saya saat ini. Saya hanya berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk mereka, menepati janji saya, menyelesaikan pendidikan hingga sarjana seperti yang mereka minta. Sesederhana itu. Semoga saya selalu dapat membahagiakan mereka dan menemani mereka untuk menunjukkan betapa saya sangat mencintai dan menyayangi Bapak dan Ibu..

Terima kasih, Bapak Ibu...


=============
Edutria, 2011. Untuk kedua orang tua.

Tuesday, August 2, 2011

Day 2: Tribeca Park dan Malam Itu

17 Mei 2011, hari Selasa...
Tak kusesali cintaku untukmu
Meskipun dirimu tak nyata untukku
Sejak pertama kau mengisi hari-hariku
Aku t'lah meragu mengapa harus dirimu...
Hari yang sama ketika saya mulai mengetik tulisan ini di editor blog saya. Semacam kebetulan atau bukan, tetapi saya memang harus menuliskannya.
Malam itu, bahkan saya masih ingat semuanya. Baju yang kamu pakai, kemeja putih dengan rompi hijau dan jeans hitam; persis sama dengan saya yang saat itu memakai kemeja dengan warna senada dan celana jeans yang sama. Sepatu sandal kulitmu coklat, dan sepatu saya coklat. Rasanya, kita bahkan tidak menentukan sebuah deal untuk dresscode.
Pertemuan itu yang pertama, setelah kurang lebih 2 bulan lebih kita saling mengenal lewat dunia maya. Apakah kamu ingat itu semua? Perkenalan yang awalnya mungkin aneh dan lucu buat saya sendiri ternyata memberi dampak yang lebih nyata untuk saya, kemudian.
Ada semacam jantung yang berdebar-debar malam itu. Akhirnya, saya bisa menjumpaimu secara nyata, tak terbatas huruf sepanjang maksimal 140 karakter.
Tribeca Park, di sebelah barat Jakarta. Malam itu, pertama kali saya berjabat tangan erat, bersahabat dan kita saling bertatap. Kedua mata itu berbicara, ada seperti energi lain yang bisa saya tangkap. Geletar-geletar itu mulai ada. Entah, tapi saya mulai merasa.
Saya masih ingat, pertama kali kamu memanggil namaku ketika saya berjalan mendekat. Gugup, dan mungkin salah tingkah.
Kita menghabiskan malam dengan menonton bioskop, lalu makan malam bersama untuk lebih mendekatkan kita berdua. Rasanya, waktu seperti ditambatkan oleh sebuah jangkar untuk diam tak berdetak ketika kita berdua saling bercerita. Atau kita yang terlalu asyik bercengkerama hingga akhirnya lupa bahwa sejatinya bukan hanya kita berdua yang ada disekitar?
Saya mulai memikirkan kamu, geletar itu makin nyata. Apakah saya telah jatuh cinta? Mungkin.
****
2 Agustus 2011, hari Selasa...
Saya telah berhenti. Bukan karena saya tidak mencintai kamu lagi. Saya hanya lelah untuk merasakan ini sendiri. Kamu terlalu jauh atau saya yang terlalu tinggi untuk mengharapkanmu.
Ada baiknya kita sekarang memisah, bersimpang jalan. Saya ke kanan dan kamu, silakan pilih arahmu sendiri. Kelak, mungkin di persimpangan yang lain semoga kita masih bisa bertemu lagi. Di saat semuanya telah siap, di waktu yang tepat.
Ketika saya berpikir, bahwa saya mencintaimu di waktu yang tidak tepat? Saya tidak tahu. Bagi saya, tak pernah ada yang tidak tepat sewaktu saya berbicara tentang cinta. Saya dan kamu.
Kamu menjauh, dan saya tidak akan berusaha untuk mengejar atau menyamakan langkah. Biarkan saya tetap tertinggal, dan melihatmu berlari jika itu yang terbaik.
Es krim yang kita makan berdua waktu menonton bioskop di Grand Indonesia kala itu masih tetap saya ingat. Lalu makan malam masakan Jawa dimana kita saling mencoba makanan satu sama lain dan kamu kepedesan itu juga.
Dinner terakhir kita sebenarnya juga seru jika diingat. Lucu, makan malam dengan restoran mati lampu. Tetapi, senyum kamu malam itu rasanya akan tetap jadi senyum terindah buat saya. Entah kenapa, mata kamu dan saya terasa menyatu. Saya tahu sinar itu.
Masih banyak sekali kenangan yang sebenarnya ingin saya tulis. Tetapi akhirnya waktu (atau kamu) yang memaksa saya untuk menutup buku meski itu baru beberapa halaman yang terisi.
Kamu sudah bisa makan dengan sumpit? Ah, saya masih terkenang dengan ekspresi muka kamu ketika saya mengajarimu makan dengan sumpit di sebuah restoran Jepang di pertemuan pertama kita. Kamu tidak sabar rupanya. Tidak apa-apa, toh masih selalu tersedia sendok dan garpu yang akan setia menemani makan malammu meski tiada lagi aku yang di sisimu.
Saya titip doa untuk kamu, semoga kamu bahagia dengan pilihanmu. Hidup tetap harus dilanjutkan dengan atau tanpa saya (dan kamu).
Saya pergi, bukan berarti saya menyerah dan kalah. Sudah tidak ada lagi yang memaksa saya untuk tetap menahan langkah kaki di waktu ini. Bukannya kita berdua sama-sama tidak mengerti dan saling menyakiti?
Lebih baik, saat ini, kita berdua mencari jalan untuk kebahagiaan kita masing-masing. Meski saya tahu, salah satu bahagia saya adalah tetap bersamamu.
Cinta saya ke kamu tetap ada di hati. Biarkan ia di sana, beristirahat, mungkin suatu saat, entah itu kapan dia boleh ada kembali dan menghangatkan hati.

