Pages

Saturday, June 26, 2010

Aku Ingin Ini Tak Berjudul (Sebuah Perenungan untuk Hati...)

sebuah tanggal di hari senin,
Aku terdiam tak percaya dengan semua yang aku baca. Didepan mataku, berderet tulisan dan kalimat-kalimat yang sontak membuat hatiku luluh lantak. Inikah yang akhirnya aku terima setelah aku mencoba untuk sekedar memberi sapaan singkat menanyakan keadaan dirinya. Aku masih tidak percaya. Kutepuk pipiku sendiri. Sakit. Aku tidak sedang bermimpi. Seolah-olah didepannya, aku adalah seorang asing yang sama sekali tidak dia kenal. Alih alih dia mau berkenalan denganku, rasanya kehadiranku tidak diharapkannya.

Aku hanya merasakan bahwa aku kali ini terhempas kedalam sebuah lubang yang sangat dalam. Hatiku koyak, dan entah dengan apa aku bisa menyambung sedikit demi sedikit koyakan-koyakan kecil yang merapuh itu. Berapa kali lagi, Tuhan aku harus merasakan sakit dan kecewa seperti ini. Menyadari seseorang yang dulu pernah bersama denganku menjalani hari-hari dengan penuh semangat, malam ini seakan menampar diriku dan kemudian menghancurkan hatiku sampai kepingan yang terkecil? Ini bukan soal penolakanmu untuk tidak lagi menganggap aku ada atau mungkin pernah ada dihatimu. Hanya sebuah kata yang selama ini tidak pernah kedua orang tuaku ucapkan barang sekali kepada kami anak-anaknya. Kau mengumpat dan mengeluarkan kata yang boleh jadi dan pasti tidak akan pernah aku keluarkan untuk siapapun. Kau berteriak 'kata-untuk-mereka-yang-sebagian-masyarakat-anggap-sebagai-sampah' seperti itulah, didepanku. Itukah diriku dihadapanmu? Serendah itukah?
Aku bukan hendak marah, Tuhan. Aku hanya minta Engkau semakin menguatkan diriku dan memberi yang terbaik. Akupun tidak dendam. Aku biarkan dia semakin senang untuk menghancurkan kepingan hatiku. Aku tak ingin membalas. Sesuka- sukanya hendak berbuat apa dengan diriku. Aku cukup mendoakan yang terbaik untuknya.
Semua tahu, dan Engkau tahu ini adalah bentuk pengingkaran dan pelarian terhadap dirinya sendiri. Dia malu untuk menjadi dirinya sendiri dan harus berpura-pura menjadi seseorang yang lain agar terlihat baik dan sempurna di mata orang lain. Lagi-lagi citra diri yang ingin terus dia bangun, hingga tanpa sadar bahwa ada seseorang, orang yang dulu pernah menemaninya dan mewarnai hidupnya, rela dia koyak hatinya sedemikian rupa karena citra diri yang ingin dia genggam.
Apakah kamu malu dengan dirimu sendiri? Apakah kamu tidak merasa bersyukur dengan semua yang telah Tuhan beri? Menjadi seseorang yang lain selain dirimu sendiri, apakah itu yang sedang kamu cari? Sedemikian hebatkah sebuah citra diri hingga kau ingin tampil sempurna dari yang lain?
Kamu sendiri yang tahu, dengan apa dan cara yang bagaimana kamu menjelaskan semua itu. Tak perlu kau ungkapkan kepadaku. Aku sendiri sudah tahu kalimat seperti apa yang nanti akan keluar dari bibirmu...
Apapun itu, semoga yang terbaik ada padamu....

dari aku,





***
Untuk menyakiti tidak perlu sampai mencintai orang lain, dengan menjadi seperti orang yang tidak dikenal itu sudah cukup. Memang dalam beberapa kesempatan di hidup ini, kita tidak bisa melarang orang lain untuk tidak menyakiti atau melukai hati kita. Namun, kita bisa menjaga hati kita dari luka dengan mengambil respon yang tepat terhadap serangan. Kita sendiri tidak perlu untuk membalas dengan perbuatan yang sama. Karena membiarkan diri dalam keadaan kesal, marah atau dendam hanya merugi dan membuang energi. Hadapi dengan lapang dan belajarlah darinya, karena itu adalah gangguan sementara. Bahkan, kita pun masih bisa tersenyum dengan semuanya. Kita sendiri yang harus bisa memilih suasana hati kita karena kita adalah master dan penguasa hati kita sendiri. Bukan perkara mudah, tapi asal kita mau berusaha demikian itu bisa sedikit mengobati luka hati yang mungkin ada dalam hati.
Namun yang terpenting adalah kita harus belajar mengampuni. Dengan mengampuni seseorang, kita telah berjanji dengan diri sendiri untuk tidak menggunakan kesalahan yang sama untuk melawan kembali orang lain.
Kalaupun tidak bisa saat ini, biarkan waktu yang menghapus jejak luka dan memperbaiki koyakan hati yang rapuh.

***
Forgiveness is unlocking the door to set someone free and realising you were the prisoner! - Max Lucado














===================
hanya sebuah perenungan buat diri sendiri, Edutria 2010
gambar dipinjam dari sini

No comments:

Post a Comment

Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...