Aku hanya akan melihat langkahmu dari sini. Tidak membantu, menegur pun tak.
Kupikir kau telah cukup kuat untuk melangkah sendiri.
Karena aku mulai terbiasa untuk meniadakan kehadiranmu dalam hidupku.
Kau bahagia, aku pun demikian.
Hei, kau sudah bersama orang yang tepat? Syukurlah. Semoga memang baik adanya.
Sebaiknya, tak usah lagi terlalu nyinyir padaku. Sayang sekali pita suaramu untuk mengucap.
Aku ingin kau tetap diam; tidak peduli itu jauh lebih baik.
Kecuali kalau memang waktumu masih tersisa barang semenit untuk memikirkanku.
...aku pamit, adik Kecil...
Kecuali kalau memang waktumu masih tersisa barang semenit untuk memikirkanku.
...aku pamit, adik Kecil...
=============
Edutria, 2010. Absurditas dalam ruang 140 karakter.
No comments:
Post a Comment