Jaga diri, O. Saya masih sayang atau mungkin terlalu sayang kamu.
Saya tidak pernah menyesal untuk ini dan untuk perasaan yang tidak pernah terbalas.
Aku takkan bertahan bila tak teryakinkan
Sesungguhnya cintaku memang hanya untukmu
Sungguhku tak menahan jika jalan suratan
Menuliskan dirimu memang bukan untukku...
Selamanya...

Terima kasih untuk semuanya, Onan :)

================
Edutria, 2011. Sudah selesai.
Lyrics: Bukan Untukku - Rio Febrian

Monday, August 1, 2011

Day 1: Buncis dan Emak

Sumpah, gue sendiri ga tau mau mulai dari mana. Seringkali memang kita sendiri yang terlalu ribet atau bingung ketika memulai suatu hal. Tapi pertama kali, gue bersyukur banget karena bisa kenal kalian dan gue yakin itu bukan kebetulan. Gue ga percaya dengan kebetulan, karena segala sesuatu yang terjadi dan ada di semesta ini sudah lebih dulu dirancangkan-Nya.
Kalian, aduh, gue sendiri juga bingung awalnya gimana kita bisa jadi sahabat seperti ini. Hampir 7 tahun, ketika semua bermula dari bangku SMA. Jujur, pada awalnya gue bahkan sama sekali ga pernah terpikir untuk kita sampai hari ini.
Emak, lo tau apa yang ada di pikiran gue ketika pertama kali, seorang abege laki-laki ingusan yang baru lulus SMP dan bahkan seragam SMA-nya pun belom jadi ngeliat elu? Hihihi... Gue naksir Mak sama lu. Hahahaha... entah deh jangan tanya gue kok bisa atau gimana yah. Dan gue lebih seneng dong ketika gue terus mulai akrab dan hei, kita pernah satu tim di OSIS. Sayangnya, elu sering galak sih sama gue. Tapi tetep ya, elu ga pernah tau kalo gue sempet naksir. Gue sendiri juga ga pernah bilang, sampe 6 tahun kemudian, akhirnya gue berani ngomong kan sama elu. Intinya gue tetep ngomong dan itu sebagai lucu-lucuan aja pas kita saling sharing tentang kehidupan kita setelah bangku SMA dulu. Ih, elu gokil juga Mak. Sumpah.
Buncis, hehehe.. gue malah tadinya agak serem bok waktu pertama ketemu. Iyah, Buncis dulu gue pikir galak juga. *hey, kenapa ini Sahabat-sahabat gue awalnya gue judge GALAK TO THE MAX. Kenapa?!* Kita itu kenal, tapi ga deket awalnya. Bahkan, gue juga ga tau pas ada temen-temen kita bilang Buncis.. Buncis.. Semacam penasaran siapa sih yang dipanggil gitu. Sampe akhirnya kita deket aja, ngalir, ga tahu gimana ceritanya. Gue masih inget lho, dulu sering banget maen ke rumahnya Ncis di Ambarawa.. *niatnya sih minta minum Es sirup tauk, sama cemilan* Hahahaha....
Kita lalu sama-sama memisah jalan, gue bahkan ilang kontak dengan Emak dan dipersatukan Tuhan lewat pernikahan yang kudus Facebook. Rasanya, pertemanan ini makin kuat setelah kita sama-sama dewasa. Kalian tahu siapa gue, bahkan negatifnya pun kalian tahu. Gue bersyukur banget karena disaat orang lain mungkin mencibir atau menghindar satu persatu, kalian justru hadir buat gue, menemani gue, kasih sedikit masukan, motivasi dan apapun yang buat gue itu sangat tak ternilai. Gue pengen nangis ketika nulis ini. Kalian, menerima gue apa adanya. Dulu kita cuma bisa smsan, telpon, email, chatting, sekarang gue bisa hangout hampir tiap weekend bareng Buncis. Emak.... gue belum ketemu elu lagi. Gue kangen. Pengen kasih elu surat cinta yang dulu pengen banget gue tulis waktu SMA. :)))
Disini, gue tetep bingung mau nulis apa lagi. Yah, terlalu banyak yang pengin gue tulis tapi biar hati kita saja yang sama-sama merasa kalau gue selalu bangga dan bahagia punya orang-orang terdekat seperti kalian.

