Pages

Saturday, January 14, 2012

Dipertemukan Waktu

foto dipinjam dari sini

Untuk kamu, seseorang yang akhirnya dipertemukan waktu

Bilangan Jakarta Selatan pukul sembilan malam di akhir bulan kesepuluh. Kamu masih ingat? Sosok berkacamata yang duduk di deretan bangku depan sebuah tempat makan lesehan. Itu kamu, menunggu untuk aku hampiri.
Katakanlah malam itu menjadi penanda bahwa akhirnya aku menemukan seseorang yang bahkan tanpa pernah aku pikirkan dia berhasil menerobos pertahanan hatiku yang memang sengaja aku pasang berlapis karena takut terluka untuk kesekian kali.
Aku pernah kan mengatakan ini ke kamu, kalau beberapa kali seperti merasa deja vu bahwa kita pernah ketemu. Ga tahu kapan, kadangkala aku merasakan. Kebetulan atau tidak, nyatanya aku pun tidak pernah memikirkan bahwa kita bisa sampai di tahap ini. Berdua. Semua mengalir begitu saja dan tidak direncanakan.
Jujur, menurutku ini bakal jadi surat yang paling berantakan karena aku terlalu gugup untuk merangkai dan mengeluarkan semua isi yang ada di hati maupun kepala. Tidak apa-apa, kan?
Kamu mengajariku banyak hal dan memberi pengertian yang baru tentang hidup, keluarga, teman lalu cinta. Aku mengenalmu sebagai sosok yang sederhana dan jujur, meskipun dalam beberapa hal kamu terlihat polos dan naif. Hahaha.. jangan jitak aku kalau nanti kita ketemu. Lalu aku sadari, bahwa perbedaan-perbedaan yang kita punya bukan menjadi penghalang atau sesuatu yang menghambat kita untuk terus melangkah maju. Kita hanya perlu belajar dan saling mengerti satu sama lain. Bahwa seharusnya perbedaan itu bisa memperkaya satu sama lain. Tolong ingatkan aku selalu ya, agar tidak terburu-buru terhadap suatu hal dan seperti orang yang kehabisan waktu.
Aku ngerti kok, meski kadang kita ga bisa selalu ketemu, kamu tetap mencoba untuk memberi perhatian yang cukup untuk diriku. Begitu juga aku. Maaf, kalau aku sering sedikit memaksa kadang-kadang.

Mungkin memang ini saatnya. Kamu dan aku, kita, dipertemukan bukan tanpa alasan. Aku yakin, semesta sudah berkonspirasi dengan Tuhanmu dan Tuhanku untuk memberi kesempatan kita berdua mengenal lebih jauh dan merasakan apa yang disebut cinta.
Menghabiskan waktu bersamamu, adalah saat yang paling aku tunggu. Rasanya, waktu berjalan sangat cepat tetapi di saat yang lain, waktu menjatuhkan jangkarnya agar ia berjalan melambat.
Terlampau banyak hal ingin kuutarakan lewat surat ini. Hanya saja, aku tak ingin membuatmu mengantuk karena kebosanan. Jadi aku putuskan untuk menceritakan padamu esok hari. Satu persatu, mengenai perasaanku.
Terimakasih ya, sudah hadir dan mengisi hari-hariku. Aku percaya, bahwa setiap hal yang datang dalam hidup kita baik adanya. Salah satunya kamu. Karena takkan pernah ada waktu yang benar-benar tepat, kalau bukan kita yang membuatnya demikian. Sudah ya, lanjutkan istirahatmu...


dariku,
yang bahagia di sampingmu




===============
Edutria, 2012. 30 Hari menulis surat cinta. Prolog.

No comments:

Post a Comment

Kembang Api

Taman kota dan lalu lalang pekerja ibukota selepas jam kerja. Dia senang sekali mengamati manusia-manusia yang melintas di depannya. Suara k...