foto dipinjam dari sini
Untuk kamu, seseorang yang akhirnya dipertemukan waktu
Bilangan Jakarta Selatan pukul sembilan malam di akhir bulan kesepuluh. Kamu masih ingat? Sosok berkacamata yang duduk di deretan bangku depan sebuah tempat makan lesehan. Itu kamu, menunggu untuk aku hampiri.
Katakanlah malam itu menjadi penanda bahwa akhirnya aku menemukan seseorang yang bahkan tanpa pernah aku pikirkan dia berhasil menerobos pertahanan hatiku yang memang sengaja aku pasang berlapis karena takut terluka untuk kesekian kali.
Aku pernah kan mengatakan ini ke kamu, kalau beberapa kali seperti merasa deja vu
bahwa kita pernah ketemu. Ga tahu kapan, kadangkala aku merasakan.
Kebetulan atau tidak, nyatanya aku pun tidak pernah memikirkan bahwa
kita bisa sampai di tahap ini. Berdua. Semua mengalir begitu saja dan
tidak direncanakan.
Jujur,
menurutku ini bakal jadi surat yang paling berantakan karena aku
terlalu gugup untuk merangkai dan mengeluarkan semua isi yang ada di
hati maupun kepala. Tidak apa-apa, kan?
Kamu
mengajariku banyak hal dan memberi pengertian yang baru tentang hidup,
keluarga, teman lalu cinta. Aku mengenalmu sebagai sosok yang sederhana
dan jujur, meskipun dalam beberapa hal kamu terlihat polos dan naif.
Hahaha.. jangan jitak aku kalau nanti kita ketemu. Lalu aku sadari,
bahwa perbedaan-perbedaan yang kita punya bukan menjadi penghalang atau
sesuatu yang menghambat kita untuk terus melangkah maju. Kita hanya
perlu belajar dan saling mengerti satu sama lain. Bahwa seharusnya
perbedaan itu bisa memperkaya satu sama lain. Tolong ingatkan aku selalu
ya, agar tidak terburu-buru terhadap suatu hal dan seperti orang
yang kehabisan waktu.
Aku ngerti
kok, meski kadang kita ga bisa selalu ketemu, kamu tetap mencoba untuk
memberi perhatian yang cukup untuk diriku. Begitu juga aku. Maaf, kalau aku sering
sedikit memaksa kadang-kadang.
Mungkin memang ini saatnya. Kamu dan aku, kita, dipertemukan bukan tanpa alasan. Aku yakin, semesta sudah berkonspirasi dengan Tuhanmu dan Tuhanku untuk memberi kesempatan kita berdua mengenal lebih jauh dan merasakan apa yang disebut cinta.
Menghabiskan waktu bersamamu, adalah saat yang paling aku tunggu. Rasanya, waktu berjalan sangat cepat tetapi di saat yang lain, waktu menjatuhkan jangkarnya agar ia berjalan melambat.
Terlampau banyak hal ingin kuutarakan lewat surat ini. Hanya saja, aku tak ingin membuatmu mengantuk karena kebosanan. Jadi aku putuskan untuk menceritakan padamu esok hari. Satu persatu, mengenai perasaanku.
Terimakasih ya, sudah hadir dan mengisi hari-hariku. Aku percaya, bahwa setiap hal yang datang dalam hidup kita baik adanya. Salah satunya kamu. Karena takkan pernah ada waktu yang benar-benar tepat, kalau bukan kita yang membuatnya demikian. Sudah ya, lanjutkan istirahatmu...
dariku,
yang bahagia di sampingmu
===============
Edutria, 2012. 30 Hari menulis surat cinta. Prolog.
Mungkin memang ini saatnya. Kamu dan aku, kita, dipertemukan bukan tanpa alasan. Aku yakin, semesta sudah berkonspirasi dengan Tuhanmu dan Tuhanku untuk memberi kesempatan kita berdua mengenal lebih jauh dan merasakan apa yang disebut cinta.
Menghabiskan waktu bersamamu, adalah saat yang paling aku tunggu. Rasanya, waktu berjalan sangat cepat tetapi di saat yang lain, waktu menjatuhkan jangkarnya agar ia berjalan melambat.
Terlampau banyak hal ingin kuutarakan lewat surat ini. Hanya saja, aku tak ingin membuatmu mengantuk karena kebosanan. Jadi aku putuskan untuk menceritakan padamu esok hari. Satu persatu, mengenai perasaanku.
Terimakasih ya, sudah hadir dan mengisi hari-hariku. Aku percaya, bahwa setiap hal yang datang dalam hidup kita baik adanya. Salah satunya kamu. Karena takkan pernah ada waktu yang benar-benar tepat, kalau bukan kita yang membuatnya demikian. Sudah ya, lanjutkan istirahatmu...
dariku,
yang bahagia di sampingmu
===============
Edutria, 2012. 30 Hari menulis surat cinta. Prolog.
No comments:
Post a Comment