Emak, pesen gue; jangan terlalu sibuk kerja yah... Kasian udah nenek-nenek (dan gue kakeknya)..
Buncis, belajar move on *eaa* *padahal gue juga sama* someday pasti ada pangeran berkuda putih yang jemput Ncis dan gandeng Ncis ke depan altar kok.

Udah ya, gue bingung woii.. Ini kan hari pertama. Jadi maklum yah. Besok gue nulis lagi deh yang lebih bener. Hahaha...

Edu sayang kalian berdua *tsahhh*


===============
Edutria, 2011. 30 days of writing. Seriously, too many memories I can't write down here. I don't know why. Hahaha... Maybe I'm grateful have best friends like them. Thank God for my beautiful life :)

Saturday, July 30, 2011

30 Days of Writing

Hai, halo apa kabar...
Pasti ada yang bertanya apa itu 30 days of writing. Jadi, saya sempat mampir ke blog Ijotoska, salah seorang teman di twitter. Dia memposting tulisan-tulisannya yang menurut saya menarik, setiap hari selama 30 hari tentang orang-orang yang memberi warna buat hidupnya. Lantas, ketika membaca satu persatu list yang kebetulan ditulis di sidebar, kok rasa-rasanya saya juga kepingin untuk bikin tulisan sejenis. Mengasyikkan sekali menulis tentang orang tua, kakak/adik, sahabat, gebetan, malah sampai ke mantan pacar.
Eh kemudian terlintas di benak saya, bisa ga nanti nulis sampai selesai 30 hari, secara kadang saya tiba-tiba malas. Iya, kayanya males itu yang sering nongol pas saya lagi seneng-senengnya nulis di blog. Kemarin, ada rencana untuk nulis 3 postingan baru tapi belum ada satu pun yang akhirnya diketik. Hahaha... Tapi kalau males terus-terusan juga ga bagus sih. Ini blog bisa makin angker aja ditinggal pemilik.. *halah*
Oke, jadi saya akan nyoba untuk ambil tantangan 30 hari menulis ini. Hmm, kalo teman-teman mau nyoba bisa juga lho. Rasanya kaya semacam terapi buat diri sendiri. Karena saya pikir, kita bisa mengungkapkan sesuatu yang mungkin selama ini ga kita sadari terlalu lama dipendam atau disimpan sendiri. Ga ada salahnya kok untuk ditulis.
Ini list yang saya ambil dari blognya Toska:

30 days of writing
Day 1 — Your Best Friend
Day 2 — Your Crush
Day 3— Your parents
Day 4 — Your sibling (or closest relative)
Day 5 — Your dreams
Day 6 — A stranger
Day 7 — Your Ex-boyfriend/girlfriend/love/crush
Day 8 — Your favorite internet friend
Day 9 — Someone you wish you could meet
Day 10 — Someone you don’t talk to as much as you’d like to
Day 11 — A Deceased person you wish you could talk to
Day 12 — The person you hate most/caused you a lot of pain
Day 13 — Someone you wish could forgive you
Day 14 — Someone you’ve drifted away from
Day 15 — The person you miss the most
Day 16 — Someone that’s not in your state/country
Day 17 — Someone from your childhood
Day 18 — The person that you wish you could be
Day 19 — Someone that pesters your mind—good or bad
Day 20 — The one that broke your heart the hardest
Day 21 — Someone you judged by their first impression
Day 22 — Someone you want to give a second chance to
Day 23 — The last person you kissed
Day 24 — The person that gave you your favorite memory
Day 25 — The person you know that is going through the worst of times
Day 26 — The last person you made a pinky promise to
Day 27 — The friendliest person you knew for only one day
Day 28 — Someone that changed your life
Day 29 — The person that you want tell everything to, but too afraid to
Day 30 — Your reflection in the mirror
Ah, saya jadi bersemangat untuk segera mulai. Semoga ga mandek ditengah-tengah. Yuk, teman mari menulis...


===========
Edutria, 2011. Meja kantor, weekend (lebih tepatnya lembur).

Friday, July 15, 2011

Kepada Kamu,

Untuk N dimana pun kamu berada,

Apa kabar, N? Rasanya baru hitungan hari kita sama-sama tak lagi menancapkan kaki di satu tempat yang sama. Kita telah memisah, bukan lagi satu melainkan dua. Semacam rasa asing menyergapku, memerangkap kemampuanku untuk berpikir atau tak bergerak sama sekali. Hari ini, aku berjalan seperti robot yang sama sekali tak bisa merasa. Aku memang masih bisa tersenyum. Namun entahlah, apa arti dari lengkung yang dulu terasa indah di bibirku.
Semua memang sudah tak sama, sejak hari itu. Ketahuilah, aku berusaha untuk tetap berdiri meski aku kepayahan. Aku hanya ingin terlihat lebih kuat di depanmu dan menyimpan rapat-rapat luka yang menganga karena kehilanganmu.
Aku masih terperangkap dalam perasaan yang sama ketika kita masih ada, berdua, berjalan dalam satu tujuan. Ah, aku pikir itu hanya harapanku saja. Nyatanya kamu memutus untuk pergi ketika tahu bahwa aku menyimpan sedikit harapan untuk menjadikanmu yang teristimewa.
Aku sendiri tidak pernah merasa bahwa ini salah. Aku pun tidak akan pernah meminta maaf untuk sebuah rasa yang aku sadari bukan aku yang memilih semua ini.
Kehilangan itu hampir seperti hantu yang sering datang waktu malam hari. Aku tersergap sepi, aku sendiri.
Aku bukannya takut atau tak bisa berbuat apa-apa. Aku telah merelakan dirimu untuk pergi. Mencari sepotong hati dari orang lain yang kau ingini selain aku.
Pun aku tidak ingin menangis, menyesali semua hal yang tadinya aku pikir ini hanya egoku. Hidup itu tersusun dari pilihan-pilihan dan konsekuensi. Ke kanan, atau ke kiri.
Ah sudahlah, pergi sajalah. Lebih baik begini. Atau memang caramu merindukanku adalah memutus jauh dariku? Aku tak tahu.

