Untuk kamu,
seseorang yang sering aku temui di angkot dan metro 69.
Siapa pun namamu, dan bagaimana cara saya memanggilmu biarlah tak ada seorang pun yang tahu. Kita ini, seringkali bertemu dan beradu pandang dalam perjalanan pagi menuju tempat kerja masing-masing. Kita tidak saling mengenal. Namun aneh, kadang saya bisa tersenyum tanpa sebab ketika bertemu denganmu. Hahaha... Jangan geer ya. Saya tidak punya perasaan apa-apa kok. Sebatas senyum antar tetangga mungkin. Hey, saya tahu rumah kamu memang tidak jauh dari saya, walau bisa dibilang tidak terlalu dekat juga. Intinya kita sering bertemu di jalan.
Saya dan kamu, sepertinya malu untuk memulai kata pembuka "hai, halo, atau apapun lah" untuk mengawali pembicaraan. Kita hanya mampu untuk saling pandang dan kemudian diam. Pengen sih saya senyum, tapi takutnya nanti bisa diartikan lain. Saya malu.
Dear kamu, saya hanya ingin berteman. Itu saja. Rasanya aneh kalau kita yang tinggal tak terlalu jauh bisa saling tidak kenal satu sama lain. Ah, kita seperti manusia Jakarta lain yang terlalu sibuk untuk sekadar bersosialisasi. Serba salah memang. Disamping saya juga tidak enak untuk memulai perkenalan. Atau takut? *Sudah akui saja, Ed. Kamu malu.*
Eh, sebenarnya melihat kamu itu seperti melihat mantan pacar saya. *eaaa... alasan* Entahlah, jangan tanya apa sebabnya saya bisa ngomong begitu. Tapi ada beberapa ciri fisik yang betul-betul mengingatkan saya akan seseorang yang pernah ada buat saya di waktu yang lalu. Hahaha...
Ehem, baiklah. Tapi terima kasih lho sudah hadir atau sekadar numpang lewat di hari-hari saya. Dulu, kalau saya kangen dengan pacar saya *sekarang udah mantan* cukup terobati ketika ketemu kamu di jalan. Ya, bukan berarti saya terus flirting-in kamu gitu. Bukan. Tapi seperti melihat jiplakan wajah pacar saya di kamu. Begitu. Hahaha... Eh, tetapi kita memang belum ditakdirkan untuk saling kenal sih.
Ga apa-apa. Tetap seperti ini saja. Kenal sebatas muka. Itu sudah cukup.
Kelak, kalau memang sudah waktunya kita bakal tak sengaja kok ketemu di mall terus tubrukan gitu dan aku bantu kamu merapikan barang yang jatuh. *Heh! Stop Ed* Aduh, ini sepertinya terlalu sinetron dan kesannya gimana gitu. Emang masih jaman, tubrukan di mall terus kenalan gitu? Di tivi mungkin iya. Buat saya sih kok, iuuhhh banget ya. Hahahaha...
Pokoknya, kalo someday memang ada jatahnya buat kita ketemu di persimpangan, *Please jangan nanya persimpangan mana ya. Saya juga gak tahu. Lah ini juga kan pengandaian. Tahu kan maksud saya?* saya pengen deh cerita tentang hari ini dan hari-hari yang lalu dimana kita masih ada sebagai dua orang asing yang sebenarnya sama-sama malu untuk mengucapkan "hai, selamat pagi. Ketemu lagi kita".
Kita berdua memang sombong. Tetangga tapi tidak saling kenal. Lalu? Ah sudahlah, besok juga kenal sendiri... *eaa ditoyor Pak RT*
===========
Edutria, 2011. Untuk tetangga (yang unyu).
No comments:
Post a Comment