Interaksi
Bagaimana rasanya ketika pertama kali setelah sekian lama, perasaan yang familiar itu kembali lagi? Kembali menghampirimu. Sebuah sensasi seperti lonjakan dalam dadamu, kemudian buncah oleh sebuah euforia. Kemudian hatimu merasa penuh. Sensasi yang bahkan tidak pernah kamu sangka atau harapkan sebelumnya. Namun, ia hadir. Ia ada. Seperti mengubah tatanan dalam kepala dan hatimu seketika. Memang, terkadang ketika kita berhenti mencari, berharap, serta berekspektasi, ia datang dan nyata di depanmu. Bagaimana rasanya?
Sama seperti aku yang kali ini bertemu denganmu. Seseorang yang bahkan tak pernah aku sangka ada dan ikut andil dalam hari-hariku. Seseorang yang bahkan jiwaku pun sanggup mengenalimu jelas sekali. Siang itu ketika pertama - mungkin bukan pertama tepatnya, aku juga tidak ingat betul - bertemu denganmu di sebuah kedai kopi di pinggir kota. Senyum dan sapamu sungguh melonjakkan yang ada dalam diriku. Sensasi macam apa ini? Aku sendiri bahkan sudah lupa rasanya kapan terakhir aku punya perasaan ini. Aku lupa. Aku terlalu sibuk dengan aktivitas yang menyita hariku, rutinitas berulang yang kadang-kadang monoton. Sehingga aku lupa dan tidak pernah punya pikiran bahwa aku akan jatuh cinta. Sekali lagi.
Denganmu - pada suatu siang di bulan Desember - entah kenapa ada sebuah bagian kecil dari diriku yang tergugah. Di antara banyak sekali manusia-manusia yang ku temui selama ini, tetapi jelas itu bukan dirimu. Bukan seorang yang bagimu mungkin biasa-biasa saja, namun untukku tidak begitu. Sapaan kecil, senyuman ramah yang hangat menyambutku kala itu. Padahal itu adalah sapaan dan senyum barista untuk pembelinya. Bagiku hangatnya sampai ke dalam diriku. Aku terperangah, terlonjak, dan merasakan sensasi yang mengaduk-aduk perutku. Barangkali inikah rasanya sensasi seperti ada kupu-kupu terbang dalam perutmu? Denganmu, sekali lagi.
Sejak itu, rasanya kepalaku hanya dipenuhi oleh imaji dirimu. Kamu orang seperti apa? Bagaimana caramu memandang kehidupan? Apa hobimu? Seakan diriku ingin mengenalmu lebih dekat dan hangat. Bukan sebatas pengunjung kedai kopi yang setelah pesanan minumannya selesai dibuat, cukup sudah interaksi kita. Aku tidak ingin sesingkat itu. Aku ingin mengenalmu, menjadi teman yang bisa aku ajak mengobrol apa saja. Apa film favoritmu? Apakah kita berbagi selera musik dan humor yang sama? Rasanya aku jadi terlalu sibuk berasumsi dan mengandai-andai adamu, yang mungkin tidak sesuai dengan semua dalam pikiranku.
Aku ingin menjadi dekat denganmu. Manusia yang sanggup melonjakkan hatiku di saat aku pun tidak pernah berniat dan berharap akan seperti itu.
Comments
Post a Comment