N, terima kasih untuk waktu-waktu yang kita habiskan berdua dulu. Tak pernah ada sesuatu yang harus kita sesali. Hidup bukan perkara menyesali sebuah hal, hidup adalah belajar mengerti tentang sebuah rasa syukur.
Dimana pun kamu berada saat ini, N, semoga Tuhan selalu menjaga dan menerangi jalan mu. Aku titip doa pada-Nya dari sini. Tak terbatas lewat udara, kukirim sedikit rindu untuk sampai ke tempatmu.

Aku tidak ingin dirasa, atau dilihat. Aku ingin menyaru jadi udara, lalu angin yang akan berhembus untuk menyejukkan siangmu yang terik. Atau berubah jadi air lalu kau minum, sekedar membasahi tenggorokanmu yang kering.
Kini, aku telah membebaskan kamu pergi. Aku tidak ingin mengikat kamu lebih lama lagi. Suatu hari, entah kapan, aku percaya kita akan bertemu lagi.
Semoga kita menjadi seorang manusia yang baru, dan lebih baik dari hari ini. Untuk hatiku, jangan kau cemaskan itu. Aku lebih dari siap sejak pertama kali. Kusimpan semua di sini, lalu nanti akan aku kunci.

Sampai jumpa, Nan.
Salam hangat untuk seseorang yang ada di sampingmu.
Semoga ia bisa mencintaimu, lebih baik dari aku dengan caranya.


===================
Edutria, 2011. Sampah kata-kata. Sendiri juga bingung ini surat arahnya kemana. Tidak jelas. Hahaha... :)

Memeluk Kamu

 
aku ingin memelukmu sekali ini,
di tempat kita bertemu pertama kali.

aku ingin memelukmu sekali ini,
menuntaskan rindu yang lama mengendap di relung hati.

aku ingin memelukmu, tak cukup hanya sekali.
agar kamu mengerti, bahwa cinta telah lama hadir di sini.

aku ingin memelukmu bukan cuma hari ini,
esok, lusa, bahkan hingga nanti ketika aku telah mati...

aku hanya ingin memelukmu,
membisikkan sepotong doa untuk kamu,
dan itu sudah cukup.

=============
Edutria, 2011. Ruang kerja sebuah kantor. Saya rindu.

