Kita tak dapat mengubah suatu keadaan, tapi kita bisa mengubah cara pandang dan respon kita terhadap keadaan. Pada akhirnya perubahan respon itulah yang mengubah keadaan kita. -MagicalProjects
Kesabaran saya sepertinya masih harus berada di level tertinggi untuk saat-saat ini. Ada waktu ketika saya ingin menyerah dan membiarkan semua tanpa harus berusaha apa-apa sekali lagi. Satu hal yang masih tetap sama, mendistrak habis isi kepala dengan hanya satu nama. Selang waktu empat bulan yang ternyata saya tidak begitu saja dengan mudah melepas pergi. Semua masih terasa sama. Entah karena pikiran setiap manusia yang dibuat terlalu rumit oleh diri mereka sendiri, atau lantaran kisah yang ada terlalu berbelit-belit hingga terasa enggan untuk diselesaikan. Sebenarnya, saya tidak tahu apakah ini memang tepat kalau saya jadikan situasi terberat, yang terkadang sampai menguras habis emosi dalam diri saya. Ataukah semacam fase yang memang harus saya lalui agar di depan saya menjadi seseorang yang lebih baik lagi? Semoga saja demikian.
Empat bulan saya belajar. Untuk tidak lagi menggantungkan harapan terlalu tinggi. Untuk belajar menghargai perasaan setiap orang, dan belajar mengerti arti sebuah keikhlasan. Menjadi sabar dan ikhlas itu sendiri jalannya tidak mudah. Isi di kepala selalu menyuarakan lain ketika hati sudah memilih kata "cukup." Tak sedikit ketika hati sudah memilih opsi pergi, kepala mulai berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan yang saya pikir sebagai semacam pembenaran lalu mulai mengasihani diri saya sendiri. Kita memang takkan sepenuhnya bisa mendengar suara hati, kalau masih ada amarah, perdebatan, dan penyangkalan terhadap diri sendiri. Itu nasihat yang saya terima dari Kak Kiki, belum lama ini.
Denganmu, saya memang belajar dan bertumbuh menjadi seorang yang baik. Kini, setelah seratus duapuluhan hari kita memisah langkah dan saling menjauh, saya ingin tetap belajar menjadi lebih baik. Tentunya, doa-doa untukmu akan terus kudaraskan tanpa henti dari tempat saya berdiri saat ini. Hanya untuk meringankan langkahmu, dan juga langkah saya.
1. Segalanya memang sudah terjadi, untuk itu saya berterimakasih. Setidaknya sampai hari ini, Tuhan selalu menyayangi dan menjaga hati lewat orang-orang yang tadinya saya pikir berbalik meninggalkan. Ternyata mereka yang pertama kali ada ketika saat-saat terberat itu. Kamu tidak perlu kuatir di sana. Saya baik-baik saja.
2. Proses yang melelahkan, dan bahkan hampir membuat saya jatuh sakit. Terimakasih. Dengan berbagai macam kejadian dan tempaan yang saya alami setelah hari itu, saya bersyukur bahwa terkadang apa yang ditakutkan hanya sebatas pikiran-pikiran kita saja. Saya masih tetap berdoa, dan terimakasih karena kejadian ini sekali lagi saya dekat dengan Tuhan. Mungkin, lewat ini pula Tuhan sedang mengingatkan saya yang sempat lupa.
3. Saya masih mempunyai banyak kekurangan. Waktu-waktu sendiri ini selalu saya gunakan untuk melihat kembali ke dalam, tentang apa yang sudah ada dan yang belum ada. Apa yang belum saya punya dan apa yang sudah. Empat bulan dan masih berlanjut, Tuhan sedang membentuk pribadi saya yang semoga menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Hidup terkadang memaksa kita untuk menjalani sebuah hal meski jalannya tak selalu kita ingini.
4. Untuk sikapmu yang sempat berubah seperti orang asing setelah hari itu. Terimakasih. Kecewa pasti ada dalam diri saya. Perlukah bersikap sampai sejauh itu, ketika dua orang yang tadinya bersama-sama berjalan di satu tujuan memutuskan untuk berpisah di sebuah persimpangan? Sedikit banyak saya tahu sebabnya, dan saya tidak dendam. Saya akan tetap bersikap biasa denganmu. Kita mungkin memang akan jarang sekali berkomunikasi, namun, tak akan ada yang bisa menduga masa depan. Semoga hal-hal baik selalu ada untuk kita berdua. Kelak, kalau memang Tuhan menghendaki kita dipertemukan lagi, saya berharap kita berdua menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ini.
