foto dipinjam dari sini
Untuk Al, seseorang yang senyumnya selalu kusimpan dalam toples kaca
Hai, apa kabarmu di sana? Aku tahu kamu baik-baik saja. Sudah tidak sabar aku ingin berbagi sedikit lewat surat ini. Hanya sebuah surat yang kubuat dengan sederhana, karena aku tahu kamu tidak terlalu menyenangi hal yang berlebih.
Kamu, sejak hari itu terus menari-nari dan berkelindan di kubikel otakku. Aku jatuh cinta denganmu. Iya, kamu pasti sudah tahu karena aku pun mengatakannya untukmu pertama kali.
Seperti apa rasanya hatiku? Hahaha.. aku sendiri terlampau kewalahan dengannya. Semacam perasaan senang dan nyaman ketika aku dekat dengan kamu. Atau seperti setrum-setrum yang menyengat dan membuatku berdebar ketika memelukmu dari belakang. Barangkali seperti kata sebagian orang yang "seperti ada kupu-kupu yang terbang di dalam perut". Aku tidak tahu. Toh, aku juga tak terlalu peduli dengan kupu-kupu. Boleh kusimpulkan sesederhana mungkin, karena aku yakin bila nanti kujabarkan satu persatu tak akan habis waktu satu hari untuk mengupasnya. Aku bahagia. Aku bahagia denganmu yang selalu bisa membuatku menjadi diri sendiri tanpa malu ketika dekat dan berbagi denganmu.
Aku memang bukan seseorang yang ulung dalam merangkai kata dan kalimat. Tata bahasa yang terkadang kacau dan tidak pada tempatnya, serta koleksi kosakata ku pun tidak bisa sebanyak kamus besar atau Tesaurus Bahasa Indonesia. Aku suka sesuatu yang sederhana, tetapi lebih mengena.
Al, diam-diam aku selalu merekam senyummu dan kadang hampir mencari-cari jejaknya ketika kau tak barang sekali melengkungkan bibirmu setengah lingkaran bernama senyum itu. Memang, hari-hari yang dilalui oleh kita tak selalu mudah seperti harapan. Naik turun, berhenti, atau tersendat. Namun percayalah, kita akan selalu bersama-sama untuk mengatasi dan menemukan sebuah solusi. Dan bila aku merasa terlalu lelah, aku berhenti sejenak. Bukan untuk menyerah, tetapi memutar kembali ingatan-ingatan dan kenangan akan kita berdua. Dari sana, aku akan kembali menemukan harapan.
Hari ini, ketika aku menulis surat ini aku dilanda kerinduan yang terlalu besar. Kesibukan rutin memaksa kita untuk sekian hari tidak bersua meski kita tetap bersapa. Di ujung telepon dan mendengar suaramu, kadang tak cukup bisa untuk sedikit mengobati kerinduan yang membuncah dalam dada. Iya, aku tahu, agak terlalu berlebihan. Hahaha... tak apa-apa, kan?
Baiklah, Al, aku hanya ingin menyampaikan itu saja. Inti surat ini sebenarnya rindu. Rindu untuk segera bertemu. Rindu yang kadang seperti memeram airmata. Eh, harusnya kan aku bisa langsung keluar dari kantor kemudian pergi ke tempatmu ya? Hahaha... sekali-kali hal itu yang akan aku lakukan. Nanti.
Terimakasih, Al. Besok sebuah surat akan datang lagi ke kantor. :)
dariku,
seseorang yang suka memelukmu dari belakang
P.S: jangan lupa liburan kita akhir pekan ini.
=============
Edutria, 2012.