Monday, July 4, 2011

Jajan, Jalan, Jakarta

Kemarin, ceritanya saya dan sahabat lama saya yang notabene adalah #LDRUnite dan saya sendiri adalah seorang #JombloFragile *eaaa* sedang dalam masa-masa galau-galau unyu karena terpisah dari pasangan (kalo saya sih gebetan ya), kita sepakat untuk mencari tambatan hati yang lain hiburan di luar cangkang kerang kita ini. Duh, tapi ya namanya Jakarta dan secara kita bosen juga kalo cuma ngider-ngider ga jelas dari mall satu ke yang lain, alhasil sempet bingung mau kemana. Ah, Jakarta kan lagi punya acara seru. Bukan Jakarta Great Sale yah, tolong dicatet. Kita lagi dalam tahap diet dompet dan termasuk orang yang gampangan suka ijo liat barang bagus di mall. Mending minggir deh. Hahaha.. mau ke Pekan Raya Jakarta, tapi kok ya males. Selain jauh dan pasti bakal rempong di sana, saya kemarin kan udah kencan sama gebetan maen-maen ke Peerjeh. *ciyeeeee*
Aha! *oh stop, ini bukan merek provider internet ya* ini postingan berbayar maen-maenlah kita ke Senayan, kan ada Pesta Buku Jakarta 2011. Wahahahaaa, kalo yang ini jelas bakalan jebolin dompet saya. Maklum, saya bisa kalap tiap kali masuk bookstore dan terpampang tag gede "SALE NOW ON". Hiyaaaaa, di sini pasti bakal lebih lapar mata karena diskon sama harga bukunya gilaaa... murah banget. Tapi catet ya, belinya langsung di masing-masing publishernya, biasa ada special price. Kalo yang udah masuk ke stand bookstore biasanya pelit diskon.. *ssstttt...*
Muter-muter ga jelas, keluar masuk stand di Istora, tetep saya ga ketemu buku yang pengen saya beli. Ada sih, tapi saya keburu pre-order online yang dapet tanda tangan penulisnya. Huwaaa... Jadi kali ini ya cuman maen-maen aja. Eh, tapi dapet goodie bag sih dari salah satu Lembaga pemerintahan *hihihihihihi... saya masih menganut prinsip anak kost.* jadi, keluar dari situ ya tetep nenteng gratisan.
Agak cranky sebenernya, karena stand yang menjual makanan atau foodcourt kurang memadai di area pameran. Duh, sempet keliling-keliling berharap dapet makanan yang unik tapi ndak ketemu. Ada sih, tapi mood keburu ilang karena tempatnya yang agak kotor dan sumpek gitu. Variasinya juga kaya warteg. *sombong* Ehm..
Jengjengjeng... memang kita ditakdirkan harus ngemoll lagi buat nyari makan. Hahahaha... *eaaa, katanya ga mau ke mall*
Ngacirlah kita ke Plasa Semanggi setelah sebelumnya ribut mau ke mall yang mana. Oke, aturannya cuman satu, ga boleh pesen nasi goreng! *kayanya ini menu default hampir semua resto/kafe shop/foodcourt* dan ga boleh ke resto-yang-pake-nunggu-lama-tapi-harus-bayar-makanannya-dulu-ituh *tebak sendiri ya*.
Eh, di foodcourt saya nemuin apa sodara-sodara? Aawwww... YOSHINOYA!! *ini ngetiknya ga sante* Sebuah restoran cepat saji dari Jepang yang baru buka cabang di Jakarta, udah masuk Plangi rupanya. Beklah, mari kita coba. Oh ya, tips makan di foodcourt itu mending nyari tempat yang enak dulu deh. Baru satu pesen, satu jagain. Kita milihnya kemarin sih yang deket jendela dan view Jalan Gatot Subroto *the longest parking park on the road at Jakarta [baca: macet]*
Saya memilih menu Beef Bowl Yakiniku ditambah gorengan ayam/udang (optional) jadi bisa milih sesuai selera. Menunya  lumayan variatif dan harganya pas di kantong. Bahkan porsinya bisa diupsize lho dengan menambah berapa ribu saja. Voila! Saya coba untuk sekalian upsize, dan ternyata besar ya bu. Dagingnya banyak dan enak.
Saya suka potongan dagingnya khas Yakiniku yang tipis dan memanjang tapi tetap empuk dan lembut ketika digigit. Rasa masakannya sendiri sih ya standar kaya masakan Jepang di resto lain hanya yang ini sepertinya udah disesuaikan dengan lidah Indonesia.
Tapi kaldu supnya menurut saya punya rasa yang unik dan enak. Ih, kepengen nambah lagi. *dilempar mangkok*. Cuman, itu minuman default beneran Ocha atau apa sih, kok kaya teh hijau kebanyakan aer. Overall, cukup puas dengan harga Rp 40.000 (termasuk PPN) dengan rasa yang pas dan porsi yang nendang.
Ada satu lagi nih sebelum tulisan ini jadi kepanjangan dan berubah wujud seperti novel *eh*, saya dan sahabat saya, Siska *biasa sih saya panggil Buncis* sempet heboh karena ngiler sama sesuatu di hadapan kita.
ES TEH JUMBO. Huahahaha, kayanya biasa aja ya. Tapi sumpah ini tampilannya racun banget dengan gelas ukuran gaban dan segede gentong sakseus buat kita heboh buat nyari dimana belinya. Harganya? beneran murah. Cuma Rp 4.000!! Demi apah!! Di warteg aja belom tentu kali ya segede gitu empat rebet. Sikatttt!
Errr, tapi ini bikin Buncis ngomel ketika pesen. Karena ternyata harga semurah itu harus plus pesan makanan. Huahahahahaha... Mampus kalian berdua anak-kost-yang-mengidolakan-harga-murah! Jadilah, kami terpaksa memesan satu piring French Fries, which is baru kami tau juga nanti kalo porsinya juga edan gede banget. Sepiring besar penuh cuman RP 12.000. Hidup anak-kost-yang-punya-prinsip-harga-murah-dapet-banyak!
Makan besar ini ceritanya. Satu meja kok penuh sama makanan. Atau mungkin inikah efek kegalauan kita berdua karena jauh dari seseorang *srrrootttt*. Eh, si Buncis pake acara mau pesen makan lagi. *untungnya sih ga jadi*
Ngobrol ngalor ngidul, mulai dari soal tantangan jalan di jembatan Shirotol Mustakim TransJakarta Gatsu-Benhil yang "terima kasih loh itu buat yang ngedesain panjangnya ga karuan", caranya: beli tiket di seberang Gatsu, dan naik koridor 1 di Benhil. Jengjeng... iyah, kami berdua memang kurang kerjaan tapi (untungnya) masih bisa berpikir jernih untuk hal itu. Lalu, bok sumpah ya bok, dua orang galau itu ga semestinya dijadiin satu. Ujung-ujungnya pasti curhat dan curhat. Sedikit bumbu bisa jadi drama itu
Memang ga kerasa sih waktu curhat-curhatan. Tau-tau udah dua jam duduk di situ, tapi kentang goreng sama es tehnya masih ada. Kamprettt, beneran porsi anak kost ga makan seminggu ini mah. Ya sudahlah, kita pulang saja, dengan hati riang dan perut kenyang. Udah gitu doang.

