Pages

Saturday, October 20, 2012

Residu di Kepala

Kata orang, kita tak pernah bisa mengetahui akan bertemu dengan siapa pada satu hari. Hidup bisa terdiri dari berbagai macam kejutan dan serangkaian kejadian yang seringkali terasa seperti kebetulan bukan kebetulan.


Pagi ini, ketika saya berangkat menggunakan bus TransJakarta -- entahlah, sampai saat saya menulis ini pun masih terasa surreal. Antara nyata atau tidak. Mungkin memang nyata, karena saya juga tidak sedang ada di atas kasur lalu terjaga dari sebuah mimpi. Saya bertemu seseorang dari masa lalu. Seorang mantan. Ah, saya sendiri pun tidak yakin dengan apa yang saya lihat. Namun, hati saya kelihatannya menangkap sebuah geletar tidak asing dari seseorang tersebut. Posisi saya di belakang, dan dia di tengah. Jadi memang tidak secara langsung berdiri di hadapan.


Otak dan pikiran, isi di kepala saya menyuarakan lain. Tidak mungkin. Dan, kok aneh dia terlihat begitu berbeda dari sejak terakhir saya bertemu dengannya -- katakanlah hampir delapan bulan lalu. Tentu, tak ada manusia yang tidak berubah dalam jeda waktu cukup lama tersebut. Saya pun berubah. Saya hanya cukup melihat. Ada niat untuk menyapa, tetapi saya sendiri masih ragu jangan-jangan bukan dia yang dimaksud.


Dia pun demikian. Anehnya, seperti tiba-tiba ngumpet ketika pandangannya tidak sengaja tertuju ke arah saya. Apa ya -- kaya takut atau sungkan ketemu saya. Baiklah, saya pun sambil lalu bersiap turun. Anggap saja, orang lain mirip dengannya. Saya bersikap biasa saja.


Saya berdiri di depannya. Sesekali, dia mencuri tatap pada saya. Atau saya yang pada saat itu terlalu cuek untuk bertegur sapa? Dua-duanya yang masih meletakkan ego di tempat tertinggi lantaran gengsi? Saya pun tidak tahu. Mungkin. Hanya sebuah kemungkinan.


Beberapa saat sebelum turun, dan saya baru sadar dia adalah seseorang yang saya maksud. Berpisah dalam waktu yang boleh dikatakan lumayan lama, tidak membuat saya lupa dengan gerak-geriknya. Kebiasaan, dan lain sebagainya. Hati saya berkata benar, ketika kepala menolak mentah-mentah apa yang disuarakan dari dalam. Saya hanya tak ingin berharap lebih untuk bisa bertemu dengannya sekali lagi. Tidak. Toh, kalau pada suatu waktu ada kesempatan untuk itu, niscaya akan ada sebuah jalan yang terbuka.


Saya turun dari bus, tanpa menengok lagi. Membiarkan dirinya yang seperti ingin menyapa dan melihat saya diam-diam. Namun, pikiran-pikiran dan sosoknya mulai mendistraksi kepala. Semacam mencari kepastian dan sebuah kata "iya" atau "tidak."


Saya segera mengirimkan sebuah pesan, intinya bertanya apa dia yang tadi berada di TransJ. Itu saja. Dan dia membenarkan. Saya tertawa. Ya Tuhan, kok bisa? Ketika dahulu ada keinginan untuk bertemu, jalan kesananya seperti tak terlihat dan terlalu susah dijangkau. Kini, ketika hari ini dan saya sudah tidak punya keinginan untuk itu tiba-tiba saja dia kembali ke hadapan. Hidup ini kadangkala luar biasa, sesuatu (yang pernah kau rindukan) bisa saja dihadirkan tanpa pernah kau siap dengan segala kemungkinannya. Ah, barangkali sudah rejeki saya. Ya sudah. Kita tetap harus bersyukur, kan, untuk setiap peristiwa yang terjadi?


Lalu saya kembali terdiam, sedikit merenung karena kilatan-kilatan masa lalu itu kembali berputar di kepala saya. Kali ini lain, sakit itu sudah tidak ada lagi. Artinya, saya memang sudah siap untuk bertemu sekali lagi dengannya. Sebagai apapun, dan bukan seorang asing.


Barangkali semesta sedang memberi sebuah tanda, bahwa saya ada begitu juga dengannya. Tidak harus untuk dilupakan, tetapi dirangkul kembali dalam sebuah wadah bernama kenangan. Saya dengannya. Kita berdua. Pernah bersama dan nyata.


Saya sendiri pun tak lantas harus terus menengok ke belakang dan lupa dengan jalan yang ada di depan. Karena pada akhirnya ada saat saya untuk menemukan. Iya, saya sudah bertemu orang lain itu. Dan saya bahagia. :)


Jakarta, Oktober 2012 - kumpulan kata-kata yang mendadak ingin dituliskan.

No comments:

Post a Comment

Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...