Pages

Monday, June 14, 2010

Goresan Pena dan Kertas Surat

Kemarin, saya membaca novel Perahu Kertas seorang Dee. Seharian itu pula saya lupa untuk mengerjakan aktifitas yang lain. Saya tenggelam, asyik dan mencoba berenang di antara ratusan ribu huruf dan puluhan ribu kata. Ada sesuatu yang menginspirasi saya sesudahnya. Entah, mungkin ini sudah menjadi dorongan hati saya sejak lama. Namun, hal ini tidak pernah saya rasa atau pernah terbersit keinginan tapi tak pernah mau saya wujudkan jadi kenyataan. Cukup sederhana. Saya ingin menulis surat dengan tangan dan pena menggantikan pesan singkat lewat telepon seluler seperti biasanya kepada seseorang yang ada di hati saya. Kenapa? Saya tergerak melihat salah satu tokoh, yang begitu setia menulis surat untuk Dewa Neptunus lalu kemudian dihanyutkan lewat sungai dalam bentuk perahu-perahuan. Tokoh itu percaya, kalau pada akhirnya semua aliran air bermuara sampai ke laut. Anda pasti beranggapan kalau hal ini hanya membuang-buang waktu dan tidak efektif. Kemajuan teknologi tidak dimanfaatkan. Lalu mengapa saya tidak memilih untuk mengirim surat elektronik? Bukankah itu sama saja dengan menulis surat pos biasa? Saya akan menjawab itu tidak sama. Sekilas memang hal itu bisa dikatakan sama, tapi buat saya pribadi itu berbeda.

Ketika saya menulis sendiri sebuah surat dengan pena, ada sebuah perasaan yang saya tidak tahu itu apa. Namun, kalau saya mencoba menggali lebih dalam ada semacam kepuasan tersendiri. Bau kertas, lelehan tinta dengan bau yang khas, coretan bahkan pernah ada setitik air mata yang jatuh ketika surat itu saya tulis. Ajaib. Saya merasa bahwa nyawa saya, hati saya ada dalam setiap bentuk huruf dan goresan tanpa terkecuali coretan-coretan di setiap lembarnya. Tulisan itu kadang berubah mengikuti pasang surut emosi dan perasaan saya. Hal itu jelas sekali saya lihat. Ketika membacanya pun saya bisa merasa tersentuh.
Kemudian, surat itu saya lipat rapi, saya masukkan dalam sebuah amplop dan siap untuk dikirim lewat kantor pos. Mengasyikkan. Surat itu bergabung dengan surat-surat sejenis dengan isi yang tentunya satu dengan yang lain berbeda-beda. Mereka, surat-surat yang jumlahnya tidak sedikit itu memulai perjalanan mereka yang tentunya tidak mudah untuk bisa sampai ke tangan penerima, orang yang saya cinta. Harus melalui pemeriksaan, di beri cap, dipilah-pilah berdasar kota, ditumpuk, kadang tercecer. Di banting, tidak sengaja terinjak, masuk kedalam karung untuk selanjutnya menempuh ratusan atau ribuan kilometer jarak sampai surat itu selamat di tangan penerima. Bukan tidak mudah ketika dalam perjalanan. Ada kalanya, mereka harus tersesat di kota lain, semakin jauh dari penerima walau nanti surat itu tetap akan sampai dengan selamat meski terlambat. Kadang, tak semua surat-surat itu tidak semuanya sampai kepada orang-orang yang sudah menanti mereka karena sesuatu dan lain hal.
Hidup, cita-cita, mimpi, dan hubungan cinta, dapat digambarkan seperti surat-surat tadi. Begitu banyak jalan, godaan, rintangan sampai kita menemukan titik temu pada akhirnya. Tidak mudah. Kadang harus tersesat di antara rimba pengalaman yang menjadikannya guru berharga. Membentuk kita menjadi manusia dewasa. Semua bukan kebetulan. Kalau memang kebetulan, semata-mata hanya sebuah kebetulan yang bukan kebetulan. Telah direncanakan oleh Sang pemilik hidup. Kita ini melewati beberapa alur serta proses hingga akhirnya kita menemukan sebuah titik temu dan sebuah pencapaian dari apa yang telah kita lalui sebelumnya. Tentu, kita tidak bisa begitu saja menyerah. Kita tetap harus berjuang, sama seperti kumpulan surat tadi yang menempuh jarak ratusan bahkan ribuan kilometer sampai akhirnya berada di tangan yang seharusnya. Kalaupun tersesat, jangan berhenti. Selalu terdapat jalan dan peluang. Tinggal apakah Anda mau maju atau tetap berhenti sampai disitu.

Akhirnya, kita pasti bahagia. Kalaupun tidak, berarti itu bukanlah sebuah akhir. Tuhan telah menyiapkan sesuatu yang lebih baik. Nanti. Pada waktu-Nya...














gambar diambil dari SINI

2 comments:

  1. untuk 20 januari mendatang saya berencana untuk menulis surat. Yg isinya tentang pernyataan terima kasih saya kepada seseorang yang dengan keramahannya membawa kemudahan dalam hidup saya.
    20 januari adalah anniversary kami.

    ReplyDelete
  2. Saya bisa membayangkan seperti apa isi surat tersebut. Hihihi... yang paling penting dari semuanya adalah kita harus menuliskannya dengan tulus. Niscaya, penerima surat tersebut akan menerima setiap kasih yang kita tulis dalam surat tersebut.
    Sesuatu yang datangnya dari hati, semoga akan sampai di hati pula. :)

    terima kasih, ya sudah mampir.

    ReplyDelete

Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...