Lah, terus apa yang mau elu sampein sama pembaca, Ed? Ga ada. Kan cuman mau pamer nulis doang. Intinya yah, kalo lagi galau cari temen yang bisa ngebantu kita buat semangat lagi. Mood berantakan ya mending makan atau coba have fun aja deh kaya kita. Urusan diet mah entar-entar aja. Ngapain pusing, toh kalo udah di jalur yang bener lagi bakalan lebih indah bukan? BUKAN. Ya, sekian. Ga usah protes. Protes mbayar.

*pembaca pun kecewa*

===========
Edutria, 2011. Eh yaoliii bisa juga gue nulis tanpa harus jadi galau ginih. *kasih piala ke diri sendiri*

Thursday, June 30, 2011

Tentang Cinta

Rasanya aneh ketika pikiran dan hati kehilangan kemampuan bergerak karena tersandera oleh sebuah nama...

yaitu Kamu..

Namun, anehnya aku suka...

dan,
Aku membebaskanmu untuk leluasa menjelajah setiap jengkal dari hati dan labirin pikiranku. Agar nantinya kamu tahu, hanya ada nama dan kenangan indah bersamamu yang tertulis rapi di situ.

apakah kamu percaya,
Cinta tak pernah tumbuh di tempat yang salah. Hati yang lebih tahu dimana ia harus disemai. Mungkin, kini ia telah menemukan sebuah tempat yang pas. Aku tidak bisa apa-apa selain menjaga dan membiarkan ia tumbuh sesuai nalurinya. Pun tak sedikit aku menolak. Bukankah cinta itu adalah anugerah?
Cinta adalah sesuatu rasa yang sederhana ketika kita tak mencoba untuk mempersulitnya.

di hatimu,
Aku titip cinta itu dengan sedikit rindu....



===================
Edutria, 2011. Aku mulai mencintaimu.

Monday, June 27, 2011

Romantis Itu


Romantis itu apa sih? Kalau jaman saya masih lucu-lucunya *eh* dulu bilang "rokok, makan geratis". Apa iya? Bisa aja. Eh, saya juga ga bisa mendefinisikan sih apa itu romantis. Cinta aja saya masih bingung sampai sekarang itu definisinya apa. *tsahhh* Banyak orang bilang, semakin didefinisikan cinta akan semakin jauh dari makna sebenarnya. Duh, agak lupa ini kemarin di twitter siapa yang nulis. Hihihi... Oh, sudah sudah, saya ga mau bahas definisi cinta di sini. Masih tetep ga ngerti juga sampai detik ini. Proses belajar; ada yang mau mengajari saya dengan cinta? *bahasa lu, Ed*
Momen romantis. Pasti punya dong. Setiap orang berbeda-beda tentunya. Bisa aja apa yang saya anggap romantis, buat orang lain itu "aduh Ed, bisa nggak sih lu lebih punya taste". *halah*
Romantis buat saya itu, kejadian kecil tapi punya makna yang dalam maka bisa saya masukkan ke kategori romantis. Uhm, nembak pasangan misalnya? Enggak juga sih, kebanyakan malah jauh dari romantis. *iyah, ini nyelipin curhat dikit* Apakah saya termasuk orang yang romantis, ga tau juga sih, silakan tanya pacar saya kalau nanti saya udah menemukan. *halah-able*
Anyway, semalam tuiter itu ngeracunin lagi otak saya buat ngetwit yang galau-galau jijay gimanalah. Duh, kerasanya saya itu udah lama ga melo-melo indah *tsahh* di linimasa saya. Iya. Kemarin akun yang saya follow bermain hestek momen #romantis. Secara twitter-OD yang gampangan #eh maksudnya gampang keseret arus, ya jadilah semalam panen sampah kata-kata. Ga banyak sih, karena kalo nekat diterusin ujung-ujungnya curhat maning, son. Hahahaha... Ini #romantis menurut saya yah. *ehem*

Romantis itu duduk berdua tanpa keluar sepatah kata. Namun kita merasa telah berbicara lama.
Romantis itu melihat ke kedalaman matamu dan kutemukan lengkung senyum ada di situ.
Romantis itu membiarkan kamu terlelap bersandar di pundakku dan memainkan helai rambutmu.
Berbagi es krim masing-masing untuk sekadar icip-icip berdua, menurutku itu romantis.
Paling romantis itu memeluk dan mengecup kening untuk membangunkanmu sambil berbisik selamat pagi.
Romantis itu ketika kau merasa takut, dan ia datang memelukmu sambil berkata, "Aku ada di sini. Semua akan baik-baik saja."
Romantis itu dipeluk dari belakang dengan mendesahkan nafas pelan di belakang kupingmu untuk kau dengar hembusan nafasnya.
Romantis itu tindakan kecil yang tulus dan bermakna yang dapat terajut indah menjadi sebuah kenangan manis diantara kau dan aku.
Romantis itu, sekali lagi aku dan kamu. Kita berdua...