5. Saya menyerahkan sepenuhnya pada tangan Tuhan. Saya percaya hanya dari padaNya-lah segala hal baik yang akan datang. Saya sempat berpikir harus begini dan begitu. Menggerutu dan terkesan memprotes pada keadaan. Saya cenderung mencari-cari kesalahan, bukannya bersyukur. Lantas, suatu hari saya tersadarkan bahwa apapun yang terjadi, ketika saya pasrah dan belajar untuk memaafkan diri sendiri, Tuhan akan mengganti dengan segala sesuatu yang lebih baik. Ya, memaafkan diri sendiri itu tidak mudah. Terimakasih karena sebuah fase ini, saya kembali dipertemukan dengan sahabat-sahabat lama saya.
6. Saya berubah. Tentu dan itu pasti. Saya yang sekarang, sudah pasti tidak seperti saya yang empat bulan lalu. Hidup itu dinamis dan bukan statis. Saya harus terus bergerak maju dan tidak ingin berhenti pada satu titik. Menyembuhkan luka termasuk salah satunya. Terimakasih karena setelahmu saya bisa belajar merawat luka. Meski tidak selalu mulus dan lurus, ada kalanya tertatih-tatih dan seperti ingin berhenti, namun kaki-kaki saya tak pernah surut harapan untuk tetap berjalan melihat ke depan.
7. Saya memang jadi banyak waktu untuk melakukan segala sesuatu yang saya ingin lakukan. Saya masih akan tetap nonton film sendiri, belanja baju sendiri di mall atau pergi ke toko buku sendiri. Haha.. dari dulu atau ketika masih ada dirimu saya memang sudah terbiasa melakukan sesuatu sendiri. Prinsip saya tidak ingin merepotkan banyak orang kalau sesuatu masih bisa saya kerjakan sendiri. Terimakasih untuk masa-masa jomblo yang kata beberapa orang tidak mengenakkan, eh sebentar, tidak mengenakkan? Buat saya punya banyak waktu dengan diri sendiri itu mengasyikkan. Pada satu sisi, kita akan lebih mengenal siapa diri kita sendiri. Nonton sendiri terdengar cupu? Ah, saya jadi curiga jangan-jangan yang bilang begini ini malah yang sebenarnya tidak bisa menikmati "me time"-nya.
8. Kini saya menjadi lebih berhati-hati dalam melangkah. Saya hanya belajar dari kesalahan. Saya tidak merasa saya harus takut karena pernah gagal. Dari sanalah saya banyak berkaca dan menjadikannya sebagai pengalaman untuk perjalanan saya selanjutnya. Langkah saya tidak berhenti sampai di sini, karena masih banyak hal-hal lain yang telah dipersiapkan untuk saya terima kemudian.
9. Saya belajar untuk mengubah amarah dan dendam menjadi ungkapan syukur. Beberapa kali, mood saya naik turun ketika mengingat kejadian ini. Saya marah. Ada semacam rasa iri dalam diri saya terhadap seseorang. Saya tidak tahu mengapa, namun bisa jadi akumulasi kekecewaan saya selama ini. Marah tidak menjadikan saya lebih baik. Hanya menarik lebih banyak hal-hal yang kurang mengenakkan selanjutnya. Saya memutuskan untuk lebih banyak diam dan mulai belajar mendengarkan. Sesulit apapun, saya harus bersyukur. Hidup akan terasa lebih ringan karenanya.
10. Untuk setiap harapan yang masih saya simpan dalam hati. Terimakasih. Kemanapun hidup nanti akan membawa saya, satu yang pasti bahwa itu memang terbaik. Dan terimakasih untuk percakapan pendek di suatu siang beberapa hari yang lalu. Saya hanya tidak menyangka saja bahwa kamu yang sudah saya relakan untuk pergi, mau berkomunikasi lagi. Terimakasih karena tidak lagi menjadi "orang asing" seperti waktu-waktu yang lalu. Terimakasih karena kita masih bisa mengobrol dengan kalimat-kalimat yang panjang dan lepas tanpa beban setelah sekian lama. Saya senang. Mungkin juga kamu, karena saya bisa merasakan. No matter how long it takes, I will find you...
Pada akhirnya, saya bersyukur pada Tuhan atas kehadiranmu. Atas senyummu yang pernah ada dan masih akan selalu ada. Untuk setiap momen-momen berharga yang kita lewati bersama. Doa saya selalu beserta denganmu. Terimakasih karena telah bersama mewarnai hidup.
=========
Jakarta, 27 Juli 2012. Saya yang bersyukur dan terus mendoakan untukmu.
No comments:
Post a Comment