Pages

Tuesday, December 4, 2012

Jejak Pikir Sore Hari

Semalam saya bertemu dengan mamanya. Pertama kali sejak saya bertemu dengan beliau lima tahun silam. Waktu itu saya menghabiskan liburan di rumah Arya medio Oktober 2007. Saya sendiri sebenarnya surprise, pun Arya, karena memang sama-sama tidak mengetahui mamanya akan datang ke Jakarta.

Senang rasanya, bahwa jeda hampir lima tahun lebih itu dan beliau masih ingat dengan saya. Hahaha... mungkin Arya sendiri lupa kalau ibunya pernah bertemu dengan saya. Iya, Arya memang kadang-kadang pelupa sih. Tentu saya menghormatinya seperti kepada Ibu saya sendiri. Saya lebih suka memanggilnya dengan "Ibuk", sama halnya beliau yang membahasakan dirinya ketika mengobrol dengan saya diawali dengan, "Ibuk..."

Ah, tiba-tiba saya rindu dengan ibu yang ada di Magelang. Saya sendiri merasakan ada kedekatan hati ketika mengobrol santai dengan beliau. Iya, seperti sedang mendengar ibu menasihati saya.

Ada kata-kata dari mama Arya yang begitu menempel di kepala saya. Membuat saya terdiam lalu beberapa kali merasakan haru. Barangkali memang benar, kedekatan hati seorang ibu dengan anaknya jauh lebih kuat. Beliau berkata begini, "Edo sudah lama kan pisah dari Arya, tapi kalian ini masih bisa tetap dekat dan saling mencari. Sama-sama anak rantau, dijaga ya. Apalagi kalau dua-duanya sudah cocok dari hati."

Saya mengerti sekali maksudnya. Tujuh tahun kami berdua bersahabat. Tujuh tahun jatuh dan bangun, tidak sedikit konflik yang terjadi, tetapi pada akhirnya kami berdua dibawa untuk terus melangkah bersama. Tujuh tahun proses membawa kami dari seorang yang awalnya tidak saling mengenal lalu bertumbuh menjadi sepasang sahabat, hingga akhirnya rasa sayang itu semakin nyata.

Tujuh tahun ke belakang membuat saya tersadar kembali hari ini. Bahwa apa yang selama ini saya cari, telah saya temukan di diri Arya. Seperti menemukan kembali keutuhan diri ketika bersama-sama dengannya. Arya bukan sosok yang terlalu banyak bicara mengenai hati. Namun, saya tahu hati kami berdua telah sama-sama terikat sejak lama. Sorot matanya selalu membuat saya terharu, ada kedalaman perasaan yang bisa saya tangkap di sana. Dia tahu, saya mencintai dan menyayanginya.

Kami, saya ataupun Arya, tak pernah dan bahkan jarang sekali bilang "I love you" semacam itu. Saya lebih suka menunjukkan sikap. Pun dengannya. Saya lebih suka memeluknya dari belakang ketika dalam perjalanan. Menatap matanya lekat-lekat, yang seringnya malah saya sendiri malu ketika beradu tatap dengannya. Hahaha... iya, saya jatuh cinta berkali-kali. Hal yang sama dia lakukan untuk saya. Misalnya kemarin, tiba-tiba saja dia memberi saya sepasang kaos kaki. Dia hanya bilang, "ini kamu pakai aja... yang ini buat aku." Duh, walaupun hanya kaos kaki, tetapi buat saya perhatiannya tetap paling utama. Kok dia seperti tahu saya memang perlu kaos kaki kemarin. Hahaha... lagi-lagi, saya tidak percaya dengan namanya kebetulan. Hal-hal semacam ini yang membuat kami bertumbuh lebih dekat dan semakin dekat. Kami mengetahui apa yang salah satu perlu tanpa harus mengutarakan maksudnya lebih dulu.

Akhirnya kami menghabiskan waktu dengan mengobrol semalam, lalu pergi ke sebuah mall tak jauh dari kost. Jalan-jalan sembari kami membeli makan malam. Menyenangkan, bahwa saya seperti menjadi bagian dari keluarganya. Saya lebih sering menemani mamanya ngobrol karena Arya sudah jalan duluan. Hahaha... kadang-kadang jalannya terlalu cepat. Lalu saya seketika ingin membingkai kebersamaan yang dilalui semalam untuk terus disimpan sebagai kenangan di hati saya.

Karena seberapa jauh pun saya pergi dan berlari, pada akhirnya saya dan Arya tetap saling mencari hingga suatu ketika kami dipertemukan. Dan saya bersyukur karena diperkenankan bertemu dan menjalin cerita dengannya...

Terimakasih, dan saya mencintaimu...

Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...