 
Jakarta, suatu siang di hari Senin.

=====================
Edutria, 2011. Mencoba menulis kembali tentang arti cinta dengan kamu. :)

Saturday, June 11, 2011

Jangan Maksa (+ Iri), Plis...

Hai, halo...
Lama juga saya ga ngurusin blog saya ini. Duh, dibilang sibuk iya begitulah, tapi rasa malas tetap ada. Hihihihi... Pengen nulis yang ringan-ringan dulu. Sebenarnya kepingin juga ganti format, dan ngembangin tulisan-tulisan saya yang galau-galau gimana gitu menjadi lebih berwarna, variatif, dan tentunya sih tetap enak untuk dibaca.
Hahaha, ini masih bingung mau kemana arahnya waktu saya nulis ini. Pemanasan dulu deh. Berhubung lagi ndak enak mood, agak bete juga sih. Bukan karena malas buat nulis lagi. Tapi belakangan ada yang protes soal postingan-postingan di blog saya yang harus ini, harus itu. Harus ada si inilah, si A, B, C dan tak terhingga. Duh, jadi bingung saya. Sebenarnya ini yang punya warung sapa sih? Kok pake acara mencak-mencak pengen dicatut namanya di postingan. Hahaha... situ oke?
Mau saya bilang, ya udah kalau mau cerita soal elu yah bikin blog atuh. Gampang juga kok. Lagian, terserah penulis dong idenya apa. Inspirasi kok maksa. Tetep sih, dengan nyolot tingkat mbahnya dewa bilang saya ga adil. Semua ada kecuali dia. Jengjeng... *disini drama dimulai*
Sumpah, ini bikin saya keki campur ngakak. Kok bisa ndak adil itu piye? Salahku opo, tuwips? #eh #twitterOD. Lah memangnya siapa aja sih yang saya sebut. Temen-temen, keluarga, sahabat aja jarang saya tulis. Pacar, ada sih sesekali (eh sekarang saya lagi ndak ada pacar). Tapi ya, masa sih sampah otak dan inspirasi harus dibuat-buat cuma untuk nyenengin segelintir satu orang. Oh, tidak bisa. Lebih pilih mana, ditulis pakai kata-kata indah lalu kemudian terlupakan, atau tanpa ditulis tetapi kamu akan selalu terkenang dalam hidup?

Udahlah, ndak usah drama. Nih, udah saya bikinin cerita soal situ kan? Puas ndak? Kalo enggak, ya besok ditambah honor aja. Ndak mahal kok cuma pake dollar. #eaa

==========
Moral cerita ini: ujung-ujungnya sih tetep curhat ya, sodara-sodara. Tapi intinya gini, jangan pernah ngiri sama orang lain. *apa-apaan ini, Ed?* :p #eaaa

Friday, April 29, 2011

Pocari Sweat: Sebuah Inovasi dan Kesegaran Minuman Kesehatan

Pocari Sweat
Tahukah Anda, setelah beraktivitas banyak elektrolit dan ion tubuh yang keluar melalui keringat? Minum air pun tidaklah cukup untuk membantu mengembalikan ion tubuh yang hilang. Pocari Sweat, sebuah minuman isotonik yang dapat menggantikan cairan sekaligus elektrolit yang diperlukan oleh tubuh. Tercetus dari sebuah gagasan tentang cairan infus yang dapat diminum oleh salah seorang staf di Otsuka Pharmaceutical Co., Ltd; dan inspirasi dari seorang Akihiko Otsuka bahwa ia suatu saat akan menciptakan sebuah produk yang belum pernah ada dan menjadi pilar perusahaan. Hingga beberapa tahun kemudian ketika menjadi Presiden Direktur, beliau ingin mengembangkan minuman kesehatan yang komposisinya sama dengan keringat sehingga dapat menambah elektrolit dalam tubuh.
Tubuh manusia terdiri dari 60% air. Ketika berkeringat, tubuh mengeluarkan cairan dan elektrolit-elektrolit seperti ion Natrium, ion Kalium, dan ion Magnesium sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. Kadar garam (ion Natrium) yang keluar saat seseorang berada atau melakukan sebuah aktivitas yang berat seperti olahraga atau sauna lebih banyak daripada seseorang yang berjalan-jalan atau beraktivitas ringan.
Perbandingan nilai konsentransi kadar garam dalam keringat
Rasa keringat yang asin dan kadang pahit disebabkan oleh kandungan elektrolit di dalamnya.
Komposisi keringat
Rasa asin dari ion Natrium. Rasa pahit dari ion Kalium, Magnesium. Kemudian, ketika seseorang mengalami diare, tubuhnya mengeluarkan banyak cairan (faeses) yang apabila tidak segera digantikan dengan cairan dan elektrolit maka tubuh akan semakin lemah akibat dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan seseorang pusing, lemas, seperti orang linglung hingga hilangnya kesadaran jika dehidrasi parah. Di beberapa kasus, demam tinggi dan sakit seperti malaria atau demam berdarah seringkali mengakibatkan dehidrasi akut.

Dalam perkembangannya, dilakukan penelitian berulang-ulang bahkan mengalami pasang surut dan maju mundur terhadap minuman ini. Mulai dari menentukan rasa yang semula pahit, kemudian ide untuk menambah pemanis hingga menemukan komposisi dan rasa yang pas. Dengan kandungan kalori rendah (26 kkal/100ml) – lebih rendah dari pada minuman lainnya termasuk jus, Pocari Sweat tidak menyebabkan kegemukan.
Minuman dengan kadar gula rendah, ketika diminum saat berkeringat akan terasa lebih segar daripada kadar gula yang tinggi.
Pada awalnya diragukan oleh para Direksi karena skeptis tidak akan laku di pasar dan rasa yang tidak enak menurut mereka. Namun, Akihiko mempunyai keyakinan lain. Minuman ini tetap diproduksi.
Dari seribu langkah, terdapat langkah pertama. Pada April 1980, Pocari Sweat mulai dikenalkan pada konsumen. Filosofi nama Pocari yang mempunyai kesan menyegarkan, dan Sweat yang berarti keringat dalam bahasa Inggris. Reaksi awal konsumen sama dengan para Direksi perusahaan dan cenderung kurang baik. Hal ini lebih karena pada tahun tersebut, masyarakat belum terbiasa untuk minum cairan elektrolit dan belum ada satu pun produk sejenis.
Menanggapi sentimen pasar yang demikian, Mr. Akihiko mengeluarkan terobosan dan ide mengenai pengenalan produk. Membagikan Pocari Sweat secara gratis dan tak terbatas. Keunggulan Pocari Sweat tidak bisa dirasakan kalau tidak diminum berulang-ulang. Kemudian mencoba membuat pasar baru yang belum pernah ada dan tidak berorientasi pada angka penjualan. Namun, yang utama adalah pengenalan konsep produk daripada menjual produk. Pada akhirnya, konsumen akan mengerti keunggulan produk dan berdampak pada penjualan yang meningkat. Paradigma Mr. Akihiko rupanya telah jauh ke depan.
“Ini bukanlah keuntungan sekarang tetapi masa depan. Kalau sekarang menebarkan benih, akan berbuah banyak di kemudian hari.”
Pembagian Pocari Sweat kepada anak-anak sekolah
Keputusan yang awalnya seperti ambil risiko dan  membuat perusahaan rugi, pada tahun kedua penjualan Pocari Sweat meningkat drastis hampir tiga kali lipat dari tahun pertama. Kini, Pocari Sweat telah diproduksi dan dipasarkan di 16 negara termasuk Indonesia (diproduksi oleh PT. Amerta Indah Otsuka).
Angka penjualan Pocari Sweat tahun pertama dan kedua
Dengan program promosi dan marketing yang terencana dengan baik dan mencakup sosialisasi lewat event-event dan kegiatan masyarakat (contoh: puasa Ramadhan, olahraga) serta di dunia maya melalui media sosial Facebook Pocari ID dan Twitter @PocariID, penjualan di Indonesia mencapai 500 juta kaleng (data per tahun fiskal 2009). Sebuah pencapaian yang luar biasa dari sebuah inovasi minuman kesehatan.
Jumlah penjualan Pocari Sweat di Indonesia
Beberapa program dari Pocari Sweat Indonesia yang telah dilaksanakan:
Ionorace - Ionopolis at Plasa Semanggi Jakarta, 2010
sebuah live game dengan berbagai permainan seru sebagai bagian dari program game online Ionopolis
Para pemenang game Ionopolis yang mendapat hadiah liburan ke Jepang.
Press Conference Pocari Sweat Futsal Championship (PSFC) 2011
Coaching Clinic dan Technical Meeting PSFC 2011
***
Inovasi dan ide besar biasanya timbul karena semangat ingin maju dan sifat kreatif dari seseorang untuk menciptakan atau menemukan suatu hal baru yang lebih baik dan belum pernah ada. Perlu keteguhan hati dan kemampuan diri sendiri  serta pandai untuk melihat peluang sekecil apapun mendorong terealisasikan ide-ide tersebut. Sukses tidak terjadi dalam sekejap, seringkali butuh sebuah usaha lebih, pengorbanan, kerendahan hati dan terbuka untuk hal dan pendapat yang baru dan berbeda. Sukses adalah sebuah proses dan rentang panjang usaha yang tekun dalam pencapaian sesuatu dan cita-cita. Sukses tidak selalu berhubungan dengan hasil berlipat ganda. Namun, bisa sebuah impact positif terhadap orang lain.
Semua berawal dari sebuah mimpi yang terkadang kita  tidak terpikir untuk melakukannya. Mulailah berpikir kreatif dan inovatif dengan tetap memegang prinsip. Sukses bukan bergantung dari apa yang dipikirkan oleh orang lain. Sukses itu ada dalam diri kita sendiri.


Video History of Pocari Sweat
"Seorang yang sukses terbiasa untuk melangkah satu langkah di depan dari usaha rata-rata seseorang yang lain."


GO ION!!

=====================
Edutria, 2011. Blog Competition.
Photos courtesy by:

Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...